Bagian ending!
Jangan lupa lagunya di pasang supaya lebih dapat feel-nya!
Burung-burung mulai berkicauan, matahari dengan malunya memasuki kamar wanita itu dari jendela yang sedikit terbuka.
Wanita itu, Mikasa Ackerman telah terbangun dari tidurnya sejak 10 menit yang lalu. Namun, pipinya masih basah karena air matanya. Bahkan bantal tidurnya pun basah.
Sudah 3 tahun setelah Pertempuran Langit dan Bumi berakhir, dan dia masih sering mengalami mimpi yang sama. Namun mimpi malam itu berbeda, seorang perempuan hadir di antara mereka, dan perempuan itu memberi kebahagiaan padanya.
Berkat perempuan itu, Mikasa merasakan ciuman dari Eren. Meski mimpi, Mikasa cukup bahagia, sebab pada kenyataannya dialah yang mencium Eren saat kepala Eren telah terlepas dari tubuhnya.
"[Name] ya... seandainya dia nyata..."
"Ahh... apa yang kau pikirkan, Mikasa... karena kerinduanmu pada Eren, kau malah berharap yang tidak-tidak..."
Mikasa terkekeh, menertawai dirinya yang tak kunjung bisa lepas dari Eren. Tawa itu kian mereda, tergantikan dengan isakan kecil. Dia benar-benar merindukan sosok Eren.
Kehidupannya terasa sepi. Armin dan yang lainnya pergi ke seluruh dunia untuk mewujudkan perdamaian, meninggalkannya sendirian di Pulau Paradise.
Mikasa tinggal di rumah keluarga Jeager dulu, dia juga tidur di kamar Eren. Meski rumah itu sudah beberapa kali direnovasi, Mikasa masih dapat merasakan kehangatan Eren didalamnya.
"Sudahlah, Mikasa... kau harus mengunjungi Eren..."
Mikasa bangkit dari ranjangnya, menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, dia juga memanggang roti untuk mengisi perutnya. Beberapa roti juga dia bawa, untuk mengisi perutnya saat dia memutuskan diam di makam Eren kelak.
Tak lupa, syal merah kesayangannya itu dia gunakan. Meski cuaca panas, kali ini Mikasa tidak akan melepaskan syal itu. Satu-satunya benda peninggalan Eren, yang akan selalu dia gunakan.
Matahari saat siang itu cukup terik, namun panasnya tak begitu menyengat. Mikasa mendapat undangan perayaan ulang tahun anak Historia, dan dia mungkin akan pergi setelah mengunjungi makam Eren.
Jalanan ini... biasanya akan dia lalui berdua dengan Eren, sembari membawa tumpukkan kayu di punggung mereka. Eren berhasil mewujudkan dunia yang damai dengan bayaran nyawanya, namun karena itu juga Mikasa menjadi seorang diri saat ini.
Mikasa selalu berusaha untuk move on dan terus melangkah maju. Historia terkadang mengenalkan beberapa pria padanya, namun Mikasa tidak tertarik sama sekali dengan mereka.
Memang menyulitkan masih terbayang-bayang pada masa lalu.
"Teman-teman akan segera kesini... apakah sebaiknya aku ikut mereka jika mereka keliling dunia lagi?" Monolognya sambil menatap langit biru yang cerah.
"Tidak... jika aku pergi, tidak ada yang akan mengunjungi Eren..."
Angin di sekitarnya berembus dengan cukup kencang. Mikasa hampir saja kehilangan syalnya jika dia tak menggenggam erat syalnya itu.
Matanya menatap ke bukit, tempat dimana makam Eren berada. Kedua matanya membola, melihat sosok yang berada di bukit itu.
Mikasa mulai berlari, mengabaikan keranjangnya yang terjatuh di tanah. Dia hanya ingin menghampiri sosok yang selama ini dia rindukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE [AOT]
Fanfic[COMPLETED] Attack On Titan book 1 X Reader! [Name] tidak mengingat apapun setelah tertidur selama 7 tahun lamanya. Dan begitu terbangun, hal pertama yang dilihatnya adalah wajah menyeramkan dari titan dengan tinggi 4m menatap dirinya dengan penuh...