Chapter 11-12

834 41 27
                                    

KUDUS.

Tay baru saja menata sarung dan sajadah ke tempat semula saat melihat New memasuki kamar. Lelaki itu masuk sembari membawa dua minuman kaleng dingin.

Meletakkan cola diatas meja untuk Tay, dan bintang radler untuk dirinya sendiri.

"Udah selese sholat tarawihnya, Bang?"

"Udah, barusan."

Tay mendekat. Mengecup pipi kanan lelaki yang tengah duduk dikursi sembari fokus melihat ponsel itu sekilas. Lalu, mengambil cola miliknya.

"Jadi mau main arcade?"

Tay mengambil suara setelah meneguk minumannya.

New mengalihkan tatapan kepada lelaki tersebut. Kemudian, tersenyum dan mengangguk semangat. Persis anak kecil yang ditawari makanan kesukaan oleh Ibunya.

New bahkan terlihat menggemaskan sekali di mata Tay Tawan.

Tay meneguk ludahnya berat.

Sudah berapa hari dia menunda jatahnya? 

***

"Anjirlah, Bang. Jangan diliatin mulu. Malu."

Tay semakin menyunggingkan senyum setelah mendengar kalimat tersebut. Dibawahnya, New tengah menutup tubuh telanjangnya dengan selimut.

Wajahnya sedikit memerah. Lelaki itu malu karena Tay sejak tadi hanya memandangi tubuhnya dan belum melakukan apapun.

Ya. Mereka tidak jadi bermain arcade malam ini. New harus menunda keinginannya. Karena lelaki diatasnya itu 'menyerangnya' terlebih dahulu.
New mulai menikmati pemanasan yang lelaki itu buat.

Tay menuntunnya dari awal. Menguasai milik dia sepenuhnya. Memberi tanda kepemilikan pada leher dan area sekitar lelakinya.
New mengimbangi pagutan panas lelaki tersebut. 

Lenguhannya sesekali terdengar saat kedua nipple miliknya menjadi pusat lain. Semakin menjadi saat Tay mulai menciumi area perut bawahnya dan semakin kebawah.

Tay membuka kedua paha milik New. Setelah dia mengambil lubricant dan kotak yang berisi pengaman.

"Kondomnya abis, New. Gimana, nih? Udah terlanjur"

Ada nada menggoda diakhir kalimat. New mendengus sekali sembari tersenyum memaklumi. Biasanya dia paling anti jika tidak menggunakan pengaman.

Tapi apa boleh buat? Keduanya sudah kepalang basah.

"Yaudah. Nggak usah pake kondom nggak papa. Kali ini aja. Besok-besok nggak boleh, ya, Mas."

New mulai mengandalkan panggilan rayuannya. Dia selalu memanggil Tay dengan sebutan 'Mas' jika sedang membujuk lelaki tersebut atau menginginkan sesuatu darinya.

Lelaki itu mengangguk.

"Inget safe sex."

Kemudian, melanjutkan kalimat New. Dia bahkan sudah hafal diluar kepala. Keduanya sama-sama tersenyum. Tay mulai mengurung tubuh New dibawahnya.

Meraih bibir lelaki tersebut. New menyambutnya dengan senang hati. Sembari melingkarkan kedua kakinya pada punggung lelaki diatasnya.

Beberapa saat kemudian, Tay memasukkan satu jari kedalam lelakinya. Memainkan ritme dengan pelan. Kemudian, menambah satu jari lain.

Lalu, mempercepat ritme gerakan.

Lenguhan New semakin keras.

Tay Tawan menyukainya. 
.
.
.
"Ditelen, New."

Garis Terdepan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang