4

145 15 0
                                    

Sudah genap empat hari Lila berada di rumah sakit. Jeno akan selalu datang saat sekolah selesai, Doyoung juga. Papa Lila selalu datang di malam hari, sedangkan Mama Lila akan datang jika ada waktu luang saja. 


Setiap malam akan ada Jeno dan Doyoung yang menunggu, kadang mereka juga membawa Jaemin atau Renjun untuk menemani.


Malam ini menjadi malam terakhir Lila di rumah sakit. Jeno dan Jaemin atau pun Renjun tidak bisa menemani karena ada acara sekolah, mereka bertiga anggota OSIS, dan wajar saja jika mereka harus ikut. 


Doyoung juga ada acara di kampusnya, dia ketua himpunan fakultas teknik. Tak mungkin acara rapat itu dia tinggal begitu saja. 


Papa Lila harus ke luar kota lagi, sedangkan Mama Lila ada jadwal operasi sampai tengah malam. Ya intinya malam terakhir di rumah sakit dihabiskan Lila sendiri. 


"Jika ada apa-apa kabari aku"peringat Jeno. 


"Iya"ucap Lila. 


"Yaudah, Kakak balik, ya? Panggil suster atau dokter jika kau tidak bisa menghubungi ku atau Jeno. Hearing aid-nya jangan lupa dilepas saat akan tidur"Doyoung mengacak rambut Lila. 


Lila mengangguk. Jeno dan Doyoung kemudian meninggalkan ruang inap.


Baiklah. Lila sekarang sendiri. Ia tak mungkin menghubungi Hendery untuk sekarang, pacar-nya itu sedang belajar untuk kuis terakhirnya besok. 


Lila turun dari kasur dan menatap keluar jendela. Beruntung selang infus-nya sudah dilepas tadi sore, jadi dia bisa dengan nyaman berjalan kesana-kesini.


Lila kemudian menutup tirai, tak mau terlarut suasana. Kamarnya cukup hening, itu bisa membuatnya menangis walaupun hanya menatap kosong pemandangan kota di depan. 


Ah Lila ingat, setelah empat hari juga, Dena atau Dejun tidak mengabarinya, seperti pesan singkat. 


Setelah beberapa detik diam. Lila akhirnya memutuskan untuk pergi ke Bunda-nya Dejun, dia harus berpamitan, ya walaupun mungkin mereka tak peduli, sih


Lila menggeser pintu kamar dan menutupnya kembali. Perempuan yang ada di kasur tersenyum menyambut Lila. Jam masih menunjukkan pukul tujuh malam, jadi ya tidak masalah jika Lila menjenguknya. 


"Bibi sudah merasa baik?"tanya Lila sesaat setelah duduk di samping kasur.


"Iya."perempuan cantik itu tersenyum "Oh, iya. Jangan panggil Bibi, panggil saja Bunda Dena."


Lila tersenyum canggung, dia kemudian mengangguk. 


"Hm...Bunda sudah makan?"


"Sudah. Kamu masih sakit?"


Lila menggeleng pelan dan tersenyum"Sudah tidak, Bun. Besok Lila diizinkan untuk pulang."


imperfection ; ft. nct Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang