Brakkk. Suara pintu kamar Raisa terbuka dengan cukup keras. Menampilkan sosok gadis berambut panjang dengan gaya feminimnya.
"Raisa! Gimana kondisi Lo?"suara Ana,bak petir yang menggelegar.
"Baik"jawab Raisa santai seperti biasa. Walau pun ia tahu lawan bicaranya tengah dilanda kekhawatiran pada kondisi Raisa saat ini.
"Lo tahu nggak,pertama gwe denger Lo kecelakaan gwe langsung syok tahu. Gwe khawatir banget sama kondisi sahabat gwe ini. Gwe jadi ngerasa bersalah,gara gara gwe berangkat duluan sama cowo gwe Lo malah kena apes kek gini"
"Nggak papa. Santay aja"
"Lo beneran nggak papa? Perlu kita ke rumah sakit? Atau ke tukang urut?"
"Nggak usah na. Lagian juga nggak ada yang luka kok. Cuma lecet lecet doang"
"Ya ampun sa. Gwe bener bener minta maaf ya. Gwe janji mulai besok lo nggak bakal berangkat sendiri lagi"
"Iya iya"
Begitulah sosok Ananditya Utami. Walaupun centil dan bawel tapi dia adalah sosok sahabat yang begitu peduli terhadap sahabatnya. Tak bisa dipungkiri, terkadang sikapnya juga kelewat konyol. Dia mudah membaur dengan lingkungan. Mungkin karena itu pula dia kerap bergonta ganti pasangan. Membuat Raisa iri dengan keberuntungan yang dia miliki.
Ya,Raisa memang iri tapi tidak membuat dirinya berkecil hati. Raisa bertekad jika suatu saat nanti ia mendapat kan pasangan ia akan setia terhadap pasangannya itu. Ia tidak mau meniru sikap Ana yang suka bergonta ganti pasangan.
Andaikan Hyun Bin datang kehadapan nya dan melamarnya,Raisa nggak akan pikir panjang. Raisa akan jadikan dia pasangan sampai akhir hayatnya.
***
"Na,sore sore gini enaknya makan apa ya?"tanya Raisa disuatu sore.
"Ntah"timpal Ana sambil mengendikan bahu. Sementara kedua bola matanya fokus pada layar hp.
"Gwe males makan nasi. Gimana kalo kita makan bakso aja. Gwe juga udah lama nggak makan bakso"
"Boleh. Mau bakso yang dimana?"
"Bakso pak keriting aja yang deket. Buruan gyh dandan sono,kita capcus sekarang"
"Ok"
Kedua sahabat itu lalu berjalan bersama menuju warung bakso pak keriting yang terletak tak jauh dari kontrakan. Bakso disana memang terkenal enak,makanya banyak anak kos yang suka makan bakso disana.
Namun Raisa lupa jika sore sore begini banyak anak anak kos cowo yang kerap nongkrong di warung bakso tersebut. Bukanya takut,hanya saja Raisa sedikit canggung jika berhadapan dengan banyak laki laki. Mungkin efek jomblo terlalu lama.
Langkah Raisa terhenti ketika melihat gerombolan itu tengah asik bercanda ria didepan sana. Sejenak nyali Raisa langsung menciut. Bingung antara harus meneruskan perjalanan yang begitu penuh tantangan atau menunda rasa laparnya.
"Loh kenapa berhenti sa?"tanya Ana melihat gerak gerik sahabatnya yang aneh. Raisa tengah komat kamit tidak jelas.
"Doa dulu biar kita terbebas dari bahaya syaitan dan jin"sahut Raisa.
Ana ingin tertawa mendengar jawaban nyleneh sahabat nya. Walaupun sebenarnya ia tahu ketakutan apa yang tengah Raisa rasakan saat ini. Yakni takut melewati gerombolan lelaki di depan sana. Kebiasaan Raisa yang satu ini memang belum berubah semenjak SMP.
"buruan gyh. Gwe dah laper"ajak Ana.
"Tunggu An"ucap Raisa menahan.
"Kita pegangan tangan yah"lanjutnya lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Love
Short StoryAda cinta pasti ada yang terluka. Ada tawa namun ada pula tangis air mata. Roda kehidupan akan selalunya berputar. Tak ada penderitaan yang abadi. Semua hanya soal waktu. Dan jika waktu itu tiba kebahagiaan pasti akan menjumpai kita. Raisa pernah be...