"Pergilah jika kau memang peduli terhadap Yunho. Bukannya dengan kehadiranmu Yunho semakin tersiksa? Lihat saja, karen dirimu ia pergi dari keluarga Jung untuk memilihmu, ia bekerja yang sangat kasar demimu! Dan kini ia terluka. Puaskah? Kau ini seorang Ibu bukan? Bagaimana perasaanmu jika Changwook dan Changmin melawan dirimu, dan mereka terluka? Jadi ku mohon menjauhlah dari Yunho. Tinggalkan Yunho, tinggalkan Changwook dan Changmin. Kau dapat dengan bebas mencari kehidupan lain." Dada Jaejoong terasa sesak, ia ingin sekali berteriak, ia tak ingin pergi, tetapi ia ingin Yunho selamat.
"Ku mohon, pergilah. Yunho anakku, Changwook dan Changmin cucuku, aku tidak akan menyakiti mereka, mereka akan baik-baik saja jika kau pergi." Jaejoong hanya menggeleng.
"Aku butuh mereka."
"KIM JAEJOONG MENGERTILAH! KAU LIHAT YUNHO SEKARAT KARENA MU!" Jaejoong hanya terisak, ia menggelengkan kepalanya. Ini memang sangat sulit, ia pun tak ingin Yunho semakin sulit.
Nyonya Jung meninggalkan Kim Jaejoong yang menangis. Semakin ia melawan, ia pun semakin sulit, bahkan ia tak ingin Yunho dan anak-anaknya semakin sulit jika terus bersamanya.
Ia benar-benar harus pergi untuk menukar kebahagian anak-anak dan suaminya.
....
....
7 bulan berlalu, Jaejoong melahirkan seorang putra, itu adalah anak Yunho. Ia harus pergi dengan membawa anak Yunho. Setidaknya Jaejoong memiliki satu-satunya yang tersisa yang sangat ia sayangi.
Tetapi, nasib berkata lain. Rumah Sakit tersebut terbakar, hanya beberapa pasien yang berhasil terselamatkan, sebagian besar mengalami luka bakar yang cukup parah, ditambah. Ruangan bayi benar-benar mengalami hal parah. Jaejoong sendiri histeris.
Mengapa?!
Mengapa ia harus kehilangan segalanya?
Mengapa Tuhan sangat membencinya?
Apa salahnya?
...
...
16 tahun berlalu. Kenangan pahit terasa sulit untuk dilepaskan.
"Pagi Appa." Ujar pemuda tampan, diikuti oleh saudara kembarnya. Mereka pun duduk untuk sarapan pagi.
"Pagi."
"Beberapa hari ini Appa mendapat laporan jika kalian berulah, apa benar?" Tanya Yunho. Changmin hanya menghela nafas.
"Tidak bisakah Appa tidak merusak selera makan kami? Untuk apa Appa peduli? Bukannya Appa tidak pernah melihat kami sedari dulu? Appa selalu sibuk mencari Umma dan Umma? Umma sudah pergi meninggalkan kita! Bisakah..!"
"Min, sudahlah." Changmin menahan emosinya.
"Maaf Appa, sepertinya aku sudah tidak berselera. Aku pergi, aku tidak ingin terlambat dan mendapat laporan buruk tentang kami." Changwook pun beranjak pergi, diikuti Changmin.
Yunho memejamkan matanya, ia tahu bahwa Jaejoong telah meninggalkannya, tetapi ia benar-benar tidak bisa melupakan Jaejoong sedikitpun.
....
"Tidak apa-apa?" Taeyong menggelengkan kepalanya.
"Hanya sedikit perih, aku rasa nanti akan lebih baik." Wanita itu tersenyum.
"Sepertinya mereka tidak bisa menerimamu ya, mengapa kau tidak mencari sekolah lain?" Taeyong menggelengkan kepalanya.
"Dengan bersekolah disini aku tidak merepotkan orangtuaku tentang biaya. Lagi pula ini sekolah ternama bukan? Aku sangat bangga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly [TAMAT]
Fanfiction"Aku bermimpi, jika aku dapat terbang bebas. Jujur saja aku lelah." Lee Taeyong, anak remaja yang bersekolah dengan jalur beasiswa yang selalu mendapat perlakuan buruk dari teman seangkatannya dan para seniornya. Buruknya, ia pun sangat dibenci oleh...