Jean menggeram kesal, kemudian berdecih. Hari ini banyak sekali hal yang membuatnya kesal. Para Titan liar, Eren, [Name], dan sekarang regu pemasok yang justru bersembunyi ketakutan.
Dia juga merasa kesal dengan dirinya sendiri, menggunakan teman-temannya untuk melarikan diri menuju markas ini. Benar-benar tidak cocok untuk menjadi pemimpin.
Tiba-tiba saja 2 Titan berhasil menjebolkan dinding markas itu. Jean dapat dengan jelas melihat senyuman mengerikan dari 2 Titan yang tepat berada di depannya. Pikirannya berkecamuk, bayang-bayang kematian mulai menghantui pikirannya.
Hingga matanya membesar begitu melihat tangan besar yang memukul wajah Titan di depannya. Jean merasa waktunya bergerak lambat karena tangan yang mendadak muncul tersebut.
Jean dibuat tambah terkejut begitu melihat Mikasa, Armin, dan Connie yang berhasil menerobos masuk. Dan juga melihat [Name] yang berada di pundak Titan yang meninju Titan tadi.
"Mikasa?! Kalian baik-baik saja?!" Tanya Jean dengan raut khawatir, dan dijawab anggukan oleh Mikasa.
"Kalian... selamat..."
Connie memeriksa tubuhnya, kemudian memukul-mukul punggung Armin dengan senang. "Rencanamu berhasil Armin!! Semuanya! Itu adalah Titan misterius yang menyerang Titan lainnya! Dia tidak tertarik pada kita!!" Jelas Connie yang membuat seluruh prajurit di markas itu terkejut.
"Jangan bercanda Connie! Tidak mungkin kita menggunakan Titan! Itu mimpi buruk!!"
"Tenang Jean... lihatlah [Name] yang berada di pundak Titan itu!" Ucap Marco, membuat seluruh perhatian terarah pada [Name].
[Name] tersenyum puas melihat tinjuan Titan yang dinaikinya itu. Benar-benar menakjubkan kekuatan Titan itu. Selagi membiarkan teman-temannya mengisi ulang gas, [Name] akan tetap berada di pundak Titan itu dan membantunya dengan kekuatan matanya.
Namun tiba-tiba saja tangan Titan itu menggenggam badannya, yang membuat prajurit lainnya berteriak panik.
"Hey!! Kenapa aku diturunkan!!?" Protesnya, sebab Titan misterius itu menurunkannya tepat di tempat teman-temannya berada.
"GROARRRR!!!!!"
Seluruh prajurit menutup telinganya, dan [Name] menutup matanya. "Baiklah jangan meraung di depanku! Nafasmu itu menjijikkan..." Ucap [Name] memasang wajah jijik.
Titan itu mengangkat tangannya, membuat seluruh prajurit panik. Bahkan Mikasa sudah bergerak untuk menyelamatkan [Name]. Namun langkahnya terhenti begitu melihat Titan itu mengusap kepala [Name] dengan jempolnya, kemudian kembali menghadapi para Titan liar di sekitarnya.
"[Name]?! Kau tak ap—KENAPA WAJAHMU MEMERAH?!" Tanya Connie dengan paniknya.
[Name] menampar pipinya sendiri dengan kencang, "CONNIE TOLONG BENTURKAN KEPALAKU PADA BENDA KERAS ATAU DINDING!! CEPAT!! SEPERTINYA AKU SEMAKIN GILA!!! BAGAIMANA AKU BISA MENYUKAI TITAN ITU?!!!" Teriaknya dengan frustasi, sambil mengacak kasar kain yang menutupi rambutnya. Membuat kain itu terlepas, dan ikatan rambutnya juga terlepas.
"Panjang sekali..." Gumam Jean begitu melihat rambut hitam milik [Name] yang sepanjang mata kakinya.
"[Name]!"
Mikasa dengan cepat menahan tangan [Name] yang memegang kain itu, menjaga agar kain itu tidak memperlihatkan rambutnya yang bagian atas tentunya. Armin juga mengeluarkan sapu tangannya, dan mengusap darah yang keluar dari mata kiri dan hidung [Name].
Mikasa kembali mengikat kain itu dikepala [Name], dan juga menutup mata kirinya. Bukan kepala [Name] yang dapat membuat dia gila, namun jika kain itu terlepas dari kepalanya. Itu yang Mikasa dan Armin ketahui setelah [Name] menceritakan tentang kehidupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE [AOT]
Fanfiction[COMPLETED] Attack On Titan book 1 X Reader! [Name] tidak mengingat apapun setelah tertidur selama 7 tahun lamanya. Dan begitu terbangun, hal pertama yang dilihatnya adalah wajah menyeramkan dari titan dengan tinggi 4m menatap dirinya dengan penuh...