2

140 8 6
                                    


Ceklek

"Dek, ada asisten kamu di bawah" ucapan laki-laki yang aku tebak kakak aku

"Iya kak" jawabku berbalik badan menaruh Tab yang aku mainkan dan berjalan ke luar kamar

"Kenapa?" Tanyaku turun dari tangga

Rumahku tidak sebesar rumahnya Raffi Ahmad tapi lumayan capek kalau ngurus sendiri rumah ini.Adapun tangga? Hanya 2 lantai itupun  lantai atas adalah ruang music aku dan di sampingnya ruang olahraga kakakku.Jangan heran, Kakakku atlet bulutangkis Indonesia, makanya punya ruang olahraga, adapun ruang musikku? Itu karena hobiku di dunia music.

   Heran? Dimana kamar orang tua aku? Rumah sebelah...gak bisa di bilang rumah juga, karena isinya jelas pekerjaan semua.

Kata bokap sih biar aku sama kakakku belajar mandiri untuk tinggal beda rumah sama orang tua.Terus, terlebih lagi katanya rumah di sebelah jelas banyak orang keluar masuk dari kalangan bisnis atau apalah.

   Kalau menurutku alasan pertama gak masuk akal, karena kalau emang mau bikin kita mandiri kan bisa ngasih apart? Bukannya pisah rumah yang konyolnya cuma beberapa langkah dari rumah orang tua.

Udahlah...pusing kalau beberin hal orang-orang dewasa.

"May, jadi pengiring single klub baru mau gak?" Tanya tergesa Imam membuat aku bingung, bukannya aku udah bilang untuk istirahat dari dunia hiburan, kenapa di tanyain begitu?

"Aku udah bilang mau istirahat mam" ujarku malas

  Imam adalah asistenku, walaupun laki-laki dia gak kalah gesit daripada perempuan, lagi-lagi dia bukan tipe laki-laki kemayu yang lemah gemulai, dia seperti laki-laki biasa dan beliau udah aku anggap keluarga.

Anggap aja kakak yang Cerewet yang hampir sebelas dua belas kayak ibu-ibu komplek.

"Ini lumayan May, aku juga udah liat tawarannya gak bikin capek kamu May, cuma latihan beberapa sebagai gladi bersih terus go untuk streaming"  penjelasannya Imam membuatku terdiam

"Aku gak butuh duit Mam, tolak aja alasan aku lagi sakit kalau itu agen band bagus" ujarku akhirnya

" May, tapi ini serius lumayan May, kalau aku tolak yakin kamu gak nyesel? Talenta mereka lumayan buat suatu hari kalau kamu butuh buat single baru mungkin " perkataan Imam membuatku mendengus

" Mam, buat lagu cuma angan aku gak sampe mikir ke sana, aku tekanin aku cuma drammer!! " Ujarku mulai emosi

Memang, aku pengen jadi komposer tapi itu hanya angan dan hanya cita-cita kecil aku, tapi gak pernah kefikiran buat bener-bener buat lagu, itu bukan jalanku, walaupun aku bisa nyanyi, aku gak punya inspirasi kayak penyanyi yang punya bakat, itu kelemahanku.Main Drum memang udah pro, tapi itu karena naluri dan emang besic aku di situ.

" May, fikirin dulu seminggu waktunya May, aku gak mau kamu nyesel May, selagi ada usaha dan peluang kamu pasti bisa May " perkataannya yang tak ku hiraukan, aku mengambil air dingin di kulkas dapur sedari tadi dia memang mengikuti sembari menjelaskan

Seteleh perdebatan dengan Imam, dia menjelaskan beberapa agenda, pemasukan, pengeluaran, tawaran, dan beberapa kontrak endorse, beberapa lainnya juga.

Mungkin ada pertanyaan di benak kalian, bagaimana aku bisa jadi terkenal dan teman sekolah gak tahu kalau aku itu artis? Itu mudah untuk aku gak bisa di kenali sama teman sekolah, bukan  aku pakek topeng, aku cuma gunain kacamata minus.

   Berpakaian sederhana kayak siswa biasa lebih tepatnya kayak siswa penyakitan karena aku sering pakek Gardigan rajutan yang keliatan tua banget, rambutku di biarkan semerawut lurus berantakan tanpa kunciran mungkin kalau beberapa orang yang suka horor bakal mikir aku anak indigo karena pembawaanku yang suram, rambutku, perilakuku, dan kesendirianku.

Selain itu sepatuku seperti sepatu anak biasa bukan hitam putih yang sering di gunain anak sekolahku.

  Kalau rambutku tanpa kuncir, gak keliatan tembem, bahkan lebih kayak tirus karena di habisin oleh rambut di sisi wajahku.

Rias wajah yang bener-bener pucat, bikin kantung mata palsu.Sebenernya mudah banget, cukup jadi berbeda aja itu udah bisa nyamar.

Untuk hal terkenal? Itu gak semudah membalik telapak tangan.Walaupun mamaku mantan artis hiburan yang memiliki suara bagus, itu bukan berarti aku numpang nama mama buat jadi terkenal, itu usahaku sendiri bersama band ku.Walaupun udah bubar karena kesalah pahaman, kami masih beberapa kali kontakan, walaupun kebanyakan penggemar band kami ingin kami reuni atau comeback yang aku sendiri gak mikir sejauh itu.

"Bude, Mie samy*ng udah habis bude?" Tanyaku pada wanita 40 lebih di dapur

"Loh May? Bukannya kemaren udah di masak sama kamu toh?" Tanya bude bingung, aku menepuk jidatnya sembari tersenyum

"Lupa bude " jawabku lalu melihat ke belakang  aku lihat Imam masih jelasin

" Mam "

"Hah?"

Imam menjawab linglung karena aku berhentiin dia yang masih jelasin secara rinci.

" Ke ind*maret yok Mam, anterin beli Mie" ujarku membuat dia bengong

" Tapi May, ini kan bel...."ucapannya ku potong cepat

"Nanti, kapan-kapan juga bisa, keburu aku mati duluan yokk beli Mie, kamu yang nyetir" ujarku mengambil handphone sebentar dan masker

Rambutku masih lurus tapi gak semerawut seperti di sekolah, kaca mata masih aku gunain tapi beda gagang, tapi masih sama... kacamata minus karena memang aku minus.

Imam buru-buru keluar rumah, sedangkan aku ngambil dompet ke kamar sebentar.

" May, mie tuh gak baik May, entar usus b..." Ucapan Imam di sepanjang market  tidak aku hiraukan

" Sttt, besok juga aku gak makan mie Mam, pengen doank ini" tegurku agar ia diam tidak mengoceh lagi

"Ngomong aja, besoknya juga bilang gitu lagi"

Bruk

Suara barang jatuh membuat aku menoleh ke belakang, aku lihat Imam menabrak orang yang Megang belanjaan, nah itu karma karena terlalu cerewet jadi laki-laki, itu fikiranku, Tidak aku hiraukan Imam yang kena masalah, aku sibuk cari beberapa mie model baru yang pengen aku coba.

Sebenernya kadang terfikirkan oleh aku tentang penyakit usus buntu, tapi aku coba nahan nafsu untuk ngurangin makan mie yang mie sendiri itu salah satu makanan favoritku.

"Mbak" tegur seseorang membuatku terkejut

Bukan kenapa, mata orang itu kayak nuduh aku pencuri ulung? Memang tingkah aku seperti pencuri karena berdiri jongkok berdiri jongkok tapi bukan berarti aku memang pencuri bukan?

"Saya?" Tanyaku memastikan dan orang tersebut mengangguk

"Bisa fotoin sebentar?" Tanyanya membuat aku terdiam

Ini beneran aku di suruh motoin? Baru kali ini aku nemuin laki-laki mungkin beberapa tahun di atas aku se narsis ini? Lebih tepatnya percaya diri apalagi untuk minta tolongin?

"Oh iya" ujarku tidak menolak

  Tak lama ia berpose sembari mengangkat gantungan kunci yang buat aku linglung.

"Mbak udah belum?" Tanyanya dan aku mengangguk singkat

Mati aku, kalau orang ini tahu aku Maya, di lihat dari sini aku ngeri liat kefanatikannya pada drum? Siapa yang gak tahu!! Apalagi aku!! Itu gantungan kunci meet and great aku yang di ajak berposenya!!!

"Makasi M..."ucapannya terpotong saat seseorang membuyarkan

"May udah belom?" Tanya Imam dari belakang juara aku kaget begitu juga mas-mas yang minta di tolongin fotoin

"Loh? Ini bang Imam asisten Maya!!" Perkataan Mas-mas ini membuat aku menatap bermusuhan Imam

Aku gak tahu di sosmed itu Imam kayak mana, yang jelas dia gaul dan banyak temen keliatanya, tapi untuk penggemar aku tahu dia asisten aku? Aku kurang yakin.

"Mbak ini..." Ucapannya menggantung saat melihatku

Jadilah acara minta foto dan mungkin setelah ini, ind*Maret ini makin banyak di kunjungin, tanpa aku dapet imbalan jelasnya.

 




 

REHAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang