HAPPY READING!
• • •
JENDRALLINA
Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Semua murid kembali berhamburan keluar kelas.
Alin dan Bela kini sudah berjalan bersama untuk mengambil motor mereka masing-masing dan jangan lupakan kelima inti Rexalder juga ada di belakang mereka.
Kapten sempat menawarkan Alin kembali untuk masuk ke bagian Rexalder tapi Alin masih tetap menolak, mungkin menurut Alin dia masih ragu dan labil.
"Lin itu siapa lo?" Tanya Bela sambil menunjuk ke arah parkiran motor yang tak jauh dari mereka berdua saat ini. Alin mengkerutkan kening nya lalu menghampiri lelaki yang sudah berada di sebelah motor nya.
"Ngapain lo disini?" Tanya Alin dengan nada yang kesal.
"Gue mohon, lo ikut gue Lin." Alin menghela nafas nya.
"Gak. Gue udah bilang jangan pernah ganggu hidup gue lagi."
"Bukan papa yang bunuh mama Nava Lin."
"Terus siapa?!"
"Mama gue."
"Mama lo emang ga tau diri ya?"
"Udah jadi lonte, ninggalin lo, masih untung mama gue mau adopsi lo. Bukan nya berterima kasih dia malah bunuh mama gue."
"Mama lo balik ke keluarga gue jadi pelakor kan?"
"Dia yang udah rusak keluarga gue dengan embel-embel mau ngambil lo." Aksa hanya menunduk, pikiran Alin ternyata benar.
"Ayo ikut gue sekarang." Paksa Aksa, Alin masih memberontak untung ada inti Rexalder datang.
"Kalau dia ga mau, jangan dipaksa." Sahut Jendral dengan ketus.
"Lo yang udah bantu Liam buat nyelakain gue kan di balapan waktu itu?" Sekarang Kapten, dia ingat betul dengan data yang dikirim dari Tian tentang Aksa. Alin mengkerutkan kening nya, saat ini Aksa diam tidak bisa berkata semua pertanyaan itu benar.
"Gak habis pikir gue, gak ibu ga anak sama sama sama setan."
Sebelum Alin memakai helmnya dia melihat ke arah jalan raya dan pas sekali Sela menyebrang, entah untuk apa dia menyebrang.
Kalau orang lain jahat ke kamu, kamu boleh bales kejahatan nya sehabis itu kamu harus minta maaf ya? Bagaimana pun kamu juga salah karna sudah membalas kejahatan nya.
Ucapan mama nya kembali terngiang, Alin melirik ke arah kiri yang sudah ada mobil dengan kecepatan yang lumayan tinggi melesat ke arah Sela, dia buru-buru lari.
"Sela!" Teriak Alin lalu berlari ke arah sela dan menangkap tubuh nya. Teman-teman yang menyaksikan nya ikut panik dan langsung menghampiri Alin.
Brughh
"Hah selamat." Mereka berdua selamat dengan posisi terlentang di pinggir jalan.
"A-Alin" Cicit Sela akhirnya mengeluarkan air mata nya.
"Maaf" Seru Alin akhirnya memejamkan mata nya.
Teman-teman nya sudah sampai di depan mereka. Jendral langsung mengangkat tubuh Alin untuk dibawa ke UKS. Tidak. Alin tidak mati dia hanya pingsan karna terlalu panik menolong tadi.
Alin membuka mata nya, samar-samar dia melihat Bela di sebalah nya. Luka ringan yang berada di lutut dan tangan nya sudah di obati oleh PMR sekolah nya.
"Bel lo ngapain ikut gue ke surga?"
"Pulang bel tempat lo bukan disini."
"Biarin gue disini, lo di neraka aja."
Plak
Tamparan pelan mendarat di pipi Alin.
"Sinting banget, lo masih hidup tolol." Alin langsung duduk dan dilihat masih ada teman teman dan juga Aksa disana.
"Anjay gue masih hidup bel, nyawa gue banyak berarti ya?" Bela menempeleng kepala Alin, sudah gila sahabat nya ini.
"Bel beliin tejus dong" Bela membulatkan matanya, Lalu memberi segelas air putih ke arah Alin.
"Gak suka air putih setan."
Semua orang di sana menyaksikan debat Bela dan Alin. Ziko dan Davin akhirnya maju lebih dulu.
"Ibu Alin sudah sehat? Gimana keadaan nya?"
"Alhamdulillah baik, btw siapa yang bawa gue kesini? Sela mana? Dia baik-baik aja kan?" Ziko dan Davin melongo di tempat.
"Yang bawa bapak Jendral terhormat, sela baik-baik aja. Ibu pentingin diri sendiri dulu dong malah mentingin orang lain." Kata Davin, Alin hanya tersenyum mendengar nya.
"Udah mendingan?" Kapten dan Tian sekarang maju. Ini sudah seperti absen barisan ya.
Alin hanya mengangguk, Kapten hampir mendaratkan tangan nya di kepala Alin sebelum itu terjadi ada tangan seseorang siapa lagi kalau bukan Jendral yang menepis kasar tangan Kapten.
"Jangan sentuh."
"Sensitif banget sih, gue ini Abang lo inget." Jendral hanya memutar bola mata nya malas.
"Makasih." Alin berterimakasih sambil tersenyum simpul kepada Jendral yang hanya diangguki oleh sang empu.
"Aduh senyuman mu dek, sangat candu.." Jendral melirik ke arah Ziko dengan tatapan sinis nya yang dilirik hanya tertawa tak berdosa.
"Alin, ma-maafin gue." Kini sela sudah berada di depan Alin, Alin lagi-lagi hanya tersenyum.
"Sel gue boleh minta sesuatu ga ke lo?"
"Apa? Ambil aja Jendral ga papa gue iklhas" Sahut sela masih menangis tersedu-sedu.
Bela pasti dalam batin nya mengatakan alay banget ewh.
"Bukan, gue minta sama lo berenti bully adek kelas dan rubah sifat lo itu gue mau lo di hormati disini layak nya orang hormati gue juga." Sela hanya mengangguk lalu memeluk Alin dan mengucapkan terimakasih.
Alin menoleh ke arah sofa ternyata masih ada Aksa yang setia disana. Alin lalu melepaskan pelukan Sela lalu menghela nafas.
"Anter gue ke papa." Aksa mendongak melihat Alin sambil tersenyum.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
JENDRALLINA
Teen Fiction"Jen, lo ada keinginan nasib lo mirip kayak di novel-novel ga?" "Gimana?" "Semisal nya gue jadi pacar lo nih, terus lo lebih memilih tawuran berujung nyawa lo hilang di area tawuran itu, menurut lo gimana?" "Sekarang gue tanya balik, Pernah ga Lin l...