Tandai jika menemukan typo.
Jangan lupa votenya guys!
Selamat membaca:')
.
..
...
"Aku akan pergi" tegas Emma sambil berdiri secara spontan saat mereka baru saja menyelesaikan sarapan. Tatapan matanya begitu nekat, tidak terlihat takut. Mungkin karena dia sudah siap menarik Max secara paksa untuk menemaninya menemui keluarganya.
"Tidak!"
Rin berteriak, melarang Emma dengan keras. "Kamu gila? Di luar masih banyak monster berkeliaran. Kamu cuma gadis lemah, apa kamu mau mati?! Setidaknya berpikir secara rasional, Emma!" protesnya tak paham dengan jalan pikiran Emma.
"Bagaimana dengan keluargaku? Aku mau tahu mereka aman atau tidak! Kamu mungkin tidak memikirkan itu karena kamu hidup sebatang kara, Rin! Aku berbeda!" ketusnya lalu menarik Max pergi bersamanya.
Emma tidak memedulikan teriakan Rin yang memanggilnya. Max pasrah menemani Emma karena tidak mungkin dia membiarkan gadis penakut yang keras kepala itu pergi sendirian.
Aletta dan Mike tidak melarang mereka karena monster di luar hanya beberapa goblin dan sejenisnya yang mudah diatasi Max. Aletta yakin ayahnya sudah membereskan seluruh monster yang berbahaya dan dia juga sudah banyak memasang perisai.
"Calvin, pergilah bersama mereka berdua." pinta Mike pada sahabatnya itu. Calvin berdecih pelan lalu mengikuti mereka sembari membawa dua dagger yang diberikan Lucifer secara sukarela padanya.
Ms. Luvy diminta Aletta untuk beristirahat disalah satu ruangan. Hanya tersisa Mike, Aletta, Liseya, Lucifer, Rin, Louise, Andrew dan Jack yang duduk. Peristiwa tidak masuk akal yang terjadi hanya bisa mereka diskusikan dengan seseorang yang tahu banyak mengenai hal-hal ini, yaitu Lucifer dan Liseya.
"Ada seorang anak laki-laki yang muncul sebelum peristiwa ini dimulai" ucap Aletta memulai percakapan. Dia menceritakan apa yang terjadi dengan rinci beserta ucapan anak itu.
Liseya mengerutkan keningnya, dia tidak bisa menerka makhluk apa bocah itu. Mungkin dia sudah terlalu lama berada di dunia manusia dan tidak memperhatikan kemunculan bocah yang dimaksud Aletta. Padahal seharusnya dia bisa merasakan sisa keberadaannya.
Melihat suasana yang berat, Mike membuka mulutnya. "Ada satu makhluk yang saya pikir bisa melakukannya," katanya perlahan "tapi itu sepertinya tidak masuk akal jika dia adalah seorang bocah. Terlebih bocah laki-laki"
"Ha!" ejek Jack, "Ayolah, Mike. Apa yang terasa masuk akal disini? Wujudmu saja sudah termasuk tidak masuk akal bagi kami, para manusia" celetuknya yang diangguki Louise dan Andrew.
"Siapa yang kamu maksud, Nak?" tanya Liseya dengan penuh penasaran. Mike melihat semua orang menatapnya dengan rasa ingin tahu pun menghela napas. "Seorang Moirai" tegasnya.
"Moirai?!" seru semua orang kecuali Liseya dan Lucifer saat mendengar ucapan Mike yang terdengar sangat mantap. "Tapi Moirai adalah wanita!" protes Louise saat mendengar nama makhluk yang ditakuti Zeus itu.
Louise benar. Moirai adalah panggilan untuk tiga wanita yang dikatakan bisa memerintah bahkan dewa dewi sekalipun. Jadi itu sangat masuk akal jika salah satu mereka yang memerintahkan makhluk-makhluk mitos itu untuk menyerang.
Mike yang diprotes pun mengangkat bahu. "Itulah mengapa ini terasa tidak masuk akal. Moirai adalah wanita, tapi yang datang pada kita saat itu adalah bocah laki-laki. Laki-laki."
"Mengikuti zaman" celetuk Lucifer santai sembari menyuapkan sepotong kiwi ke dalam mulutnya. Dia duduk dengan sangat santai dan sibuk mengotak-atik handphonenya, mencari berita yang menurutnya menarik.
Lucifer mengunyah kiwi sebelum melanjutkan. "Bukankah kalian percaya mereka wanita setelah membaca buku dan menelaah cerita mitologi? Kalau mereka berbeda dari buku, apa salahnya? Lagipula, mereka adalah makhluk kuat yang mampu melakukan hal yang serumit perubahan tubuh itu"
Aletta menganga karena penjelasan Lucifer yang terkesan santai. Tidak hanya dia, semua yang mendengarnya juga ikut terkejut. Liseya menepuk dahinya melihat tingkah suaminya yang sangat sembrono.
Mike menenangkan diri, berusaha membiasakan dirinya dengan kepribadian calon mertuanya yang sangat eksentrik. "Jadi, siapa dia?" tanyanya membuat Lucifer mengalihkan pandangan untuk menatap Mike.
"Bukannya kamu sudah tahu," ejeknya dengan senyum sinis menyebalkan dan tatapan penuh arti. "anak nephilim terakhir? Apakah archangel Lucas dan gadis manusia, siapa namanya, ah, Linethe baik-baik saja?"
Mike terkejut saat mendengar nama ayah dan ibunya dari Lucifer. "Mereka baik-baik saja di Sanctuary" ujar Mike saat mengingat tampilan penuh kasih sayang yang selalu ditunjukkan ayah dan ibunya. Mereka benar-benar dimabuk cinta sampai tidak peduli sekitar.
"Teman lama yang sudah lama tak bertemu. Sayang, mungkin setelah ini mereda, kita harus mengunjungi mereka" ajak Lucifer yang langsung diangguki Liseya. "Tentu, pasti menyenangkan. Aku juga merindukan masakan Linethe"
Aletta memutar bola matanya kesal saat fokus mereka justru beralih pada hal lain. "Hei, jadi siapa dia dari ketiganya? Moirai yang mana?" gerutunya. Bisa-bisanya mereka beralih topik saat suasana seperti ini.
"Atropos"
Jawaban Mike membuat Aletta terkejut. Andrew tertawa pelan tak percaya. "Moirai tertua yang diceritakan menggunting benang kehidupan manusia dan dewa dewi dengan 'gunting kebencian' miliknya itu? Tapi bocah itu membawa buku. Buku besar berwarna hitam"
"Menyesuaikan zaman" celetuk Jack menirukan ucapan Lucifer tadi.
Andrew menyugar rambutnya kasar saat kepalanya terasa pusing. "Atropos adalah Moirai tertua dari ketiganya. Dia juga yang terkuat. Bagaimana cara kita melawan makhluk seganas itu? Meskipun wujudnya yang sekarang adalah bocah yang terlihat kecil dan kekanak-kanakan, kekuatannya itu nyata!" keluhnya.
Dia sudah membayangkan seberapa ngerinya kekuatan Moirai. Para Moirai biasanya digambarkan sebagai sosok yang dingin, kejam dan tidak berperasaan. Bahkan dewa dewi pun tidak berani pada Moirai, meskipun tidak diketahui sejauh mana kekuasaan Moirai terhadap takdir para dewa.
Mereka hanya manusia biasa. Oke kalau yang melawan mereka adalah makhluk seperti Aletta, Mike dan orang tua Aletta. Meskipun sekarat, mungkin saja mereka bisa menang. Tapi kalau seperti dirinya yang hanya manusia biasa, terkena napas Moirai kemungkinan mereka bisa langsung tewas.
Lucifer yang secara iseng membaca pikiran Andrew mencibir tanpa beban. "Cih. Tidak separah itu. Memangnya napas Moirai seperti naga yang menyembur api? Mereka punya napas yang normal. Jangan terlalu menghayal, anak muda"
Liseya yang melihat Andrew menjadi malu menyikut perut Lucifer sampai pria tampan itu mengaduh karena sakit. "Bantu mereka mencari solusinya" titahnya pada sang suami.
Setelah meringis sejenak, Lucifer berdehem sebelum berbicara. "Untuk melawan Moirai kecil yang nakal itu, kalian perlu lawan yang setara. Setidaknya yang dapat menandinginya"
"Siapa, ayah?"
Lucifer tersenyum kecil sebelum menyulap sebuah peta yang muncul secara tiba-tiba dari udara tipis. Jarinya membentuk sebuah alur dan guratan garis merah terang muncul dipeta. "Temukan dia. Ikuti jalur ini dan katakan bahwa ini hadiah dari Lucifer"
Dia menyerahkan sebuah ranting kecil berwarna perak yang sangat cantik pada Aletta. Aletta senang menerimanya, penuh harapan kalau solusi untuk kehancuran kota dapat mereka temukan. Aletta lupa kalau ayahnya adalah Lucifer, seorang malaikat yang telah jatuh.
.
..
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Aletta : Break the Black Tongue
Fantasia|Fantasi| . .. ... "Bocah nakal itu tadi ada disana" "Kamu berbicara sendiri, Aletta" Aletta menatap Rin dengan mulut terbuka. Dia jelas melihat dan menyapa bocah dengan pakaian changshan itu. Tapi, mengapa Rin tidak melihatnya? . .. ... Aletta Lari...