40 - Masuk angin?

795 15 6
                                    

***

Oca terduduk di ranjangnya, dan terus saja menangis dengan tak henti hentinya.

Zergan terus mengetuk pintu apartemen oca di luar dan tak di diperdulikan oleh oca, Riska terus menenangkan sahabat nya.

"Udah ca, jangan nangis, gua terima Lo apa adanya" ucap riska yang langsung memeluk tubuh sahabat nya.

"Jangan bilangin ke siapapun ya, apa lagi ibu gua risk, gua ga mau ibu gua nyesel ngelahirin gua" ucap oca dengan tangisan.

"Gua janji, tapi sekarang Lo ga boleh nangis terus, gua buatin makan ya, dan sekarang ga usah mikirin kampus dulu, badan Lo anget gini, nanti gua bilangin ke dosen" ucap Riska, Dan hanya di angguki oleh oca.

Oca bersyukur mempunyai sahabat yang selalu ada disisinya sejak kecil.

Riska berjalan ke arah dapur, dan memasak kan oca sesuatu untuk dimakan, karna sejak pagi oca juga tidak makan, apalagi oca mempunyai maag.

Oca tetap terduduk di ranjangnya dan terus menangis, mengingat kejadian itu hanya membuat hatinya sakit hati.

***

Riska menyuapi oca layaknya anak sendiri, dan memang oca dan Riska lebih tua riska, karna Riska lah yang lahir terlebih dahulu, tapi tetap saja mereka seumuran.

"Gua ga mau Lo sakit, jadi Lo harus makan, nanti maag Lo kambuh lagi" ucap Riska.

"Mending sekarang Lo istirahat dulu, gausah Mikirin aneh aneh" perintah Riska.

Dan hanya diangguki oleh oca.

***

Zergan terus menggedor gedor dan dibuka oleh riska

"Apa?" Tanya Riska tajam.

"G-gua mau ketemu oca dulu" ucap zergan.

"Ga, ga, ga, ga, sekarang dia udah istirahat, mending Lo pulang deh, daripada ganggu Tetangga gua" ucap Riska yang mulai menutup pintu apartemennya dari luar, dirinya juga ingin pergi ke kampus Sekarang.

"Sekarang gua ada tugas dari kampus, mending Lo pulang dulu aja, besok kalo oca baikan, iya kalo oca bolehin Lo ketemu dia" ucap Riska yang langsung meninggalkan zergan.

Zergan terduduk diam, "ARHHGGGG" Zergan langsung pergi dari apartemen itu, dan langsung ke parkiran untuk menenangkan hati nya.

***

Oca duduk membuka ponselnya, lalu memblokir nomor Zergan, yang sedari tadi , zergan menelfon dirinya.

Mata merah sembab, rambut acak acakan, jika saja ada yang melihatnya, pasti dikira Kunti.

Oca berjalan ke arah luar, dan menuju ke ruang tamu, dimana dirinya duduk disana, lalu menyalakan televisi.

"Ck"

Ceklek

Oca terkejut saat mendengar pintu yang terbuka.

"Ca" panggil Riska.

"Astagfirullah, rambut Lo udah kayak Kunti aja"

Riska lalu ikut duduk bersama oca di sofa.

"Lo udah baikan ga?, Masi trauma?" Tanya Riska yang melihat oca dengan keadaan acak acakan.

"Rambut lo beresin dulu tuh, udah persis kayak Kunti"

Riska lalu menyisir rambut oca yang acak acakan itu, setelah itu dirinya menatap wajah oca yang masih basah oleh air mata.

"Lo nangis lagi?, Udah ya ca, gua ga tega liat Lo nangis Mulu, gua ajak temen temen kesini gapapa kan, sapa tau Lo terhibur sama mereka" ucap Riska.

two possessive cousins ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang