Dalam perjalanan, tangan Fernan tiba tiba meraih lutut Raisa. Membuat gadis itu sedikit terkejut. Awalnya Raisa ingin menampik tangan Fernan namun dia malah mengusap lututnya lembut. Dan seketika jantung Raisa kembali berdegup sangat cepat. Sama seperti beberapa waktu lalu saat dia mengusap tangannya. Entah,setiap kali sentuhan itu tercipta perasaanya jadi tak karuan. Untuk mengelak tidak bisa tapi ia menerima pun jadi kelimpungan sendiri.
Perjalanan yang mereka lewati cukup jauh. Dan percayalah bokong Raisa sudah terasa panas saat ini. Namun tidak terlalu dimasalahkan karena dapat terbayarkan dengan indahnya pemandangan alam yang tersuguhkan di setiap jalurnya. Baik itu gunung maupun sawah sawah yang membentang luas. Intinya Raisa bahagia jika diajak jalan jalan seperti ini.
Hingga akhirnya motor Fernan berhenti. Tepatnya setelah memasuki gang sempit dan berakhir di depan sebuah rumah yang cukup besar lagi mewah.
"Ini dimana mas?"tanya Raisa penasaran.
"Rumahku"sahut pemuda itu. Lalu mengajak Raisa masuk ke dalamnya.
"Assalamualaikum"ucapnya seraya membuka pintu. "Duduk dulu sa,aku mau panggilin mami aku dulu ya. Kayanya dia lagi di dapur deh makanya nggak denger kedatangan kita"
Raisa mengangguk mengiyakan ucapan Fernan. Kemudian laki lak itu beranjak dari hadapan nya. Raisa mengambil tempat duduk disebuah sofa panjang yang begitu empuk.
Satu hal yang Raisa salut dari Fernan,dia menggunakan kesopanannya tidak untuk umum saja namun di rumah sendiri ia masih begitu sopan dengan mengucapkan salam terlebih dahulu.
Tak lama kemudian pemuda itu kembali dengan seorang wanita paru baya yang masih terlihat begitu cantik. Raisa kira itu ibunya.
"Hay"sapanya pada Raisa.
Raisa tersenyum lalu menyalami beliau sesopan mungkin.
"Dia siapa Ali?"tanya beliau menengok ke arah sang anak. Kata Ali sendiri diambil dari nama tengah Fernan,yakni Mario Ali Fernandes.
"Calon mantu mami"bisik Fernan ditelinga ibunya.
Samar samar Raisapun mendengar apa yang pemuda itu ucapkan. Membuatnya sedikit malu.
Walaupun begitu terlihat binar senyuman terulas dari wajah cantik mami. Sepertinya dia cukup senang sang putra membawakan seorang gadis ke hadapannya.
"Oya mami sampai lupa ambilin kalian minum. Kalian pasti haus ya"ucap Mami menebak.
"Pasti lah mam. Perjalanan dari Purwokerto ke Banjar kan nggak sedeket Ali nganterin mami ke pasar. Butuh waktu sejam lebih buat kesini. Mana cuacanya terik banget gini"
"Kamu ini. Memangnya di
"Jangan, bund"reflek Raisa bersuara. "Maksud saya nggak usah repot repot"terlihat jelas Raisa sangat canggung saat berbicara dengan bundanya Fernan.
"Nggak papa"titah beliau sambil tersenyum.
"Kamu nggak usah malu malu dirumah mas. Tinggal nurut aja apa kata bunda. Mas mau tidur dulu yah. Ngantuk"
"Ehhh..."belum sempat Raisa membalas ucapan Fernan,laki laki itu sudah membaringkan tubuhnya saja di atas sofa. Dan terpejam dengan sangat pulas.
Raisa tak bisa berbuat apa apa lagi. Kecuali duduk manis disana sambil menunggu sang bunda mengambilkan minum. Dan beberapa saat kemudian,sang bunda kembali dengan membawakan dua gelas jus jeruk.
"Loh loh itu Rio kebiasaan deh tidur nggak kenal tempat"ucapnya seraya melihat ke arah sang putra yang tengah tertidur.
"Iya. Katanya sangat mengantuk"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Love
Short StoryAda cinta pasti ada yang terluka. Ada tawa namun ada pula tangis air mata. Roda kehidupan akan selalunya berputar. Tak ada penderitaan yang abadi. Semua hanya soal waktu. Dan jika waktu itu tiba kebahagiaan pasti akan menjumpai kita. Raisa pernah be...