1. The Beginning

17 7 0
                                    

Tandai jika menemukan typo.

Jangan lupa votenya guys!

Selamat membaca:')

.

..

...

Kriettt

Pintu berderak pelan kala tangan putih itu mendorongnya. Kaki berbalut converse putih melangkah melewati ambang pintu.

"Bu, aku pulang!"

Tidak ada sahutan apapun dari dalam rumah saat gadis dengan pakaian kasual itu berseru.

Alisnya berkerut, tampak heran dengan mata sedikit menyipit. Setelah menutup pintu, dia berderap kebelakang. Mencari-cari ibunya di kamar tidur, dapur dan kebun belakang rumah.

Tidak ada ibunya dimanapun. Dia justru melihat lagi bocah laki-laki dengan changshan berdiri dibelakang rumahnya dikelilingi oleh sekelompok serangga kecil yang berterbangan.

Sudah beberapa kali bocah ini muncul dan mengganggu. Awalnya dia hanya akan bermain dihalaman belakang, tapi akhir-akhir ini dia akan menyambangi kamarnya dan menggeser posisi barang.

Manik biru itu mengamati bocah itu dan memberikan tatapan tajam. Alih-alih merasa takut, mulut bocah itu justru membentuk seringai disudut bibirnya.

Aletta, gadis itu tertegun saat bola mata bocah itu menghitam sepenuhnya. Dua tanduk kecil mencuat dari kedua sisi kepalanya. Ditangannya, ada buku tebal yang dia guncang sedikit.

Langkahnya mundur menjauhi bocah yang kini tampak seperti iblis kecil itu. Aletta tidak melihat apapun setelah itu. Semuanya menghitam dan bocah itu tidak ada lagi dihalaman.

Helaan napas panjang keluar dari mulutnya, tangannya yang cukup gemetar saling bertautan. Aletta sudah berkali-kali melihat bocah itu, tapi kali ini, dia sangat menakutkan.

Dia berharap dia bisa berlari ketika melihat bocah itu. Sayang, kakinya seperti terpaku dibumi saat dia menatap mata bocah nakal itu.

"Aletta, kamu sudah pulang?"

Tubuhnya yang masih tegang dan gemetar langsung rileks setelah telinganya mendengar suara itu.

Aletta menoleh, memberikan anggukan kecil dan melangkah mendekat pada wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik layaknya wanita usia dua puluh.

"Mm, bu. Kamu darimana saja?" tanyanya dengan nada penuh kasih.

Wanita itu tersenyum dan mengangkat plastik belanjaan ditangannya. "Minimarket. Kulkas kita kosong" jawabnya.

"Biarkan aku yang memasak setelah mandi, bu. Oh, ini adalah jam tayang film kesukaanmu, bu. Pergi dan tonton.".

Aletta segera mengambil belanjaan, mendorong ibunya pelan, dan berlari cepat kelantai atas kamarnya. Dia mandi tidak lama dan secepatnya mulai memasak makanan untuk makan malam.

Liseya, ibu Aletta itu tersenyum melihat putrinya lalu pergi keruang televisi. Jarak kedua ruangan itu tidak jauh sehingga dia masih bisa melihat pergerakan Aletta dari ruang televisi.

Aletta sadar kalau ibunya, Liseya masih mengawasinya, jadi dia menghela napasnya. Aletta tahu dia cukup buruk saat memasak, tapi dia tidak seburuk itu untuk terus diawasi.

"Bu, aku tidak akan membakar dapur lagi" keluhnya pada akhirnya ketika punggungnya masih merasakan tatapan mata Liseya.

Suara kikikan Liseya terdengar pelan, "Hanya mengawasi".

Aletta memutar bola matanya diam-diam. Terakhir kali dia hampir membakar dapur karena dia sedang tidak fokus memasak dan sibuk memikirkan sesuatu jadi dia lupa mematikan kompornya.

Aletta : Break the Black TongueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang