Matahari pagi itu bersinar dengan sangat cerahnya. Para manusia dan juga hewan-hewan melakukan aktivitas mereka dengan semangat penuh pagi itu. Sinar yang tidak panas seperti biasanya, dan juga suhu yang sejuk. Pagi itu, pagi yang sangat indah bagi semua orang.
Kecuali [Name] tentunya. Semalam, dengan seenaknya Harpyja kembali memanggilnya, dan dengan seenaknya juga mengajak [Name] untuk berduel.
Bayangkan saja, burung raksasa melawan manusia yang bahkan tingginya tidak mencapai cakar burung tersebut. Tentu saja hasilnya [Name] kalah telak. Dan efek sampingnya adalah tubuhnya terasa sangat sakit semua.
"Eh, [Name]?!" [Name] membuka matanya, melihat Historia yang tadinya terpekik karena melihatnya.
"Selama ini kau di sini?! Tunggu—kau demam?!"
[Name] memegang dahinya, terasa panas. "Ada apa Histori—[Name]?" Mikasa mendekati [Name] yang terbaring dengan lemahnya di atas ranjang.
"Mikasa, [Name] demam! Kita harus se—"
"Tenanglah Historia.. aku tidak akan mati.. jangan panik..." Ucap [Name] dengan nada lemah, menahan tangan Historia.
"Kalian semua sudah di sini? Maaf aku tidak menyambut kalian."
"Tidurlah jika merasa pusing, jangan paksakan dirimu." Ujar Mikasa mendorong tubuh [Name] agar tetap terbaring.
"Aku akan mengambil air, kau harus tetap berbaring!"
Historia keluar dari kamar itu dengan sedikit berlari, sementara Mikasa memilih untuk duduk di tepi ranjang sambil menatap [Name] yang memejamkan matanya.
Sedikit merasa heran akan surai rambut [Name] yang seluruhnya putih, namun Mikasa memilih untuk tidak terlalu memikirkannya. Segala hal tentang [Name] itu terlalu rumit, dan sulit dimengerti.
Mungkin saja hanya beberapa orang yang memahaminya.
"Bagaimana rusukmu?"
"Berkatmu mereka baik. Terima kasih." [Name] membuka matanya, menatap Mikasa."Eren dan Armin?"
"Mereka juga baik. Kecuali kabar jika Hange-san sering meminta Eren untuk menjadi bahan eksperimennya."
[Name] terkekeh, "Mau bagaimana lagi? Eren harus bisa menguasai kemampuan pengerasan." Ujarnya dan Mikasa mengangguk setuju.
"[Name]! Kau di sini ternyata selama ini!"
Eren datang bersama dengan Historia, Eren-lah yang membawakan mangkuk yang berisi air untuk mengompres dahi [Name]. Dengan telatennya, Historia memeras kain dan meletakkan kain yang basah itu di dahi [Name].
Perlahan, wajah [Name] yang memerah karena demam kini mulai kembali ke warna asalnya. Historia peka akan satu hal, dan kembali keluar dari kamar tersebut untuk mengambil minum.
"Terima kasih Historia..."
"Sepertinya kau demam karena dehidrasi." Ujar Historia, sebab ketika [Name] menghabiskan minumnya wajahnya kembali segar seperti biasa.
"Mungkin.."
"Anu... [Name]..." [Name] menatap Historia, menanti ucapan atau pertanyaan yang akan keluar dari bibir perempuan cantik itu. "Aku mendengar kau bisa melihat masa lalu dan masa depan seseorang.. apakah aku boleh mengetahui masa lalu dan masa depan Ymir?!"
[Name] meraih tangan kanan Historia, menggenggamnya dengan sangat erat. "Aku bisa memberi tahumu tentang masa lalunya, tidak dengan masa depan. Apapun yang terjadi di masa depan biarkanlah menjadi rahasia." Ujar [Name] dan mengirim memori tentang masa lalu Ymir pada Historia.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE [AOT]
Fanfiction[COMPLETED] Attack On Titan book 1 X Reader! [Name] tidak mengingat apapun setelah tertidur selama 7 tahun lamanya. Dan begitu terbangun, hal pertama yang dilihatnya adalah wajah menyeramkan dari titan dengan tinggi 4m menatap dirinya dengan penuh...