Dejun memasuki wilayah rumahnya dan langsung disambut oleh Kyungmin, sekretaris pribadi sang ayah. Pria yang mempunyai badan lebih tinggi dari Dejun itu menyambutnya di depan pintu rumah.
Dejun melihat sekilas dan berjalan masuk, tentu saja Kyungmin mengikutinya. Dejun yang merasa risih langsung berhenti dan berbalik, menatap Kyungmin datar.
"Ada apa lagi? Apa Ayah menyuruhmu menjadi asisten pribadiku sekarang?"
"Tuan memintaku untuk mengingatkan Tuan Muda jika harus menjemput sepupu Tuan Muda"
Dejun mendesah kesal, "Iya, aku tahu. Apa Ayah tidak sepercaya itu padaku? Jika tidak percaya, mengapa repot-repot memintaku jika Paman Jo saja bisa"
"Maaf, tapi Pak Jo hanya bertugas mengantar."
"Merepotkan."
Dejun berdecak kesal dan langsung berjalan ke kamar setelah berucap. Kyungmin tidak mengikutinya lagi, pria itu kembali ke ruangnya, dan akan kembali untuk mengingatkan Dejun lima belas menit sebelum sepupunya tiba.
Dejun menghempaskan tubuhnya di kasur. Dia sebenarnya tidak ingin datang. Udara sangat dingin, dan dia juga malas bertemu dengan sepupunya itu.
Benci?
Iya. Dejun membenci sepupu laki-lakinya itu. Jujur saja, Dejun tidak senang dia kembali. Kebencian yang dia rasakan benar-benar membuatnya dingin padanya.
Setelah segala perlakuan tidak adil di masa lalu, hati Dejun benar-benar sakit. Kakeknya. Orang terkaya nomor tujuh di Korea itu memperlakukannya secara tidak adil. Dejun selalu diperlakukan seperti orang asing daripada sepupunya. Sebenarnya bukan hanya itu yang membuatnya sakit hati. Tapi Pamannya juga, ayah dari sepupunya, akar dari semua masalah di keluarganya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dejun!"
Laki-laki yang membawa koper itu tersenyum penuh dan melangkah mendekati Dejun. Dejun tidak membalas, dia hanya diam di tempatnya.
"Bagaimana kabarmu? Hei, kau tumbuh lebih cepat."
Itu bukan Dejun, itu laki-laki yang mendatangi Dejun dengan koper di tangan kirinya. Si pembawa koper itu hendak memegang pucuk kepada Dejun, namun Dejun menepisnya pelan.