Hari hari berikutnya, kedekatan antara Raisa dan Aldo semakin terasa. Mereka kerap bertemu secara sembunyi sembunyi. Bahkan hari ini mereka akan berangkat ke tempat kerja bersama. Kebetulan bengkel tempat Aldo kerja pun searah dengan restoran milik bos Raisa.
Raisa pamit pada Ana untuk berangkat lebih awal. Dengan dalih dirinya ingin mencari sarapan terlebih dulu. Agak aneh memang,karena biasanya anak itu anti makan sendirian. Tapi bodo amat lah bukan masalah yang cukup berarti buat Ana. Mungkin dia sudah sangat kelaparan pagi ini.
Gadis itu berjalan meninggalkan halaman kontrakan. Dan dapat ia lihat dari kejauhan seseorang tengah menunggunya di depan gang.
"Hay"sapa Raisa ketika sampai di hadapan laki laki berkulit putih itu.
Dia hanya membalasnya dengan senyuman. Walaupun sekedar senyuman tapi mampu menggetarkan hati Raisa. Gadis itu dibuat tersipu malu.
"Maaf lama ya nunggunya"ucap Raisa tidak enak.
"Nggak papa. Yuk berangkat"
Sebelumnya Raisa celingukan mencari keberadaan motor yang kerap dipakai Aldo untuk berangkat ke tempat kerja.
"Mas Aldo nggak bawa motor?"tanya Raisa dengan embel embel mas. Hal tersebut ia lakukan semenjak tahu bahwa usia Aldo terpaut 2 tahun lebih tua dari Raisa. Juga untuk terlihat lebih sopan.
"Nggak. Kan kita mau jalan jalan. Masa jalan jalan nya pake motor si"
"Ooh iya"Raisa mengangguk mengerti.
Keduanya mulai melangkahkan kaki menyusuri jalanan yang masih sepi. Maklum jam masih menunjukkan pukul 05.45. Belum banyak kendaraan berlalu lalang. Mereka berjalan beriringan. Dengan Raisa disisi kiri sedangkan Aldo disisi kanan. Hal tersebut atas dasar perintah Aldo. Ia tidak mau terjadi hal buruk menimpa Raisa seperti waktu lalu.
Selama perjalanan tak ada yang membuka obrolan,baik Raisa ataupun Aldo. Mereka sama sama diam tidak bersuara.
Jika ditanya kenapa Raisa diam,jawabannya ia tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan lawan jenis. Apalagi untuk mencari topik pembicaraan. Bukan keahlian nya. Ia lebih memilih fokus ke jalanan sambil berusaha keras untuk tidak terlihat memalukan berjalan disamping Aldo.
Raisa juga diam diam melirik ke arah laki laki disamping nya. Dengan postur tubuh tinggi dan topi yang kerap melekat di kepalanya,Raisa tidak bisa melihat dengan jelas wajah Aldo. Padahal ia ingin tahu bagaimana ekspresi Aldo saat bersamanya. Mungkinkah sama dengan apa yang ia rasakan saat ini? Atau malah biasa biasa saja.
Namun tiba tiba tatapan laki laki itu mengarah padanya. Membuat sang empu salah tingkah,malu dan gugup.
"Kenapa dilihatin gitu wajah aku? Ganteng ya?"ujar Aldo begitu percaya diri.
"E-enggak kok. Aku cuma mau liat langit,mendung apa enggak. Soalnya kaya mendung"sahut Raisa beralasan.
"Ahh masa si"laki laki itu seperti nya tidak percaya dengan ucapan Raisa.
Gadis itu hanya mengangguk. Tanpa melihat ke arah lawan. Perjalanan mereka terus berlanjut,hingga akhirnya sampailah di depan restoran tempat Raisa bekerja.
"Kita pisah disini ya. Aku masih harus lanjut jalan. Kamu yang semangat kerjanya"pesan Aldo sebelum pergi.
"Iya. Mas Aldo juga"jawab Raisa.
Kemudian laki laki itu beranjak pergi meninggalkan Raisa seorang diri. Rekan rekan kerja Raisa belum terlihat satu orang pun. Selepas kepergian Aldo, barulah Ana nongol. Tapi dengan dibonceng seorang cowo. Kemungkinan besar itu Yogi,pacar Ana. Dan tunggu,motor yang dipakai Yogi seperti terlihat tidak asing. Bukankah itu motor yang kerap dipakai Aldo tapi kenapa Yogi yang memakainya? Sedangkan yang punya motor malah jalan kaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Love
Short StoryAda cinta pasti ada yang terluka. Ada tawa namun ada pula tangis air mata. Roda kehidupan akan selalunya berputar. Tak ada penderitaan yang abadi. Semua hanya soal waktu. Dan jika waktu itu tiba kebahagiaan pasti akan menjumpai kita. Raisa pernah be...