28

1.2K 242 2
                                    

Pagi tiba, banyak prajurit dari Pasukan Garisson berdiri di atas dinding, dengan meriam di hadapan mereka. Sementara di bawah sana, sebagian prajurit kembali melakukan arahan untuk simulasi evakuasi.

Begitu Titan Rod Reiss mendekat, meriam-meriam itu ditembakkan ke arahnya. Sayangnya, peluru dari meriam itu tidak memberikan efek sama sekali pada Titan tersebut. Begitu pula ketika ditembaki oleh meriam dari bawah, tidak membuat Titan itu berhenti dan terluka.

Di sisi lain, Pasukan Pengintai mulai bergerak mengumpulkan tong-tong yang berisi bubuk mesiu di sebuah jaring, agar kumpulan tong itu kelak dilemparkan oleh Titan Eren ke mulut Titan Rod Reiss.

[Name] menatap jijik tubuh Titan Rod Reiss yang berlubang-lubang, entah mengapa mengingatkannya akan tubuh orang yang menyelamatkan ibunya dahulu. Dan hal itu membuat tubuhnya merasa sedikit gatal dan merinding.

"Benar-benar menjijikkan..." [Name] mengeratkan tudungnya, kemudian mendekati Eren yang tengah menggulung tali.

"Kau masih kepikiran tentang ayahmu?"

"Ah? Sedikit... entahlah... aku merasa aku tidak berguna..."

"Ya... jika begitu, maka perjuanganku akan sia-sia Eren." [Name] menepuk pelan kepala Eren. "Kau harapan umat manusia di dalam dinding. Meski mereka menatapmu dengan tatapan ragu, jijik, ataupun takut, hanya kau yang bisa membawa kebebasan bagi manusia di dalam dinding. Jika kau tidak menjadi seorang Titan Shifter, dapat dipastikan saat ini pasti dinding Sina juga sudah runtuh. Dan aku juga tidak akan ada di dunia ini..." Ucapnya dengan senyuman tipis.

"Aku tidak tahu [Name]... banyak yang mati karenaku..."

"Karena itulah ada aku di sini Eren! Aku akan mencegah kematian banyak orang. Mereka melindungimu karena kau harapan mereka, dan aku akan melindungi mereka karena mereka mempercayaimu."

[Name] berlutut, kemudian menyentuh tangan kanan Eren dan menciumnya. "Oleh karena itu, mulai saat ini, aku [Name] akan mendedikasikan hidupku untukmu Eren. Segala hal yang akan kau lakukan, aku akan mendukungnya, termasuk jika harus menyingkirkan pengganggu. Sampai akhir hayatku, aku akan terus mendukung dan tidak akan meninggalkanmu. Ini sumpahku!" Setelah berkata demikian, [Name] berdiri dan membantu Mikasa dalam menumpuk tong-tong itu.

Sudah [Name] putuskan. Dia akan terus maju dan mendukung seluruh tindakan Eren. Dengan kata lain, dia akan melawan Levi atau bahasa kasarnya membuang laki-laki yang disukainya itu.

Katakan saja dia menjadi budak dari Eren, dia tidak akan mempermasalahkan panggilan tersebut. Sebab Eren adalah orang yang dipilih sahabatnya, sang pendiri.

Segala hal yang berhubungan dengan sahabatnya, akan dia lindungi. Termasuk mengorbankan seluruh hidupnya bagi Eren.

Tiba-tiba saja Eren meninju wajahnya sendiri, dan membuat hidungnya mengeluarkan darah. Mungkin dia akan melakukan hal itu hingga wajahnya penuh dengan memar, jika tidak ditahan oleh Mikasa.

"Kau melukai dirimu sendiri? Masih terlalu cepat!" Maksud dari perkataan Armin adalah, mengenai syarat untuk berubah menjadi Titan, yakni dengan melukai diri sendiri.

"Tidak... aku hanya menghajar bocah yang tidak bisa apa-apa... kuharap dia mati saja."

"[Name]!!" Panggil Mikasa dengan panik. "Tolong dia..."

[Name] menghela napasnya, baru saja bersumpah kepada Eren dan laki-laki itu berulah. "Jika kau mau seseorang membunuh sifat tak bergunamu itu, mintalah Kapten Levi atau aku. Dengan senang hati kami melakukannya." Ujarnya dengan kesal sambil menyentuh wajah Eren dan sedikit menekannya.

"Sa-sakit!!"

"Jangan mengeluh. Bukankah kau yang meminta tadi?" Cibir [Name] kemudian segera pergi sebelum Mikasa mengamuk padanya.

FATE [AOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang