XXVII. Visi Misi

3 2 0
                                    

Hii, welcome to my short story.

Aku buat ini karena nuangin pemikiran aja jadi sorry banget kalo kadang suka aneh jalan cerita di setiap chapternya karena aku penulis baru, jadi maklumin yaa.

Enjoy!!

----

Hari ini hari Sabtu, Athena meminta Bagus untuk datang ke rumahnya, ia ingin membahas tentang visi misi yang sangat penting ini, karena wakil nya itu belum juga memunjukkan batang hidungnya, ia memutuskan untuk memakan sarapan yang sudah di buat oleh Bi Siti terlebih dahulu.

Setelah sarapannya habis, ia juga belum mendapat kabar dari Bagus jika laki-laki itu sudah berada di rumahnya, membuatnya sedikit kesal kepada wakilnya karena terlalu banyak memakan waktu untuk sampai di rumahnya ini.

TOK...TOk...TOK!

Baru saja Athena menginjakkan kakinya di tangga, pintu depan sudah di ketuk oleh seseorang, dengan cepat ia berlari menuju pintu lalu membukanya. Saat di buka, terpampang dengan jelas wajah seorang Rama Bagus Pramudya lengkap dengan setelan baju hitam di lapisi oleh kemeja flanelnya dan celana panjang berwarna hitam.

"Masuk, lama banget sih lo!".

Sambil berjalan memasuki rumah Athena, ia memainkan bibirnya meledek ucapan gadis 

bawel itu, "Limi bingit sih li!".

PLAK!

Pukulan keras dari Athena yang mengenai bahu Bagus membuat laki-laki itu kesakitan, "Iya, macet tadi, sorry!".

"Udah duduk aja di situ, gue ambil laptop dulu di atas!", ujarnya ketus kepada Bagus karena masih kesal dengan candaannya itu.

Setelah mengambil laptop pribadi miliknya, ia langsung turun dari kamar dan menghampiri Bagus yang sedang memainkan ponselnya di atas sofa, "Gimana nih visi misinya?".

Pertanyaan dari Athena hanya di jawab dengan menaikkan kedua bahunya oleh Bagus, karena ini juga masih pukul setengah sembilan, ia tidak mau membuat keributan dengan Bagus, akhirnya ia memutuskan untuk mengerjakan ini terlebih dahulu.

Satu setengah jam berlalu, dan baru sedikit juga kata-kata yang ia tulis di laptopnya. Sedari tadi ia juga sudah mengganti posisi duduknya berkali-kali, tapi tidak ada satupun referensi kalimat yang ia temukan.

Menoleh dan melihat Bagus yang masih sibuk dengan ponselnya membuat darahnya naik, "Gus! Lo gak ada niatan bantuin gue apa?!".

Remaja itu menoleh lalu menggelengkan kepalanya, "Enggak". Jawaban santai yang keluar dari mulut remaja itu membuatnya sedikit tersulut emosi.

Athena menghembuskan nafasnya pelan, "Ya seenggakknya lo itu mikirin satu kata aja buat di tulis di sini!", balasnya dengan senyuman terpaksa di akhir kalimatnya.

"Dan".

Kata 'Dan' yang keluar dari mulut Bagus membuat Athena benar-benar ingin mencabik-cabik sosok manusia di depannya ini, "Ya maksud gu-".

"Satu kata kan? Salah gak gue?". Potongnya.

"Ya gak salah tapi gak gitu juga!".

"Lo gimana sih? Jadi wakil tapi gak bisa kerja!". Lanjut Athena menggunakan nada yang lumayan tinggi untuk berbicara kepada remaja bernama Rama Bagus Pramudya itu.

"Kan lo yang milih gue sebagai wakil lo!", jawabnya tidak mau kalah dengan Athena.

Athena menatap Bagus dengan tatapan tajam lalu menoyornya pelan, "EH COMBRO! 'Kan lo yang nyalonin diri jadi wakil gue!".

Bagus mengerutkan dahinya sedikit, "Iya juga ya", ia baru menyadari bahwa dirinya sendiri yang menyalonkan sebagai wakil ketua Athena, bukan Athena yang memilihnya.

"Assalamualaikum!". Salam Reno saat memasuki rumah.

"Waalaikumsalam". Jawab kedua remaja berlawan jenis yang sedang duduk di ruang tamu itu, lalu mencium punggung tangan Reno secara bergantian.

"Ayah pulangnya kok cepet banget?". Tanya Athena penasaran, ia tau bahwa hari ini hari sabtu, tetapi biasanya jika hari libur seperti ini ayahnya lebih sering menghabiskan waktu di kantor.

Reno menganggukkan kepalanya, "Iya tadi cuma tanda tangan doang". 

Athena tersenyum mengerti mendengar jawaban Ayahnya, "Kalian lagi ngapain?". Tanyanya penasaran melihat anaknya dengan seorang teman laki-laki duduk di ruang tamu dengan laptop di depannya.

Gadis dengan tatanan rambut kepangnya yang masih mengenakan celana tidur itu menghembuskan nafasnya halus, mengingat jika mereka masih ada visi misi yang harus di kerjakan, "Iya ini, aku harus bikin visi misi buat demo pergantian OSIS lusa!".

Reno mengerutkan dahinya dalam, ia tak pernah tau jika anaknya itu menyalonkan diri menjadi seorang ketua OSIS, "Susah banget?".

Ayahnya ini memang tidak tau apa pura-pura tidak tau? Jelas-jelas anaknya sama sekali tidak mengerti tentang hal seperti ini. "Iya, bantuin dong yah!".

"Itu kan tugas kamu, masa minta bantuin ayah!". Ia tidak mau anak gadisnya memiliki ketergantungan dengan dirinya, ia berusaha menjadi sosok seorang ayah yang tegas dengan cara almarhumah istrinya.

"Seenggaknya satu kata aja yah!".

"Bahwasannya". Jawab Reno.

Athena langsung mengetikkan satu kata itu di laptopnya, "Terus yah?".

Bagus sudah menahan tawanya, "Kamu kan bilang seenggaknya satu kata, ya udah itu satu kata".

Jawaban yang sama kini keluar dari mulut ayahnya sendiri, Athena melongo lalu melirik Bagus dan Reno secara bergantian beberapa saat, "Aku curiga kalian sedarah! Kayak nya aku ketuker deh sama Bagus!".

Karena kesal ia menutup laptopnya lalu berjalan cepat menuju kamarnya yang berada di lantai atas, "Loh, salah om dimana?". Tanyanya kepada Bagus.

Yang di tanyai hanya menggelengkan kepalanya, "Tadi saya juga jawab kayak gitu Athena nya marah".

Reno menggelengkan kepalanya tidak mengerti, "Ya udah kamu pulang sana!". Bagus menganggukkan kepalanya lalu berdiri dari duduknya, tidak lupa sebelum pulang ia mencium punggung tangan ayah temannya itu, "Hati-hati ya!".

"Iya om, assalamualaikum!". Reno menjawab salam dari Bagus lalu menutup pintu rumahnya.

Athena menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dengan keadaan telungkup, kepalanya yang sedang menghadap ke kiri membuat matanya tertuju pada satu bingkai yang di dalamnya terdapat foto dirinya bersama bunda dan kakaknya.

Ia tersenyum melihat sang ibunda yang sedang tersenyum disana, sudah lama ia tidak melihat senyuman itu, ia mengembalikan foto itu ke tempatnya dan melanjutkan untuk menulis visi-misi yang menjadi pekerjaannya sekarang.

----

TBC
VOTE!!!

AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang