13

2.1K 393 15
                                    

Pasukan Penjaga telah tiba di dinding Rose. Banyak penduduk yang berkumpul untuk melihat kepulangan Pasukan tersebut. Seperti biasa, tidak ada senyuman yang terpatri di wajah mereka, yang membuat para penduduk mulai menghina mereka.

Eren ingin membentak mereka yang menghina Pasukannya, namun begitu melihat anak laki-laki yang menatap mereka dengan tatapan berbinar membuatnya mengurungkan niatnya. Setelah itu Eren melihat [Name] yang masih memejamkan mata di sebelahnya.

Pada saat perjalanan kembali, sekitar 8 Titan liar mengejar rombongan Pasukan Penjaga. Namun seluruhnya dapat ditumbangkan oleh [Name], Michelle, dan Mikael. Hanya saja [Name] langsung terjatuh dari kudanya karena tubuhnya yang sangat kelelahan.

"Kalian semua beristirahatlah, hari ini perjalanan yang sangat panjang. Terima kasih atas perjuangan kalian."

"Siap!!!"

"Eren.. sebaiknya kau beristirahat." Ucap Mikasa, menatap sendu Eren yang masih menangis.

Armin mendekati gerobak Eren, "Apakah kau baik-baik saja Eren? Lalu bagaimana dengan [Name]?" Tanyanya dengan beruntun.

"Aku tak apa Mikasa, Armin. Dibanding denganku, luka [Name] jauh lebih serius."

Armin hendak membuka kain yang menutupi kepala [Name], namun suara berat Levi mengintrupisnya. Membuatnya menghentikan tangannya.

"Istirahatlah. [Name] akan kami urus."

Levi mengangkat tubuh [Name], meletakkan tubuh perempuan yang lebih tinggi darinya itu di punggungnya. Kemudian memasuki markas Pasukan Penjaga.

Levi dapat mencium aroma amis dari darah yang sangat melekat pada tubuh [Name]. Meski kakinya cedera saat menyelamatkan Eren dan [Name] tadi, Levi tetap berhasil membawa [Name] ke dalam kamarnya.

Matanya menatap datar [Name] yang matanya tertutup dengan sangat rapat. Nanti dia akan memanggil Petra atau Hange untuk mengganti pakaian perempuan itu yang penuh dengan darah.

Bukan tanpa alasan Levi membawa [Name] ke kamarnya. Mereka mengkhawatirkan keadaan [Name] jika beristirahat di kamarnya. Kamar Levi adalah tempat terbaik, dipastikan tidak ada satupun yang berani memasuki kamar tersebut.

Pintu kamar Levi diketuk, dan begitu dibuka menampilkan sosok Hange dan juga Armin dengan raut wajah yang khawatir.

"Masuklah, aku menunggumu kacamata." Ucapnya dengan datar, kemudian menatap Armin.

"Aku membawanya Levi! [Name] meminta Armin untuk melakukan sesuatu padanya jika dia dalam keadaan sekarat, izinkan dia masuk!"

"Baiklah..."

Hange dengan Armin memasuki kamar Levi, kemudian kamar tersebut ditutup dengan rapat oleh Levi. Begitu pula dengan jendela, yang Levi tutup dengan rapat juga. Mengharuskan ruangan itu diterangi oleh lilin.

Armin segera membuka kain di kepala [Name], melihat rambutnya yang ternyata tinggal sedikit bagian yang berwarna putih. Merogoh sakunya, Armin mengeluarkan gunting kemudian memotong pendek beberapa rambut [Name], tidak seluruhnya hanya sedikit. Sesuai dengan permintaan [Name] sebelum pergi tadi.

Tak butuh waktu lama, bagian rambut yang dipotong tadi berubah menjadi warna putih. Membuat ketiga orang di ruangan itu menatap rambutnya dengan takjub.

"Apa maknanya rambut putih itu?" Tanya Levi pada Armin.

"Aku tidak tahu Kapten.. tapi jika analisa ku tepat, rambut putih ini syarat untuk [Name] menggunakan kekuatannya. Jika seluruhnya menghitam, artinya [Name] tidak akan dapat menggunakan kekuatannya. Ini baru tebakan..."

FATE [AOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang