"Aku ingin [Name] ikut denganku malam nanti. Kita akan menuju ke tempat Eren. Ini petanya, jika saja aku berangkat terlebih dahulu atau aku terlambat."
Isi pesan yang dikirimkan Hange kepada [Name] membuat [Name] berada dalam perjalanan menuju ke bekas markas Pasukan Pengintai sekarang.
[Name] telah menunggu Hange selama 2 jam, namun Ketuanya itu tetap tidak menunjukkan batang hidungnya. Bermodalkan peta yang diberinya, [Name] memutuskan untuk segera pergi menuju ke markas itu sendirian.
[Name] sibuk merajut di atas tubuh Jiro, Jiro-lah yang berlari sendiri. Sebelum pergi, [Name] menujukan peta tersebut kepada Jiro, dan karena kepintaran kuda tersebut dia bisa menuju ke tempat itu tanpa perlu [Name] arahkan.
Bukankah akan sangat menyenangkan memiliki kuda seperti Jiro? Pengendara hanya perlu duduk manis, dan Jiro akan membawanya ke tempat tujuan selama Jiro ditunjukkan peta tempat tujuan. Sungguh kuda yang sangat cerdas, dan lebih cocok untuk Levi atau Erwin.
"Jiro pintar! Terima kasih telah membawaku sampai sini, istirahatlah..." Ucap [Name] mengelus kepala Jiro, kemudian memberikan 5 buah apel kepada Jiro.
"Nah sekarang, ayo cari mereka..."
[Name] masuk ke dalam istana tua itu dengan pelan, jika dia membuat keributan takutnya prajurit elite itu akan menebas kepalanya karena berpikir dia adalah pencuri, atau mungkin Titan?
Bermodalkan insting, [Name] berjalan menuju ruang bawah tanah. Yakin jika pintunya akan ditutup dari dalam, [Name] mengambil jalan lain yang tetap akan terhubung dengan ruangan bawah tanah.
Senyuman terlihat dari bibirnya, begitu melihat sosok Levi yang tengah meminum tehnya dengan gaya unik. Pendengarannya menajam, keempat anggota regu Levi tengah bertanya sesuatu kepada Eren. Namun mereka menatap Eren dengan tajam.
Dengan perlahan dan tanpa mereka sadari, [Name] telah berada di belakang Levi.
"Jangan menatapnya seperti itu, atau ku bunuh Kapten kalian." Ancam [Name] sambil mengarahkan jarum rajutnya pada leher Levi.
Mereka semua bangkit, termasuk Eren. "Kapten!"
"Tenanglah kalian. Turunkan jarummu brat.. itu tidak akan membunuhku."
"Aku memang tidak berniat membunuhmu Kapten." [Name] menurunkan jarumnya, kemudian melepas tudungnya.
"[Name]?!" Ucap Petra dan Eren secara bersamaan terkejut.
[Name] tersenyum, kemudian mengeluarkan kantung kecil yang berwarna coklat yang terbuat dari kertas itu. "Pedagang roti memberikan roti hangat kepadaku. Makanlah!" Ucapnya sambil meletakkan kantung itu di meja.
"Ini roti yang sangat mahal itu?! Bagaimana kau dapat membelinya?"
"Menjual diriku."
Petra memukul punggung [Name] dengan sangat kencang, membuat [Name] meringis kesakitan. Padahal dia hanya bercanda, namun Petra memukulnya.
Mereka mengambil roti itu, dan menikmati roti yang terkenal di Distrik Trost tersebut. Terkenal akan rasanya yang enak, dan juga harganya yang sangat mahal.
"Ini roti waktu itu?" Tanya Eren dan [Name] mengangguk.
"Memang sungguh berat menjadi orang yang terkenal. Paman dan bibi selalu saja memberiku roti itu. Ah.. ada apel juga, kalian mau?"
"[Name], kesini dengan siapa? Sendiri?" Tanya Petra, dan [Name] mengangguk.
[Name] berjalan mendekati Eren, "Ketua Hange mengajakku kemari, tapi dia tidak muncul jadi aku pergi kesini duluan." Jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE [AOT]
Fanfic[COMPLETED] Attack On Titan book 1 X Reader! [Name] tidak mengingat apapun setelah tertidur selama 7 tahun lamanya. Dan begitu terbangun, hal pertama yang dilihatnya adalah wajah menyeramkan dari titan dengan tinggi 4m menatap dirinya dengan penuh...