3. Things To Treasure

661 65 18
                                    

Natal tahun ini tidak jauh berbeda seperti natal tahun-tahun sebelumnya. Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh New. Kapan terakhir kali dia merasa sangat bahagia saat natal tiba? Entahlah. New bahkan tidak mau mengingat.

Saat ini keluarga besar lelaki tersebut tengah berkumpul di rumah Sang Kakek. Orang tua dari pihak Ayahnya, Dokter Sathaporn. Ayah New adalah bungsu dari tiga bersaudara. Sedangkan New adalah cucu paling muda.

Seharusnya jadi yang paling di sayang, bukan?

Ya, seharusnya.

"Thanat memang anak yang paling membanggakan, Yah. Sebentar lagi jadi Dokter Sp. JP (spesialis jantung dan pembuluh darah), penerus Ayah."

Ayah New berucap disertai tawa diakhir kalimat. Menepuk punggung anak sulungnya bangga didepan Sang Kakek. Begitulah, jika dilihat dari sudut pandang semua orang. Apalagi si bungsu.

Lee Thanat adalah sosok anak laki-laki idaman orang tua, bahkan calon mertua. Banyak yang bicara seperti itu. Selain tampan, dewasa, dan cerdas, lelaki tersebut mempunyai attitude yang baik, serta rajin beribadah. Masih single pula. Meski sebenarnya sudah banyak yang ambil antrian untuk menjadi calon istrinya.

Terlihat hampir sempurna bukan?

Sekarang Thanat tengah meneruskan ke jenjang pendidikan dokter spesialis tahun ke 3 di Surabaya. Spesialisasi yang diambil adalah Jantung dan pembuluh darah. Pendidikan tersebut di tempuh selama 10 semester. Lama juga ternyata, ya?

New mengalihkan tatapannya menuju Thanat yang duduk diseberang. Dia diapit oleh Kakek dan Ayahnya. Mereka terlihat tengah membicarakan sesuatu dengan disertai tawa. New ingin sekali ikut bergabung. Satu kali saja. New bahkan tidak pernah membuat Ayahnya tertawa seperti itu setiap kali mereka berbicara. Hanya ada wajah datar tidak ramah senyum yang dia dapati. Tanpa disengaja, New melakukan kontak mata dengan Abangnya tersebut. Lalu, memutusnya dengan cepat. Mengalihkan tatapan pada ayam pedas manis yang sudah ada di atas piringnya.

Kali ini mereka tengah makan bersama. Makan siang bersama. Menu istimewa dihidangkan untuk merayakan natal. Hanya menu lokal. Karena itu kesukaan Kakek.

Tante Namtan adalah Kakak perempuan pertama dari Ayah New yang menyiapkan semuanya. Tentu saja, dia adalah mantan Chef dan pemilik restoran yang sudah tidak diragukan lagi. Sedangkan yang mendekor rumah Kakek dengan berbagai aksesoris nuansa natal adalah keluarga Om Nicky. Lelaki tersebut adalah Kakak kedua yang bekerja sebagai Vice President di salah satu perusahaan milik negara.

Diantara kedua Kakaknya, hanya Ayah New yang melanjutkan profesi sebagi Dokter seperti Sang Kakek. Kemudian, dilanjutkan oleh si sulung, Lee Thanat. Thanat meneruskan ke jenjang spesialis yang sama persis dengan Kakeknya dulu. Membuat si sulung mendapat predikat sebagai cucu kesayangan Kakek.

New mulai jengah dengan percakapan yang tengah mereka bicarakan. Padahal ini di meja makan. Mereka tengah makan siang. Bukankah seharusnya tidak boleh mengobrol ketika makan? Begitulah pikir New.

Percakapan masih berlanjut. Bagaimana Tante Namtan dan Om Nicky saling membanggakan anak mereka masing-masing. Ayah New bahkan terkadang ikut menimpali. Membanggakan anak sulungnya. Seolah lupa jika dia memiliki si bungsu juga.

Inilah yang New tidak sukai dari keluarga Sang Ayah. Sedari dulu New selalu malas jika harus ikut berkumpul dengan mereka. Terlebih semenjak Neneknya meninggal. Nenek seolah menjadi pengendali. Selalu memperingati jika ada yang berlebihan.

New melirik ke arah Bundanya. Wanita tersebut hanya tersenyum sesekali. Menanggapi ucapan yang lebih tua. Tanpa ikut menyuarakan hal yang sama.

Sejak kecil, New memang tidak terlalu dekat dengan Ayahnya. Tidak tahu kenapa. Tetapi, Ayahnya sangat dekat dengan Sang Kakak. New bahkan jarang membuat obrolan dengan Ayahnya. Maka dari itu, tugas dari Ayah dan Bundanya setiap 2 bulan sekali untuk evaluasi dia sanggupi. Sebagai ajang untuk mengobrol dengan Ayahnya, meski sebatas membahas suatu kasus sekalipun. Tidak apa-apa. Itu kesempatan berharga untuk New. Kapan lagi dia bisa lebih dekat seperti itu dengan Sang Ayah? Terimakasih untuk Bundanya yang telah membuat ide cemerlang ini.

Garis Terdepan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang