"Masuklah,"
Niken menunduk.
"Ayolah, mereka akan semakin membenciku" ucap Valen rendah tertahan.
Niken membuka seatbelt dan menurunkan kedua kakinya. Dia berdiri di samping Valen yang sudah membukakan pintu mobil untuknya. Mereka berdiri di depan gerbang rumah Niken.
Niken mendongak menatap Valen. Sangat lekat.
Valen mengulum senyum terpaksa. Niken menatapnya lekat dengan mata memanas, membuatnya semakin ingin menerkamnya setelah dia berhasil menguasai dirinya kembali. "Jangan menatapku begitu" dengus Valen.
Niken mengalihkan tatapannya karena merasa terpergok. Wajahnya menghangat. Valen mendengus pendek. Meraih pundak Niken dan mendorongnya memasuki pagar samping. "Sudah, sana!" Valen mendorongnya masuk. Lalu dia berbalik kembali ke mobilnya.
"Valen,"
Valen terhenti tanpa menoleh.
"Kau akan menyelesaikan semua kekasihmu?" Tanya Niken.
Valen berbalik. Menatap Niken datar.
Niken memandangi Valen. "Kau tidak akan? Bukan aku satu-satunya?" Protes Niken kalem.
Valen mendekati Niken. Menunduk menatapnya. "Kamu ingin aku begitu?"
"Salah?" Tatap Niken bertanya-tanya.
"Tidak. Semua perempuan begitu"
"Kau akan melakukannya?" Tuntut Niken.
"Kamu akan berikan apa yang mereka berikan padaku? Jika aku membuang mereka demi kamu" Tanya Valen dingin.
Niken tersentak. Membuang? Memberikan apa yang mereka berikan? Niken menelan ludahnya.
"Sudah larut. Istirahatlah. Masih banyak waktu untuk membicarakan ini" Valen tersenyum sambil mengusap puncak kepala Niken sampai rambut di punggungnya.
Niken menepis tangan Valen halus. "Apa mereka sangat cantik Valen?"
"Off course they are" Valen jujur.
"Lebih cantik dariku?" Cicit Niken.
Valen mengerutkan dahi. "Perempuan memiliki kecantikannya masing-masing, kamu paham?"
"Katakan saja!"
"Ya! Mereka jauh lebih cantik dari kamu! Lebih menggairahkan! Get it?" Ucap Valen keras tertahan.
Niken kembali tersentak. Meneguk ludahnya.
"Kamu lelah Niken. Istirahatlah" ucap Valen lembut.
"Valen, aku sudah mempertaruhkan segalanya untukmu" kata Niken. Terdengar, hampir menyesal.
"Kamu menyesal sekarang?" Tebak Valen.
Niken menatap Valen lagi. "Kenapa kau membuatku merasa demikian?" Desahnya frustasi.
Valen menghela nafas. Dalam dan lelah. "Aku ingin memeluk kamu tapi aku tak bisa. See?" Valen masih mengenakan celana dan kemejanya yang dingin karena tidak bisa kering sepenuhnya. Sedang Niken telah mengganti pakaiannya dan mandi di kamar kosnya tadi.
"Niken, aku sangat menyayangi kamu. Aku sungguh mencintai kamu. Apakah itu belum cukup?" Ujar Valen.
"Kau bilang begitu tapi kau tak bisa meninggalkan semua kekasihmu untukku!" Tuding Niken.
Valen membuang tatapannya. Mendengus pendek dan menarik nafas tajam. Menyugar rambutnya kasar. "Niken, kamu butuh istirahat" Valen berjalan kembali pada mobilnya. Dia tak menoleh meski Niken memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still (END)
General FictionKenangan-kenangan masa lampau yang terlupakan. Tapi pada suatu hari, harus dipaksa mengingatnya kembali. Banyak hal yang membuat luka itu semakin menjadi-jadi hanya untuk menjadi sembuh. Dapatkah luka itu sembuh? Sudah separah ini, apakah tidak akan...