BAB 7 : PRIORITAS

61.3K 7.4K 1.1K
                                    

"Selesaikan hidupmu dengan baik di dunia. Buat Surga merindukanmu dan para Bidadari di dalamnya mencemburuimu"


Bulan-bulan berlalu dengan sangat baik bagi Sadam dan Indira. Kini usia kandungan istri keduanya itu tengah memasuki bulannya.

Kurang lebih sebelas hari lagi adalah HPL yang diperkirakan dokter Ana. Yah dokter itu akan tetap menjadi dokter pribadi kehamilan Indira yang di minta khusus oleh bunda Tania.

Sedangkan Sadam sedikit bisa melupakan kekhawatirannya akan pernikahan kedua yang ia lakukan dengan Indira yang mana bisa merusak pernikahan pertamanya . Ia sudah memutuskan akan merahasiakan kesahalahannya ini pada Nabila.

Ia akan tetap egois jika itu menyangkut Nabilanya. Sadam tidak ingin kehilangan anak yang sedikit lagi akan hadir dalam kehidupannya juga tidak mau kehilangan istri tercintanya yaitu Nabila.

Kini Sadam dan Indira sedang berada di taman rumah sambil mengelus perut besar istri keduanya dan Indira yang bersandar di bahu nya.

Beberapa bulan masa kehamilan ini Indira merasa sangat bahagia walaupun ia harus merasakan sulitnya membawa perut besar berisi bayinya. Masa kehamilan tidak semudah yang ia bayangkan, tapi kehadiran suami tercintanya juga Bunda Tania yang begitu posessive, Indira sedikit merasa beruntung.

Anak ia dan Sadam akan segera hadir ditengah-tengah kehidupan mereka, walaupun nanti juga akan ada wanita lain, yang merupakan istri pertama suaminya.

Indira akan tetap bahagia karena ia tahu kini Sadam lebih mementingkan dirinya atau hanya anaknya? Karena yang Indira tahu sejak masa kehamilannya, suaminya itu sudah jarang mengunjungi rumah sakit tempat Nabila di rawat.

Hanya seminggu di bulan keempat kehamilannya saja Sadam tidak berada di sisinya, ketika kedua orang tua Nabila menitipkan putri mereka pada Sadam untuk perjalanan bisnis ke Kalimantan.

Selebihnya Sadam selalu bersama ia dan calon anak mereka.

"Kamu udah lama ngga jenguk Nabila di rumah sakit, Mas. Apa Tante Nina dan Om Salman tidak akan marah?" Indira sering sekali menanyakan pertanyaan ini pada Sadam.

"Nanti setelah kamu melahirkan dengan selamat."

Sadam juga merindukan istri sholehah nya itu. Sangat. Tapi ia juga harus memikirkan calon anaknya. Setelah Indira melahirkan Sadam akan menebus absensinya selama berbulan-bulan ini yang tidak mengunjungi istri pertama nya itu.

"Setelah bayi kita lahir, apa kamu tidak akan ada waktu untuknya lagi?" Indira sebenarnya takut kehilangan kasih sayang Sadam untuknya dan juga bayinya tapi ia juga merasa kasihan seakan sudah merebut perhatian Sadam dari Nabila.

"Jelas aku akan tetap ada untuknya!" tegas Sadam.

Walaupun Sadam masih bingung cara membagi waktunya nanti saat anaknya telah lahir, janjinya menebus ketidakhadirannya di sisi Nabila, juga pekerjaan dikantornya.

"Bunda Tania juga berniat akan pindah kerumah ini untuk lebih banyak waktu bermain bersama cucunya nanti."

"Aku tahu," yah kini Sadam sudah tidak menggunakan kata 'saya' lagi pada Indira. Ini semua juga teguran dari Bunda Tania yang melihatnya terlalu kaku berbicara kepada istrinya sendiri.

Sadam mencobanya dan berhasil menggunakan kata 'aku-kamu' untuk berbicara dengan Indira.

"Mas,-" pekik Indira kesakitan.

Sadam panik mendengar pekikan kesakitan dari Indira. "Kamu kenapa? Mana yang sakit?"

"Aduh, Mas. Kayanya perut aku kontra-k-si." Indira menarik napas dan membuangnya. Berusaha meredakan rasa sakit yang ia rasakan.

Perjanjian Dua Surga (END | LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang