2 menikah

679 72 7
                                    

Niken tak bisa masuk sekolah, malamnya dia demam tinggi dan alhasil menginaplah dia di rumah sakit selama beberapa hari.

🐵

"Iya, maaf di saat seperti ini"

"Sudah di pikir ulang bu?"

"Sudah pak guru, mau bagaimana lagi" senyum sungkan sambil menunduk.

"Maaf sebelumnya, tapi bukan karena perundungan itu kan?"

Wanita itu tersentak. "Sebenarnya,.."

"Saya akan mengusut tuntas kalau memang itu alasannya!"

"Bukan seperti itu pak kepala sekolah. Alasan utamanya bukan itu. Saya memang di mutasi, dan Niken anak tunggal. Jadi,.. terpaksa..." Ucap mama Niken.

"Saya sudah mendengar meski garis besarnya saja. Saya paham jika Niken merasa terancam. Tapi pindah sekolah? Sebentar lagi ujian kenaikan bu, apa tidak sayang?" Ucap wali kelas.

"Yah.. itu juga jadi pertimbangan saya" jawab mama Niken lemah.

"Sekarang, Niken di mana bu? Sudah dua hari tidak masuk sekolah" ucap wali kelasnya menyela.

"Nghhh, itu.. Niken sedang.. di rawat di rumah sakit" jawab mama Niken semakin tak enak.

Ketiga guru, yang satu seorang wanita itu terbelalak.

"Jadi, Niken sampai drop?" Sahut guru BP.

"Eh.. saya.." mama Niken mendesah dalam. Dia semakin menunduk.

Ketiga guru itu saling pandang.

"Baiklah jika ibu berkeras. Kami hanya bisa berharap yang terbaik untuk Niken" ucap kepala sekolah. Dia tak tega jika nyonya muda single parent itu harus menunduk dengan senyum sungkan lebih lama lagi.

Wanita itu sangat cantik, Niken menuruni kecantikannya. Penampilannya elit, elegan dan berkelas. Tapi membahas anaknya, seolah dia minder dengan keadaan anaknya. Padahal apa sih? Niken anak yang pandai dan rajin, sangat pandai bahkan. Hanya saja, dia kurang pandai bergaul. Dia sangat pendiam, mungkin karena sakit yang dideritanya. Sebenarnya sakitnya juga bukan sakit parah. Asmanya tak pernah mengganggu kegiatan belajarnya.

Kasus perundungan memang tak bisa di abaikan. Bagi siswa yang sehat tanpa riwayat sakitpun bisa mogok sekolah, apalagi siswa yang memiliki riwayat kesehatan kurang fit. Tak heran jika Niken sampai drop.

Untung saja ibunya tidak membawa kasus ini ke ranah lebih serius, jika tidak, pasti nama baik sekolahnya bakal tersorot media.

"Oh iya, mau titip sama pak guru yang magang itu" Menyerahkan paper bag di atas meja dari samping kaki jenjangnya. "Yang agak bule itu. Saya mengucapkan terimakasih sudah membawa putri saya ke rumah sakit dan segera menghubungi saya waktu itu" ucap mama Niken.

"Oh tak perlu, bisa langsung bicara dengannya. Ruangannya ada di sebelah. Kalau sekalian menunggu surat-suratnya selesai" ucap pak kepala sekolah.

"Oh begitu, baiklah. Saya ke sebelah dulu pak kepala sekolah" pamit mama Niken. Dia membawa paper bag yang cukup besar dengan kedua tangannya.
.
.

"Tak perlu repot bu. Saya tidak mau tersandung gratifikasi" ucap Kiel.

"Lho, kan saya tidak ada urusan sama bapak" ucap mama Niken. Khawatir buah tangannya di tolak.

"Tapi,"

"Anggap saja kenang-kenangan dari Niken. Saya sudah dengar, bapak yang sering menolong Niken. Bahkan, waktu Niken putus dengan pacarnya"

"Eh.. itu, saya tidak sengaja,"

"Yah apapun lah itu. Saya benar-benar berterima kasih. Tolong diterima ya, pak guru"

Still (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang