BONCHAP

675 126 2
                                    

Happy Reading...





***





Asahi duduk termenung didepan sebuah toserba. Menikmati kesendirian bersama kepulan asap yang menguar diudara. Matanya menatap lurus kedepan. Dimana banyak kendaraan maupun manusia-manusia sibuk yang terngah berlalu lalang.

Setelah menghabiskan tiga batang rokok, niatnya Asahi langsung ingin pulang. Namun, sepertinya tak jadi ketika suara Sunwoo mengintrupsi. Jadi disini, Asahi sedang menunggu pemuda itu.

"Ngerokok mulu. Nggak sayang nyawa?"

Asahi hanya melirik Sunwoo sinis. Kemudian menerima sekaleng soda yang disodorkan Sunwoo padanya.

"Gue rasa, kalo lo nggak pake jantungnya Jaehyuk pasti bakal ngerokok dah."

Sunwoo hanya terkikik. Ucapan pedas Asahi sudah menjadi makanannya setiap hari sejak dua tahun yang lalu.

"Oh iya, kabarnya keluarga Jaehyuk gimana?"

Asahi mengendikkan bahunya acuh. "Nggak peduli"

Sedangkan Sunwoo, sudah geleng-geleng kepala melihat sikap Asahi yang terkesan sangat membenci keluarga Jaehyuk.
Meskipun dirinya juga membenci, tapi tak sampai seperti Asahi.

Sunwoo masih ingat saat beberapa bulan yang lalu tiba-tiba, orang tua Jaehyuk mendatanginya dan menanyakan kabar Jaehyuk padanya. Kata Leetuk dan Dara, Jaehyuk sudah tak ada kabar sejak satu tahun lalu.

Berakhir dengan terpaksa Sunwoo menceritakan semuanya.



"Om, Tante. Kalau kalian mau tau, saya masih hidup sekarang karena Yoon Jaehyuk." Papar Sunwoo. Menatap keduanya dengan sorot sendu.

"Maksud kamu?"

"Jantung Jaehyuk, ada disini" Sunwoo menunjuk dadanya sendiri.

Berhasil membuat dua orang itu terdiam beberapa saat.
"Kamu ini nggak lagi bercanda 'kan?"

"Saya nggak bercanda!"

"Terus gimana Jaehyuk mau hidup kalo jantungnya disini, hah?!" Dara menunjuk kasar dada Sunwoo. Membuat Sunwoo mundur beberapa langkah.

"Jaehyuk udah lama pulang. Ketempat dimana dia nggak akan ngerasain sakit lagi. Jaehyuk udah pulang ke tempat dimana disana dia bisa diperlakukan lebih adil!" Setelah mengatakan itu, Sunwoo berlalu pergi menghiraukan Leetuk dan Dara.

***

Byeol meletakkan buket bunga itu didekat nisan yang kini terukir bebas nama seorang Yoon Jaehyuk. Tangis yang sedari tadi ia tahan, langsung ia keluarkan. Kondisi Byeol jauh dari kata baik-baik saja.

"Jae, apa kabar?"

"Maaf baru sempet dateng. Soalnya kesini juga harus nyiapin diri buat aku."

"Kalo kamu masih ada, pasti seneng banget akhirnya keluarga kamu udah nerima kamu sekarang. Nggak ada lagi diskriminasi dikeluarga ataupun sekolah"

"Bener ya kata pepatah, orang akan terlihat berharga ketika udah nggak ada."

"Jae, dikehidupan selanjutnya. Tetep jadi Yoon Jaehyuk ya? Kita bakal ketemu lagi nanti"

Jauh disebrang sana, seseorang memperhatikan Byeol. Ingin mendekat namun tak ingin mengganggu. Berakhir dirinya memilih untuk berdiam disana.

Di antara semuanya, Hyunjin tau Byeol dan Asahi yang paling terpuruk. Hyunjin tau jika Byeol menyukai Jaehyuk.

Hyunjin menghela nafasnya sedikit gusar saat tiba-tiba gerimis mengguyur kota.
Dirinya hanya berjalan kaki menuju kesini. Tanpa membawa persiapan apapun karena sedari tadi cuaca cerah. Hyunjin menengok kearah Byeol. Gadis itu masih disana, tak beranjak sedikit pun.

Karena enggan berdiam terlalu lama, Hyunjin memilih untuk berlalu dan datang kesini dilain waktu.

***

Yeji dan Felix sibuk membagikan beberapa kotak nasi atas nama Yoon Jaehyuk. Aktifitas yang telah mereka lakukan beberapa waktu belakangan ini.

"Terimakasih kak Jaehyuk!" Seru salah satu dari bocah-bocah itu.

"Doain ya, semoga kak Jaehyuk tenang disana." Bocah-bocah itu mengangguk.

"Ji, ngadem yoklah"

Akhirnya, Yeji dan Felix memutuskan untuk duduk di halte bus.
Yeji duduk termenung menatap lurus ke depan. Sedangkan Felix menunduk. Menatap ujung sepatunya.

"Cara buat ngerubah Asahi gimana sih? Gue kadang kasian liat dia kayak mayat hidup"

"Gue nggak tau. Nggak terlalu deket sama dia. Lagian, udah berkali-kali juga dinasihatin Byeol tetep nggak mempan."

"Dia aja sampe lalai sama pendidikannya sendiri. Gue takutnya ntar Jaehyuk kecewa"

"Tapi mau gimana lagi, Asahi juga bodoamatan"

"Masih suka ke club ya?" Yeji menatap Felix.

"Sering gue liat dia disana. Nggak mabok sih, paling cuma ngerokok doang"

"Tau ah! Pusing gue!"

Kemudian Yeji berdiri seiring Bus yang berhenti didepannya.
Tangannya melambai pada Felix.
"Duluan ya, Lix!"

"Iya"

Selepas kepergian Yeji, Felix kembali duduk. Menatap lalu lalang didepannya. Felix tak begitu dekat dengan Asahi tapi dia paham pasti itu adalah cara pelariannya dari rasa sakit.

"Lo liat Jae, semuanya jadi kacau" monolog Felix, menatap langit yang perlahan-lahan gerimis mengguyur.























.
.
.
Rencananya mau ku bikin 2 bonchap
Tapi, entahlah

Smile Falsity┊Jaehyuk [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang