Dengan mata merah dan tatapan penuh kemarahan, [Name] berhasil membunuh musuh mereka yang hendak mundur. Tidak ada satu orang pun yang selamat, termasuk Caven.
Puas karena berhasil membelah tubuh perempuan itu menjadi 2 bagian, sama seperti yang dia lakukan pada serulingnya.
Setelah menginjak injak mayat Caven, [Name] bergegas menuju Hange. Untuk mengobati Ketua kesayangannya itu.
"[Name]! Apakah Ketua regu baik-baik saja?!" Tanya Moblit khawatir.
"Dia pingsan. Sebaiknya Moblit-san membawanya keluar dari sini, Armin kau juga bantu Moblit-san. Sebisa mungkin menjauhlah dari tempat ini bersama dengan yang lainnya." Ujar [Name] begitu berhasil menutup luka pada bahu Hange.
"Baik!!"
"Ayo bergerak!"
Armin dan Moblit membawa Hange keluar, sementara Levi memimpin yang lainnya untuk bergerak maju menyelamatkan Eren.
Mereka menatap dengan tak percaya, mayat-mayat yang rata-rata tubuhnya terbagi menjadi 2 bagian. Terutama mayat Caven yang paling mengenaskan.
Mual menyerang perut mereka. Jean menatap [Name] yang memasang wajah biasa saja. Namun terlihat dengan jelas jika perempuan itu sedang marah.
"Apakah di depan sana masih ada musuh?" Tanya Sasha, "Sekitar lima hingga delapan orang." Jawab [Name].
"Kau bisa mengendalikan mereka?"
[Name] menunjukkan serulingnya yang telah menjadi 2 bagian. "Maaf. Mayat sialan itu telah menghancurkannya." Ucap [Name] dengan nada yang penuh dengan kesedihan.
"Itu menjawab kenapa mayat-mayat itu terbelah menjadi dua bagian semua. Kau bisa meledakkan jaring-jaring itu?" Tanya Levi.
"Aku bisa."
[Name] hendak menuju ke pintu yang ditahan dengan jaring, namun langkahnya terhenti karena cahaya kuning yang menyilaukan dan angin yang berhembus dengan sangat kencang.
"Apa itu Titan?"
"Eren!"
"Tempat ini akan hancur!"
Dengan segera [Name] mencipratkan darahnya pada jaring itu dan meledakannya, melesat terlebih dahulu untuk membunuh sisa musuh yang ada. Dengan begitu, yang lainnya dapat maju dan membantu Levi.
Mereka bergegas menuju ke tempat di mana Eren di tahan. Angin yang disebabkan oleh perubahan Titan Rod Reiss membuat mereka sedikit kesulitan untuk mendekat.
Historia berhasil membuka borgol yang mengikat kaki kanan Eren, namun tubuhnya terhempas karena angin yang sangat kencang. Beruntungnya Mikasa datang di waktu yang tepat, menangkap tubuh Historia, sehingga perempuan itu tidak membentur dinding.
"Kau baik-baik saja?"
"Mikasa!"
"Berikan kuncinya!" Ucap Levi dengan nada yang memerintah. "Kapten? Kalian..." Eren melihat ke arah belakang, di mana semuanya datang untuk membantunya.
Begitu menerima kunci, Jean menahan tangan kanan Eren, sementara Levi menahan tangan kiri Eren dan membuka rantai borgol pada tangan itu.
"Connie, cepat!" Levi menyerahkan kuncinya pada Connie yang merangkak di kaki kiri Eren.
"Biarkan saja aku! Kapten, cepat pergi saja!"
[Name] memukul kepala Eren dengan kencang, "Kau mau semuanya memukul kepalamu huh?! Bodoh sekali kau! Minggir kalian!" Titahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE [AOT]
Fanfic[COMPLETED] Attack On Titan book 1 X Reader! [Name] tidak mengingat apapun setelah tertidur selama 7 tahun lamanya. Dan begitu terbangun, hal pertama yang dilihatnya adalah wajah menyeramkan dari titan dengan tinggi 4m menatap dirinya dengan penuh...