Tandai jika menemukan typo.
Jangan lupa votenya guys!
Selamat membaca:')
.
..
...
Awan berkumpul disiang hari dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus melewati jendela kafetaria. Dedaunan dari pohon diluar kafetaria bergoyang pelan terkena angin.
Sungguh pemandangan yang tenang.
Berbanding terbalik dengan kafetaria yang penuh sesak dan ribut. Aletta duduk disalah satu meja bersama beberapa temannya, menyantap Risotto ayam rotisserie sembari mendengarkan Elly yang sibuk menceritakan berita panas terbaru.
"Ini. Berita ini membuatku takut." katanya sambil menunjukkan layar handphonenya yang sedang menampilkan sebuah blog berita.
Emma mengangkat alisnya, "Apa isi berita itu?"
"Kamu tidak akan percaya, Emma. Polisi menemukan mayat perempuan dalam sebuah rumah di Montana Strett. Dia kehabisan darah seolah-olah darahnya tersedot habis. Dan yang paling mencolok adalah tanda gigitan dilehernya" ujar Elly sedikit bergidik.
"Mungkin vampir?" tebak Max
Aletta ikut melirik layar, dia memutar bola matanya saat menatap bekas gigitan yang disinyalir Max sebagai perbuatan vampir.
"Vampir hanya meninggalkan bekas taring. Tidak sekacau itu" cetusnya masih melanjutkan makannya tanpa terlihat terganggu.
Meskipun terlihat tenang, hati Aletta kacau sejak tadi. Wanita itu sungguh mati tanpa darah. Pagi tadi, dia bertemu ayahnya, Sang Iblis Lucifer. Tak lama di kampus, Emma menceritakan Harpy. Dan siangnya, berita ini.
Jika dia benar, itu sama dengan tanda dan ciri khas dari pemburu yang hampir mirip anjing, Cuphacabra. Si anjing penyedot darah.
Max menatap Aletta dengan mata yang menyebalkan, "Lalu apa jika bukan vampir?"
"Cuphacabra" ucapnya singkat sambil menandaskan sesendok terakhir risotto.
Semua temannya sontak menatapnya, terutama Emma. "Bekas gigitan itu mirip dengan cara Cuphacabra menyerang korbannya, meskipun seharusnya dia tidak menyerang manusia secara terang-terangan"
Mata Emma bersinar dengan ketakutan, "Aku juga diserang. Tapi itu bukan Cuphacabra. Dia terbang dan berkepala manusia"
"Itu Harpy." sela Aletta.
Calvin mencibir, "Itu gila. Mereka hanya mitologi. Kepala kalian sakit karena terlalu banyak diisi dengan materi ilmu folklor dan mitologi aneh-aneh"
Emma dan Elly melotot, Max hanya diam dan menunduk. Entah apa yang dia pikirkan.
Aletta menghela napas, kakinya melangkah keluar dari kafetaria. Dia tidak menyukai udara sesak dalam kafetaria yang berbaur dengan berbagai macam jenis parfum.
Saat dia mendongak, bocah nakal itu ada dibawah pohon, menatapnya dengan tatapan mata hitam penuh yang mengerikan. Tubuhnya membatu tanpa bisa dia kuasai.
Perlahan menarik napas, dia memandang lurus kearah mata hitam si bocah, "Mengapa kamu datang? Berhentilah mengganggu"
Bocah itu menyeringai, tangannya mengguncang buku. "Peliharaanku akan meneror kalian semua" kikiknya lalu berbalik.
"Kamu, berhenti. Bocah nakal!" seru Aletta kesal. Bocah itu masih terkikik, lagi-lagi pandangan Aletta buram dan bocah itu menghilang.
"Aletta"
Aletta berjengit kaget saat pundaknya tiba-tiba ditepuk. Dia menoleh cepat dan melihat Rin yang menatapnya dengan mata aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aletta : Break the Black Tongue
Fantasy|Fantasi| . .. ... "Bocah nakal itu tadi ada disana" "Kamu berbicara sendiri, Aletta" Aletta menatap Rin dengan mulut terbuka. Dia jelas melihat dan menyapa bocah dengan pakaian changshan itu. Tapi, mengapa Rin tidak melihatnya? . .. ... Aletta Lari...