11. Blue Shield From The Demon

3 2 0
                                    

Tandai jika menemukan typo.

Jangan lupa votenya guys!

Selamat membaca:')

.

..

...

Aletta menatap kosong ke depan. Bibirnya kelu tak kuasa mengucapkan sepatah katapun sementara bau anyir darah dan bau busuk yang mengambang di udara dengan paksa menelusup masuk ke rongga penciumannya.

"Ini gila!"

Kepala Aletta menoleh, menatap Emma yang menggila. Emma tampaknya terlalu syok dengan semua yang terjadi. Aletta bisa secara halus merasakan gejolak emosi yang bercampur aduk dari Emma. Dia mendengar Emma berteriak dan menyalahkan teman-temannya.

"Sudah aku katakan sebelumnya, lebih baik kita merayakan Hallowen di rumahku. Kalian menolak dan menyeretku! Bagaimana kalian akan bertanggung jawab kalau terjadi hal yang buruk pada keluargaku?!" teriak Emma dengan wajah panik disertai amarah.

Rin mengerutkan dahinya, ikut kesal dengan tuduhan Emma. "Kami tidak pernah menyeretmu ikut! Aletta bahkan menyarankanmu untuk tidak ikut jika kamu tidak mau. Jangan menyalahkan kami!" bantah Rin dan meninggalkan Emma. Dia kembali masuk ke dalam mobil disusul Louise.

Emma tidak terima dengan perlakuan Rin melampiaskan kemarahannya pada Calvin dan Max. "Aku ingat ada yang tidak percaya dengan ceritaku dan berita di koran. Sekarang ternyata justru semuanya menjadi nyata" sindirnya.

Calvin ikut tersulut karena sindiran Emma. "Hah, besar mulut. Kamu bahkan tidak bisa melawan Chupacabra yang seperti anjing, apa yang bisa kamu lakukan bahkan kalau kamu bersama keluargamu? Bersama menjadi makanan monster?" balasnya sengit.

Saat Emma hendak membalas, Aletta sudah lebih dulu menyela. "Berhenti bertengkar!" selanya lalu menatap Emma, "Jangan menyalahkan orang lain" tambahnya. Calvin berdecih lalu membuang muka. Max merangkul sahabatnya itu lalu menyeretnya ke mobil.

Emma yang masih kesal ditenangkan Ms. Luvy. Melihat keadaan, Aletta menghela napas gusar. "Masuklah ke mobil, kita akan pergi ke rumahku" ujar Aletta. Saat mobil kembali berjalan, Aletta dan Mike duduk di atap mobil. Memantau jika ada monster yang datang.

Sepanjang perjalanan, ada beberapa bangunan besar yang dikelilingi perisai berwarna biru muda transparan. Aletta bahkan melihat beberapa monster kecil seperti goblin yang hendak masuk tertahan diluar perisai. Tampaknya, perisai itu berfungsi layaknya barrier.

Karena penasaran, Aletta meminta Calvin menghentikan laju mobil dan turun untuk memeriksa. Ternyata bangunan yang memiliki perisai biru berisi ratusan orang didalamnya. "Apa kamu melihat siapa yang memasang perisai ini?" tanyanya pada perempuan yang dilihat dari wajahnya berusia kisaran 25 tahun.

Perempuan itu mengangguk, sedikit gemetar karena melihat penampilan Aletta dan Mike. "Y-ya. Dia pria tampan dengan sayap, seperti seperti pria di belakang itu" ucapnya lalu menunjuk Mike. Aletta bisa menebak siapa pria yang dimaksud. "Dia berkata sesuatu?"

"Kami tidak boleh meninggalkan gedung jika ingin selamat dan kami tidak boleh bertengkar" jawab perempuan itu. Mata Aletta melirik ke satu arah dan tersenyum. "Ah, begitu. Terima kasih."

Para penduduk yang selamat tahu monster tidak akan bisa masuk dan segera tahu orang-orang yang masuk tidak berbahaya meskipun memiliki wujud semacam itu. Sayap Aletta dan Mike mirip pria yang melindungi mereka sehingga mereka acuh dengan kedatangan mereka.

Mike melirik mereka lalu mengikuti Aletta kembali ke mobil. "Siapa yang mereka maksud?" tanyanya pada Aletta. Bibir Aletta tersenyum saat ditanya. "Ayahku," katanya, dia duduk kembali di atap dan meminta Calvin melanjutkan perjalanan, "aku melihat Syrea menggantung terbalik di atap tadi." tambahnya.

"Siapa Syrea?"

"Ah," Aletta mengecilkan pedangnya dan mengubahnya menjadi kalung lagi, "kelelawar peliharaan ayahku. Dia punya banyak, mungkin sekitar tiga puluhan? Kira-kira sebanyak itu dan semuanya punya nama."

Mike tertawa, geli saat dia menyadari sedikit gila untuk memberi nama pada kelelawar apalagi dengan jumlah sebanyak itu. "Dan kamu ingat semua namanya?"

"Tentu saja" kata Aletta lalu memberikan tatapan kesal pada Mike saat dilihatnya lelaki itu menahan tawa dengan wajah menyebalkan. "Hei, apa maksudmu?"

Bibir Mike berkedut sebentar, menahan tawanya. "Bagaimana caramu membedakan semua kelelawar itu? Mereka terlihat sama persis. Apa kamu memakaikan mereka baju?"

"Mike!" seru Aletta kesal.
Dia berbalik mengabaikan Mike dengan wajah cemberut. "Masing-masing kelelawar ayahku bisa kubedakan" gumamnya.

Mike tidak lagi menjahili Aletta, takut perempuan yang ia suka itu bertambah kesal dan merajuk. Dia berinisiatif mengganti topik pembicaraan dengan menanyakan hal yang sempat mengganggunya dengan harapan Aletta mengetahuinya. "Siapa anak laki-laki yang muncul tiba-tiba di hutan tadi?"

Sayangnya kepala Aletta menggeleng. "Aku tidak tahu. Dia muncul beberapa bulan lalu dalam mimpiku. Setelah itu dia dua kali muncul dihadapanku tanpa bisa dilihat orang lain. Wujudnya yang tadi, saat bisa kalian lihat, memiliki bayangan. Sebelumnya dia tidak punya bayangan. Aku yakin kekacauan ini semua adalah ulahnya!" ujar Aletta dengan wajah serius.

Mike mengerutkan dahinya, memikirkan makhluk apa yang sekiranya bisa memberi 'komando' pada makhluk myth lain. Ada satu nama yang terlintas dipikirannya, setidaknya dia yakin karena bahkan 'dia' mampu memerintah makhluk seperti Zeus. Hanya saja, bukankah mereka digambarkan sebagai seorang wanita? Mengapa yang mereka lihat tadi adalah bocah laki-laki yang mengenakan pakaian laki-laki khas China bernama changshan?

Tidak peduli sekacau apa pikiran dalam kepalanya, Mike yang terlihat dari luar hanya seperti seseorang yang sedang melamun dengan tatapan kosong. Aletta tidak berani mengganggunya, takut jika Mike sedang memikirkan sesuatu yang rumit dan membuat pikiran Mike buyar.

"Kita sampai" seru Rin saat mobil berhenti bergerak. Semua orang turun dari kendaraan dan memandang rumah bergaya Scandinavian yang terlihat sangat cantik. Selain bangunan besar yang dapat menampung ratusan orang, hanya rumah inilah satu-satunya yang diselimuti dengan perisai.

Aletta mengajak semua orang masuk ke rumahnya. Mungkin hanya suasana di rumah itulah yang sangat kontras dengan suasana diluar. Ada balon-balon halogen berwarna putih dan merah muda serta pita-pita cantik yang menghiasi ruangan. Meja di ruang tamu penuh dengan kue-kue kering dan buah yang tertata rapi. Meja di ruang makan diisi dengan ayam panggang utuh, salad pasta ala Yunani, jagung dengan krim, dan manisan ubi maple.

Calvin meneguk air liur saat perutnya terasa keroncongan. "Apa ada pesta di rumahmu, Aletta?" tanyanya sembari melirik meja yang penuh makanan lezat itu. Aletta mengangguk. "Hallowen, sekaligus pesta anniversary pernikahan ayah dan ibuku" ujarnya lalu menyeret semuanya ke halaman belakang.

"Ayah" panggil Aletta. Saat mereka melihat seorang pria yang terbang dengan sayap hitam di udara dan berdansa dengan seorang wanita bersayap putih diiringi music waltz, semuanya langsung berpikir "Mereka pasti ibu dan ayah Aletta. Benar-benar sangat eyecatching."

"Kita kedatangan tamu, sayang" bisik Lucifer lalu memimpin Liseya turun dengan anggun. Saat keduanya turun, mereka secara spontan menenggelamkan sepasang sayap mereka ke dalam tubuh dan menyembunyikannya. Lucifer merangkul pinggang Liseya dan menyapa. "Selamat datang".

Liseya melepas paksa rangkulan Lucifer dan memegang tangan Ms. Luvy. "Anda pasti Miss Luvy. Aletta banyak bercerita tentang anda" ucapnya senang lalu membawa Ms. Luvy duduk. Lucifer hanya tersenyum kecil melihat itu tanpa menyadari tanduk tambahan yang bertengger di kepalanya itu membuat senyumnya tampak mengerikan bagi yang lain.

Aletta yang gemas dengan tingkah ayahnya mengamit lengan ayahnya dan memintanya duduk. Dia juga meminta semua temannya duduk. Mereka mengelilingi meja makan yang memang sudah Lucifer sediakan untuk pestanya. "Ayo kita makan. Perjalanan yang menguras tenaga tadi malam pasti sangat melelahkan" ajaknya lalu mulai mengulurkan tangan untuk mengambil hidangan.

Pagi itu mereka menyantap sarapan dengan hidangan pesta ala Lucifer dan Liseya, dikelilingi suasana yang cukup nyaman. Meskipun sedikit kurang nyaman bagi Mike karena Lucifer menatapnya dengan tatapan penuh arti sepanjang mereka menyantap hidangan. Tatapan yang artinya hanya diketahui oleh Lucifer saja.

.

..

Aletta : Break the Black TongueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang