14

23 1 0
                                    


Keramaian di rumah Oma. Orang-orang sibuk membersihkan rumah dan datang yang aku lihat sekarang.

Aku bingung seketika setengah linglung, hingga sebuah suara lembut membuat aku menoleh.

"Eh Maya, sini May duduk dulu" ujarnya mengambil sebuah kursi lalu menyuruhku duduk aku menuruti

Beliau adalah anak dari kakak omaku.Beliau juga sering di ceritakan oleh Omaku.

Kesanku tentang dia tak terlalu mendalam selain hanya menjadi objek cerita dari Oma.

Lagi-lagi kepribadianya membuat aku juga tertawa di sebuah waktu dengan Oma saat bercerita.

Selain bercerita tentang keseharian, Oma akan bercerita tentang kehidupannya dan sering juga membuat sebuah penatuah padaku setelah bercerita.

"Baru dateng May?"

"Hmm"

Setelah itu hening hingga suara lembut itu bersuara kembali.

"Ini terlalu mendadak bagi kita semua"

"Jika tegar terlihat sekarang pada saya sekarang May, itu hanya permukaan"

"Sedih itu wajar tapi gimana sama yang lain yang juga sayang sama Oma sampai nangis-nangis"

"Saya gak mau jadi penambah beban dan kesedihan bagi beliau di sana"

"Jadi....jangan terlalu terpuruk May"

"Karena itu cuma buat beliau sedih dan gak tenang"

Menepuk pundakku, berjalan ke dalam hingga hilang dari pandanganku.Aku masih terdiam mencerna ucapannya.

Tak lama, suara yang pernah aku dengar membuyarkan renunganku.

"Maya, yang sabar ya" Aku berdiri menanggapi ucapannya

"Kalau gitu Tante ke dalem dulu"

Mama Vera yang aku pernah liat beberapa kali aku tatap kosong tapi masih mengangguk ringan dengan sopan.

"May"

"Duduk yok di halaman"

Aku menuruti tanpa kata ucapan Vera.
Kami duduk di salah satu bangku di halaman rumah Oma.

Lagi-lagi Oma, ini bukan rumah Oma lagi mungkin, melainkan rumah kenangan Oma.

"May" aku menoleh linglung pada Vera

"Eh Vera....."

"Lo juga di sini?"

"Hehehe iya"

"Ini?"

"Maya"

"Oh, kalo gitu gue duluan ke dalem ya"

Laki-laki yang tak aku kenal berbicara sebentar dengan Vera, aku masih mendengar dengan linglung.

Hingga suara Vera membuyarkanku.

"May, Lo jangan gini"

"Lo boleh sedih tapi jangan berlebihan"

"Lo boleh nangis, Lo boleh marah"

"Lo boleh diem, Lo boleh kesel sekarang,"

"Tapi harus ada batasannya May"

"Oma Lo liat keadaan Lo gini pasti sedih,"

"Ini mungkin bukan maunya Oma Lo buat ninggalin Lo"

"Karena kematian gak bisa di negosiasikan May"

"Cuma Tuhan yang tau"

"Kamu gak tau Ver, rasanya jadi aku" ujarku pada akhirnya berbicara

"Oma terakhir aku ketemu masih sehat"

REHAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang