XXII. Baby Lula

3 2 0
                                    

Hii, welcome to my short story.

Aku buat ini karena nuangin pemikiran aja jadi sorry banget kalo kadang suka aneh jalan cerita di setiap chapternya karena aku penulis baru, jadi maklumin yaa.

Enjoy!!

----

Kring...

Bel pulang sekolah berbunyi sangat nyaring, membuat hampir sebagian murid bersorak senang karena mereka bisa terlepas dari buku-buku dan lainnya.

Sepulang sekolah ada yang memutuskan untuk pergi bersama temannya, meminum kopi di cafe terdekat, tetapi tidak untuk Athena dan Lula, mereka ingin bermain bersama di rumah Athena sebelum Lula pergi untuk memeriksakan kesehatannya.

Sesampainya di rumah, Athena yang mengendarai mobil pribadi nya itu langsung memarkirkannya di garasi yang sudah disediakan oleh supirnya.

Athena mengajak Lula untuk masuk ke dalam, dan menyuruhnya untuk pergi ke kamar terlebih dahulu, ia akan mengambil beberapa makanan dan minuman untuk di bawa ke kamar agar mereka tidak mati kelaparan di sana.

Karena Lula sudah menginjakkan kakinya sejak ia berumur satu tahun jadi ia tau dimana kamar milik Athena, ia juga sudah hafal struktur rumah besar ini, tapi kadang ia masih suka terkecoh dengan pintu yang berdampingan di depannya ini, entah pintu yang mana milik kamar sahabat lahirnya ini.

"Astagfirullah!". Kaget nya saat ia menutup pintu lemari pendingin miliknya.

Reno menggelengkan kepalanya melihat anak gadis paling kecilnya terkejut melihat dirinya yang berdiri di sini, "Ayah nga-getin tau gak!". 

"Emang ayah se-jelek apa sih sampai kamu kaget begitu?". Ia kadang suka bingung dengan putrinya ini, ekspresi yang di keluarkan gadis itu sangat berlebihan sekali melihat dirinya.

Athena berjalan menuju meja dapur untuk menaruh barang-barang yang ia ambil dari kulkas tadi, "Ya gak jelek-jelek amat sih, tapi cukup bikin kaget".

Jawaban santai dari anak terakhirnya membuat ia sebagai orang tua yang berjiwa sedikit kesal, menurutnya walaupun umurnya terpaut tua tetapi ia masih terlihat tampan kok, memang selera Athena saja yang jelek.

Tidak mau protes tentang wajahnya, ia memutuskan untuk mengambil air dingin di kulkas dan tiba-tiba laki-laki yang berumur hampir setengah abad itu mengingat sesuatu.

"Itu si Ben-ten itu udah keluar kan dari sekolah?".

Pertanyaan dari ayahnya membuat ia sedikit bingung dan kesal, "Namanya Ben yah!".

Reno mengangguk-anggukan kepalanya tak peduli, "Siapa lah itu, udah keluar belum?". Tanyanya lagi.

"Kok ayah tau dia di-", Athena menyadari sesuatu.

"Ayah yang ngeluarin Ben?". Tanya nya dengan serius.

Laki-laki yang berperan sebagai ayahnya itu duduk di salah satu kursi di sana, "Ya lagian dia gangguin kamu".

Athena menghembuskan nafasnya lelah, "Ya tapi kan dia masuk jalur beasiswa yah!".

"Percuma aja anak beasiswa, tapi sikap nya kaya gitu". Jawabnya masih dengan nada santai.

Ia juga awalnya kaget saat mengetahui bahwa Ben itu anak yang masuk ke Yugahara melalui jalur beasiswa, tetapi Reno tetap Reno, ia tidak akan melihat siapa yang masuk ke sekolah ini, jika ada yang mengganggu anaknya ia akan membawa ini serius.

"Lagi pula yang pegang kendali beasiswa sekolah kan Ayah sama orang tuanya Zaksa". 

Reno sudah mengerti apa yang harus ia lakukan saat pendamping hidupnya pergi untuk selama-lamanya, ia berusaha untuk lebih mengerti tentang kehidupan sekolah anaknya, ia juga harus lebih aktif dalam seluruh kegiatan di sekolah, maka dari itu ia hafal beberapa orang tua dari teman anaknya ini.

Memang agak sulit untuk membagi waktu antara pekerjaan dan pendidikan sang putri, tetapi agar putri kecilnya itu tidak merasa kehilangan sosok seorang ibu, ia rela untuk melakukan ini semua.

"Kalau ada yang ganggu kamu kaya Ben, ayah gak akan segan-segan buat keluarin dia!".

Tanpa ada satu kata pun yang ingin ia keluarkan, Athena langsung beranjak menuju kamarnya, ia juga tidak mau membuat Lula menunggu.

Reno menggelengkan kepalanya heran, kadang ia suka bingung sikap seperti ini, gadis itu dapatkan dari siapa.

Lula menoleh saat mendengar suara pintu yang terbuka, di sana ada sahabatnya yang membawa beberapa cemilan di tangannya, dengan segera ia turun dari tempat tidur Athena dan membantunya.

Setelah menaruh semua makanan yang ia bawa, ia langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur tanpa mengganti baju seragamnya terlebih dahulu, menyalakan televisi dan menonton acara televisi kesukaan nya dan Lula.

"Bagas ganteng ya", setelah keheningan yang lumayan lama, Lula membuka suaranya dan berkata seperti itu.

Athena langsung menoleh, "Baby Lula udah suka-suka an sama cowo?".

Melihat sahabatnya yang tersenyum Lula pun ikut tersenyum, "Apaan sih enggak! 'Kan cuma muji". Bantahnya.

Gadis bersurai hitam kecoklatan yang duduk di sebelah Lula itu membenarkan posisi duduknya, matanya menyipit dan kepalanya mendekat ke arah Lula, "Cie!".

Lula berdecak malas, ia hanya memuji bahwa Bagas itu tampan, bukan berarti ia menyukai laki-laki yang menjadi saudara kembar Bagus itu.

"Cie! Cie! Cie!'.

Saking kesalnya dengan Athena, ia langsung menyerang gadis itu dengan jurus kelitiknya, Athena terkejut dengan kelitikan yang di berikan oleh Lula secara tiba-tiba, ia tertawa kegelian saat tangan sahabatnya itu masih mencoba untuk menggelitiki nya.

"Udah! U-Udah, HAHAHA". Mohon Athena kepada Lula yang belum berhenti menggelitikinya.

Akhirnya Lula berhenti saat Athena terlihat sangat kegelian, "Udah ah! Aku gak suka sama Bagas!". Ujarnya sekali lagi.

Athena menunjukkan wajah serius nya, "Cie! Cie!". Ganggunya lagi pada Lula.

"THEA!". 

Reno tersenyum mendengar teriakan terawa mereka berdua karena pintu kamar Athena yang sedikit terbuka, setiap ada Lula, pasti putrinya selalu tertawa dan terlihat bahagia, ia sangat berterima kasih kepada tuhan karena sudah memberikan putrinya seorang sahabat sekaligus penjaga untuknya.

Ia segera menutup pintu kamar Athena dan kembali ke kamarnya, ia tidak mau menggangu keseruan dua gadis kecilnya itu, walaupun mereka sudah SMA tetapi di matanya mereka tetap menjadi anak kecilnya.

----

TBC
VOTE!!!


AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang