"Lihatlah prajurit baru dengan mata satu itu... bagaimana dia bisa santai bermain alat musik ketika para Titan jelek itu berusaha menggapai tubuhnya..."
"Kudengar dari prajurit lainnya, kemampuannya setara dengan Kapten Levi dari pasukan pengintai."
"Dia? Bukankah itu Ackerman yang sekarang pergi dengan bocah Titan itu?"
"Tidak! Kudengar juga tubuhnya menghantam bangunan dengan kencang, namun lihatlah bagaimana dia dapat berdiri dengan sangat tegak!"
Secara tiba-tiba nada yang keluar dari seruling [Name] sumbang, membuat para prajurit yang mendengarnya terkejut. Bukan hanya prajurit, para Titan yang tengah berkumpul itu tiba-tiba saja mengeluarkan darah dari telinga mereka.
[Name] memejamkan matanya, berusaha menahan emosi yang bergejolak di dalam dirinya. Ucapan prajurit senior yang berada di atas dinding itu terdengar sangat jelas oleh telinganya, padahal Titan-Titan di bawah sana sangat berisik.
Ingin rasanya dia mengubah nada permainannya, menjadi lagu mimpi buruk bagi umat manusia. Tapi begitu melihat Armin yang menatapnya dengan polos membuat [Name] mengurung niatnya. Dia tidak mungkin membiarkan Armin ikut bermimpi buruk.
"Kalian semua naiklah! Ganti prajurit!!!" Begitu mendengar perintah, seluruh prajurit yang bergelantung di dinding segera naik, dan bertukar dengan prajurit lainnya.
[Name] menatap dengan sinis 2 prajurit yang membicarakannya tadi, kemudian matanya melihat banyaknya prajurit yang terluka. "Padahal kita hanya bergelantungan, tapi banyak yang terluka..." Gumam Armin.
"Karena mereka lemah." Cibir [Name], dan Armin menyikut pelan perut [Name].
"Mereka semua sudah di bawah kendalimu?"
[Name] melihat Titan-Titan yang berkumpul itu, "Sudah semua. Tinggal Titan lainnya yang tidak terpengaruh untuk ke dinding. Aku akan segera menghampiri mereka begitu Eren berhasil menutup lubangnya." Jelas [Name] begitu melihat di dada Titan itu semuanya telah berwarna pink. Mata kirinya yang tertutup yang melihatnya.
Tiba-tiba saja terlihat suar merah dari tempat Eren berasal. [Name] dan Armin menatap tak percaya ke arah suar tersebut, misi mereka gagal. Yang artinya, ketakutan Armin tentang Eren yang tidak dapat mengendalikan kekuatannya terjadi.
"Apa yang kau lakukan Eren..."
"Armin! Tunggu!!"
Armin segera melepaskan gas-gas yang sedari tadi bertengger di punggungnya, dan berlari menuju ke arah Eren. [Name] juga segera melepaskan gas-gas tersebut, dan mengikuti langkah Armin.
Sepanjang mereka berlari menuju ke tempat Eren, [Name] tetap memainkan nada dari serulingnya. Distrik Trost harus dipenuhi dengan nadanya, dengan begitu tidak akan ada Titan yang akan selamat dari kematian mereka.
Begitu tiba di dinding dekat tempat Eren berada, [Name] menyimpan serulingnya dan melesat terlebih dahulu, membersihkan jalan untuk Armin. [Name] memang tidak suka dimanfaatkan, namun untuk Armin dia rela melakukan segalanya.
Tak perlu khawatir, hati dan tubuh [Name] sudah didedikasikan untuk Kapten Levi yang terhormat. Atau kalian mau [Name] oleng ke Armin?
"Mikasa!! Apa yang terjadi dengan Eren..?"
"Armin.. [Name]...? Eren tidak dapat mengendalikan kekuatannya!" Jelas Mikasa, [Name] mendekati Mikasa, kemudian menyentuh luka yang berada di wajah Mikasa.
"Dia menyerangmu?" Mikasa segera menutupi lukanya, "Ini bukan ulahnya!" [Name] menatap datar, percuma saja membohongi [Name].
"Mikasa, [Name]! Tolong jaga aku dan Eren, aku akan berusaha menyadarkannya. Selagi aku berusaha, tolong lindungi kami!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE [AOT]
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Attack On Titan book 1 X Reader! [Name] tidak mengingat apapun setelah tertidur selama 7 tahun lamanya. Dan begitu terbangun, hal pertama yang dilihatnya adalah wajah menyeramkan dari titan dengan tinggi 4m menatap dirinya dengan penuh...