"Saatnya kau istirahat setelah meminum obat." Taeyong pun mengangguk, ia segera menelan obat tersebut, sementara Nyonya Lee merapikan nampan makanan Taeyong, berbeda dengan Tuan Lee yang hanya diam sedari tadi.
"Kami akan menemui dokter." Taeyong mengangguk, Nyonya Lee pun beranjak.
"Umma, terima kasih." Ujar Taeyong, ia menunduk, sementara mata Nyonya Lee dan Tuan Lee memerah. Taeyong tersenyum, dan memainkan jemarinya untuk menghilangkan gemetar.
"Kalian sudah dua kali menyelamatkan nyawaku, aku tidak tahu harus membalasnya dengan apa. Tetapi, aku sangat berterima kasih." Taeyong menarik nafas dalam dan tersenyum.
"Seandainya kalian tidak membawaku aku pasti sudah mati saat itu, dan seandainya kalian tidak salah mengambil bayi, aku benar-benar mati. Aku pun merasa bersalah kepada bayi itu. Tetapi, walau aku tidak tahu orangtua kandungku, aku merasakan bagaimana memiliki orangtua, aku memiliki Appa dan Umma." Air mata Nyonya Lee pun terjatuh, ia pun segera memeluk erat Taeyong.
"Kau itu anakku! Kau tidak boleh mati! Tidak boleh!" Nyonya Lee menangis, sementara air mata Taeyong sudah tidak lagi terbendung. Isakan tangis pun keluar.
"Umma... aku sangat takut." Ia sangat takut jika usianya akan habis, ia sangat takut jika Tuhan memanggilnya.
...
"Appa dapat melihatnya, dia adalah anak yang sekolah karena beasiswa, dan aku sangat tahu biaya pengobatannya mahal." Ujar Changmin.
"Kami berjanji akan menjadi anak baik asal Appa mau membantunya." Kali ini Changwook menambahkan.
"Baiklah, Appa mengerti." Ujar Yunho, Changwook dan Changmin tersenyum, mereka pun berjalan menuju kamar inap Taeyong, tetapi saat di koridor Yunho bertemu dengan Jihyo.
"Jihyo-ah?" Ujar Yunho. Changwook dan Changmin menatap sang Ayah. Ia mengenal teman Jaejoong. Entah mengapa feeling mereka semakin kuat.
"Ah Yunho. Sedang apa kau disini? Apa ada yang sakit?"
"Tidak, hanya menjenguk." Jihyo mengangguk, ia pun menatap Changwook dan Changmin.
"Mereka Changwook dan Changmin." Jihyo tersenyum.
"Ternyata sudah tumbuh besar ya."
"Iya. Changwook, Changmin, wanita ini ada Song Jihyo, ia yang membantu proses kelahiran kalian waktu itu." Changwook dan Changmin ingin mengatakan sesuatu, tetapi Jihyo segera berbicara.
"Mereka sangat dominan kepadamu ketimbang kekasih bodohmu itu ya." Yunho hanya tersenyum.
"Apa kau tidak tahu dimana Jaejoong?" Tanya Yunho. Changwook dan Changmin pun menatap Yunho. Jihyo tersenyum.
"Apa kau tidak menyerah? Bagaimanapun hubungan kalian tidak akan mendapat restu."
"Jihyo-ah, aku mohon."
"Maaf Yun, ada pasien yang harus aku periksa." Jihyo pun pergi meninggalkan Yunho, Yunho hanya kembali menghela nafasnya.
"Apa nama Umma adalah Jaejoong?" Tanya Changwook, Yunho hanya tersenyum dan mengangguk. Ia menepuk punggung putranya. Ia tak ingin mereka kembali kesal karena lagi dan lagi Yunho membahas Jaejoong.
"Maaf membuang waktu, ayo kita lanjutkan ke kamar teman kalian." Keduanya pun mengangguk.
Setibanya di kamar Taeyong. Changwook dan Changmin melihat kedatangan Jaehyun. Mereka hanya menatap tajam Jaehyun dan cukup membuat bulu kuduk Jaehyun berdiri.
"Hyung!" Ujar Taeyong. Si kembar pun tersenyum, mereka menghampiri Taeyong dan sedikit menyingkirkan Jaehyun.
"Bagaimana kabarmu?" Tanya Changwook sembari mengacak lembut rambut Taeyong, Taeyong tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly [TAMAT]
Fanfiction"Aku bermimpi, jika aku dapat terbang bebas. Jujur saja aku lelah." Lee Taeyong, anak remaja yang bersekolah dengan jalur beasiswa yang selalu mendapat perlakuan buruk dari teman seangkatannya dan para seniornya. Buruknya, ia pun sangat dibenci oleh...