Niken memakai gaun malamnya. Hanya gaun biasa, yang sedikit terbuka di bagian bahu, lalu menyempit memeluk pinggangnya kemudian kain itu menjulur melebar menutup seluruhnya hingga ke kakinya. Dia malam ini tampil elegan dalam balutan warna champagne.
Riasan minimalis dikenakannya dari salon saran sang mama. Setelah sebelumnya merapikan kuku-kukunya dan mengecatnya lebih feminin. Rambutnya di tata menyanggul tampak lebih manis dari pada saat dia bekerja yang kaku.
Hanya makan malam biasa di restoran hotel bintang yang di pesan oleh Hedi. Untuk merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke-6, atau yang terakhir.
Niken akan datang dan ingin memastikan bahwa ulang tahun pernikahan mamanya kini, bukanlah yang terakhir. Niken akan mendeklarasikan keberatannya atas keputusan cerai yang mamanya layangkan. Meskipun dia belum bisa menerima Hedi menggantikan posisi papanya di hidup sang mama. Tapi Niken akan berusaha meyakinkan semua orang, terlebih dirinya sendiri, bahwa semua akan dan pasti baik-baik saja.
Sesi foto yang Hedi rencanakan membuat Niken harus berdandan lebih pada gendernya. Dia menghormati keputusan itu dengan memilih gaun yang baginya sangat mewah dan terlalu terbuka, vulgar. Tentu saja itu hanya anggapannya.
Kenneth memakai setelan jas abu gelap memakai dasi senada dengan sang kakak. Sedangkan Veronica memakai gaun malam tulle maroon yang sangat seksi dan glamour yang melekat cantik membalut tubuhnya, berpasangan dengan Hedi yang memakai setelan jas abu gelap, -seperti putranya dengan dasi senada gaun istrinya.
Semua tampak baik-baik saja. Makan malam yang menyenangkan dan penuh tawa. Meski Niken masih kaku bicara dengan ayah tirinya, semua berjalan dengan sebagaimana keinginan mereka. Keberadaan Kenneth menyatukan mereka, melebur kebersamaan bersama gurauan mesra mereka.
Semua mata yang menatap mereka ikut merasakan kehangatan yang terpancar. Sebuah gambaran keluarga sempurna yang begitu bahagia. Tanpa mereka mengenalnya, keluarga itu diliputi keberkahan. Sinar jelas terpancar dari mereka. Semua orang tersenyum mengawasi mereka.
Sebuah kamar suite yang Hedi sulap menjadi sebuah ruangan studio foto dengan berbagai sudut yang menyenangkan siap menangkap potret kemesraan keluarga mereka.
Satu grup photografer profesional khusus, pria itu siapkan untuk momen paling istimewa ini. Serta make-up artist dan beberapa asistennya sesuai pesanan sang istri.
"Aku mau berfoto dengan kak Niken.." ucap Kenneth begitu senang. Mereka duduk berdampingan di sofa pasangan. Hedi sedang berbincang dengan pemegang kamera dan Veronica sedang memperbaiki riasannya.
"Tentu sayang, kak Niken mau memajangnya dengan gambar yang besar di kamar kakak. Bagaimana menurutmu? Apa Ken keberatan?" ujar Niken dengan senyum manisnya.
"Aku sama sekali tidak keberatan, karena aku juga akan melakukannya. Tapi aku yakin, teman kak Niken pasti akan marah-marah melihatnya" Kenneth melipat kedua tangannya di depan badannya dengan memanyunkan mulutnya.
Niken menahan senyumnya. Dia tak mau membuat Kenneth bad mood untuk sesi foto spesial malam ini. "Ken, bagaimana menurutmu? Apakah kak Valen orang yang baik?"
"Semua orang baik! Tapi tidak cukup baik untuk menjadi teman kak Niken!!" Jawab Kenneth masih dengan wajah kakunya.
Niken masih berusaha menahan tawanya. "Apakah menurutmu kak Valen tidak baik?"
"Bukannya dia tidak baik. Tapi dia tidak cukup baik untuk berteman dengan kak Niken!"
"Lalu, menurutmu, seperti apa yang cukup baik untukku?"
Kenneth menatap Niken begitu serius membuat Niken geli. Bocah itu jelas cemburu. Sekian lama dia tak pernah dekat dengan satu orangpun, hanya Kenneth satu-satunya. Begitu dia menghilang lama dan muncul bersama seorang lelaki. Ego anak kecilnya pasti tidak bisa menerimanya. Tapi Kenneth adalah anak yang cukup sopan. Niken tahu betul itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still (END)
Fiksi UmumKenangan-kenangan masa lampau yang terlupakan. Tapi pada suatu hari, harus dipaksa mengingatnya kembali. Banyak hal yang membuat luka itu semakin menjadi-jadi hanya untuk menjadi sembuh. Dapatkah luka itu sembuh? Sudah separah ini, apakah tidak akan...