XV. Sejuk

9 5 0
                                    

Hii, welcome to my short story.

Aku buat ini karena nuangin pemikiran aja jadi sorry banget kalo kadang suka aneh jalan cerita di setiap chapternya karena aku penulis baru, jadi maklumin yaa.

Enjoy!!

----

Hari sudah mulai larut, langit pun sudah terlihat gelap, kini para siswa dan siswi sedang berada di dalam tendanya masing-masing.

Rinna sedari tadi masih mencari tempat ternyaman di dalam tenda, ia juga sudah di berikan tempat oleh ketiga temannya untuk memilih bagian tenda mana yang mau ia tempati, tetapi belum juga selesai memilih.

Milla yang hanya melihatnya dari luar saja sudah emosi, gimana kalau ia melihatnya dari dalam tenda bersama Lula dan Athena, bisa-bisa teman cueknya itu ia jadikan rendang saat ini juga.

"Jadi lo mau dimana Rin?". Tanya Athena yang sudah lelah melihat Rinna yang hanya menggeser-geser matras nya ke sana kemari mencari tempat paling nyaman.

Gadis yang di tanyai itu berdecak malas, "Sabar dulu dong!". Athena dan Lula menghembuskan nafasnya halus dan menganggukkan kepalanya, mereka akan menunggu sampai Rinna selesai dengan kegiatan pencarian spot terbaiknnya ini, entah sampai berapa lama.

"Tes, tes". Suara yang berasal dari pengeras suara yang di genggam oleh Rio membuat sebagian murid yang berada di luar menoleh ke arahnya.

"Ayo semuanya kumpul". Lanjut Rio saat memperhatikan bahwa sebagian adik kelasnya itu melihatnya.

Milla yang berada di luar tenda dan mendengar perintah Rio lebih jelas dari ketiga temannya itu langsung memasukkan kepalanya ke dalam tenda, "Di suruh kumpul".

Lula dan Athena menganggukkan kepalanya mengerti, lalu menatap satu sama lain dan secara bersamaan melirik ke arah satu temannya yang masih sibuk dengan matrasnya.

Lula mengulurkan tangannya lalu menyentuhkan jari telunjuknya sampai Rinna menoleh ke arahnya, "Di suruh kumpul". Sambil mengarahkan ibu jarinya keluar tenda.

Ia langsung berdiri dari duduknya dan langsung keluar dari tenda, ketiga temannya yang sedikit kesal itu hanya bisa menggelengkan kepalanya lagi, kini Milla benar-benar mau menggoreng Rinna.

----

Dibandingkan keempat temannya Zaksa lah yang paling rapih, di saat seperti ini saja remaja laki-laki itu tidak keluar dari barisannya, tetapi yang lain sudah kemana-mana.

Ketua panitia bernama Rio itu memberi tau bahwa malam ini tidak akan ada kegiatan apapun, semua kegiatan akan di mulai esok hari, untuk malam kedatangan ini, mereka di persilahkan untuk bernyanyi bersama dan lain-lain.

Remaja laki-laki yang selalu menunjukan raut wajah datar dan sikap yang pendiam itu hanya bisa diam, ia tak mau ikut dalam permainan teman-temannya itu, sebenarnya ia mau menghubungi sang kekasih yang jauh di sana, tetapi sinyal disini sangat tidak mendukung hubungannya.

"Woi Zak! Main dong!". Ajak Marcus saat menyadari bahwa yang masuk dalam permainan ini hanya ada empat orang.

Zaksa membalikkan badannya untuk menghadap teman-temannya itu, "Males".

Alasan yang sama keluar dari mulut remaja berekspresi  datar yang selalu mengundang amarah Bagas, "Kata-kata lain". Bagas sudah bosan dengan kata-kata 'Malas', 'Gak', 'Hm', yang keluar dari mulut Zaksa.

"Gak guna".

Keempat temannya yang sedang asik memainkan permainan yang ada di depannya ini langsung menoleh ke arah Zaksa, bisa-bisanya manusia tembok itu berkata bahwa permainan ini tidak berguna.

Zaksa yang sedikit kaget karena lirikan keempat temannya yang sangat sinis, mungkin karena ia mengatakan bahwa permainan ini tidak berguna, tapi memang benar kan? Karena permainan yang mereka mainkan adalah Ludo Multiplayer yang bisa dimainkan tanpa internet.

----

Keesokan harinya seluruh siswa di persilahkan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum melakukan aktifitas hari ini.

Tiga gadis cantik yang sudah terbangun dari tidurnya sekitar lima menit yang lalu sedang bersiap untuk membersihkan diri di salah satu tempat yang sudah di sediakan itu.

Kenapa tiga? Karena Rinna sudah lebih dahulu mandi dari pada mereka bertiga. Semalaman ia tidur tidak terlalu nyenyak, mungkin karena ia tidak terbiasa tidur di atas matras yang tipis seperti ini dan juga berada di dalam tenda.

Athena, Milla dan Lula pergi keluar dari tenda menuju bilik mandi yang sudah di sediakan panitia tersebut, karena Rinna yang tidak tau harus melakukan apa saat ketiga temannya bebersih itu pun langsung keluar dari tenda untuk menghirup udara pagi yang segar.

Ia kira udara seperti ini sudah tidak ada lagi di sekitarnya, ternyata masih ada beberapa daerah yang memiliki udara sejuk seperti ini saat pagi hari, memang terkesan biasa saja, tetapi ini cukup baik untuk kesehatan.

Rio yang melihat Rinna sedang menyendiri di depan tenda itu pun berniat untuk menghampiri nya, "Ekhem, sorry soal kemarin".

Gadis cantik dengan celana panjang warna hitam dengan sentuhan baju berwarna biru muda itu pun menoleh saat suara berat yang sangat ia kenal terdengar, "Niat gue biar kalian ada yang jagain".

Rinna mengangkat kedua alisnya lalu mengangguk perlahan, "Udah gak usah di bahas, gue mau nikmatin udara pagi". Ucapnya sedikit tersenyum kepada Rio.

Remaja laki-laki yang menjadi kakak kelas Rinna juga ikut tersenyum melihat gadis di depannya tersenyum, walaupun senyuman yang di tunjukan itu senyuman kecil, tetapi berdampak besar bagi hatinya.

Segerombolan Maghira berjalan melewati mereka berdua yang sedang berbincang kecil membahas cuaca sejuk di pagi hari ini, "Kemarin Rinna marah-marah sama Rio, sekarang deket banget!". Heran Bagas.

Sejujurnya ia selalu bingung terhadap perempuan, kemarin marah-marah, hari ini jadi baik? Yang mereka mau itu apa?

"Ya udah sih, maklumin aja, namanya juga cewek". Balas Maghira.

Iya sih memang ia sangat memaklumi perempuan, tetapi sikap yang seperti ini kadang membuatnya benar-benar bingung dengan apa yang gadis itu mau.

----

TBC

VOTE!!!

Sorry banget kalo ada beberapa kata-kata yang sama, karena jujur aku gak terlalu bagus dalam bahasa indonesia, hehe.

AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang