Jaemin mengetuk-ngetuk jarinya ke meja. Laki-laki itu sudah hampir satu jam berada di rumah Lila tanpa melakukan apapun, kecuali makan dan bermain ponsel tentunya. Jaemin menatap malas jam yang ada di dinding kanan, lalu bergeser menatap Lila kesal.
Kesal. Iya, benar. Dirinya, Lila, dan Dejun seharusnya sudah mulai membahas lagu apa yang akan mereka tampilkan untuk tugas akhir sekaligus penampilan di festival nanti, namun laki-laki yang dipercayai oleh Lila itu tidak datang sampai sekarang.
"Kenapa kalian diam? Maksudku, ini sudah hampir satu jam, dan kalian hanya menghabiskan makanan tanpa mengerjakan tugas,"tanya Jeno yang memang tidak tahu apa-apa mengenai kerja kelompok ini.
Jaemin mendengus kesal, "Lila mengajak Dejun untuk satu kelompok, dan kau tahu sendiri bagaimana dirinya itu,"
"Ah, kalian menunggu Dejun? Aku melihatnya naik bus ke arah kota, ku pikir—"
"Dia di sini,"
Lila beranjang dari duduknya.
"—dia tidak akan datang,"lanjut Jeno lirih.
Jaemin dan Jeno saling menatap bingung. Tapi kedua laki-laki itu paham siapa yang dimaksud di sini oleh Lila.
Selang beberapa saat kemudian, Lila kembali dan diikuti oleh Dejun di belakangnya.
Jeno yang duduk santai tentu kaget. Dejun jarang ingin melakukan pekerjaan seperti ini, seperti berkumpul untuk mengerjakan sesuatu misalnya. Namun kali ini laki-laki itu datang, dan dengan tanpa bersalahnya menatap datar si ketua OSIS.
"Apa-apaan,"ucap Jeno lirih.
Jaemin masih terus menatap Dejun, menunggu perjelasan mengapa terlambat sampai satu jam lamanya, namun sepertinya putra tunggal keluarga Lee tersebut tidak merasa, buktinya Dejun hanya kembali menatap tanpa berkata apapun.
Jaemin berdecak kesal, ingin rasanya dia memukul kepala Dejun seperti dia memukul kepala Renjun jika laki-laki terlambat. Sayangnya Jaemin tidak sedekat itu untuk melakukannya pada Dejun.
"Ck, kenapa kau baru datang?"Jaemin akhirnya bertanya.
"Maaf,"jawab Dejun.
"Jadi apa yang membuatmu mau datang ke sini tapi jika ada rapat kau tidak bisa datang? Maksudku, kau bahkan tinggal duduk mendengarkan yang lain berbicara kemudian kau bisa mengutarakan pendapat, tidak harus berpikir,"
Itu Jeno yang saat ini duduk sambil membawa snack di tangan kanannya.
"Maaf,"Dejun mengucapkan kata itu lagi.
"Baiklah, baiklah, terserah kau saja. Kita bahas sekarang. Jadi, Dejun, apa lagu yang kau bisa? Kau bisa bermain gitar atau piano, kan?"
Jaemin menunjuk Dejun dengan pensilnya.
"Aku—"
"Dejun bisa. Aku pernah melihatnya bermain piano dan gitar di ruang musik,"Jeno menyela ucapan Dejun.
Jaemin yang mendengar jawaban Jeno langsung bertepuk tangan, beruntung karena ada salah satu di antara mereka bertiga yang paham memainkan alat musik.
Ah, sebenarnya Jaemin bisa, hanya kurang percaya diri saja.
Lila yang melihat reaksi Jaemin hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Jadi, lagu apa yang akan kita tampilkan?"tanya Lila.
"Jun, kau bisa apa? Kami akan mengikuti mu saja,"tanya Jaemin.
Dejun masih diam, bingung harus menjawab apa. Jika boleh jujur, Dejun memang tertarik dengan musik, namun dia tidak terlalu paham mengenai macam-macam musik.

KAMU SEDANG MEMBACA
imperfection ; ft. nct
Ficção Adolescentedejun pikir semuanya tidak adil untuknya