-6

129 12 0
                                    

Dejun berjalan keluar dari kamarnya yang langsung disambut sang Ayah, Jungsoo. Laki-laki dingin itu sempat menatap Jungsoo yang tepat berada di depan pintu kamarnya, sebelum melangkah menghiraukannya. 


"Kemana?"tanya Jungsoo setelah Dejun mengambil tiga langkah. 


Dejun berhenti dan menjawab tanpa berbalik untuk melihat Jungsoo "Menemani Bunda"


"Kau di rumah saja, Ayah akan menemani Bundamu malam ini"


Dejun berdecak meremehkan. Dia langsung membalikkan badannya dan melihat ke arah sang Ayah. 


"Ayah akan menemani Bunda? Aku tidak percaya."


Dejun tersenyum pahit mengingat kejadian dua hari yang lalu. Saat itu Jungsoo mengatakan akan menemani Dena. Dejun mengiyakan karena dia saat itu mempunyai acara di sekolah. Tapi nyatanya, hanya berselang dua jam setelah Dejun berada di sekolah, pihak rumah sakit menelpon Dejun, mengatakan jika Bundanya baru saja terjatuh dari kasur. Saat Dejun pergi untuk mengecek, ternyata Jungsoo pergi setengah jam yang lalu.


Dejun tentu marah. Jungsoo meninggalkan Dena tanpa mengabarinya. Bahkan tidak meninggalkan pesan apapun. Saat Dejun bertanya, Jungsoo mengatakan jika sesuatu terjadi di kantor, membuatnya tak bisa mengabari sang putra. 


Hubungan Jungsoo dan Dejun memang tidak baik dari dahulu. Ditambah lagi dengan kejadian itu. Saat Dejun masih kecil, Dejun pikir sang Ayah memang sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak bisa meluangkan waktu untuknya juga untuk sang Bunda. Tapi lama kelamaan, Dejun yang beranjak dewasa sadar dan tahu, jika sang Ayah memang tidak menyukainya. 


Laki-laki dingin itu sadar, pernikahan yang dijalani kedua orang tuanya bukanlah pernikahan atas dasar cinta. Perjodohan paksa yang dilakukan hanya untuk membantu memperbaiki perusahaan sang Kakek yang saat itu berada di titik terendah.


Semua perjodohan itu bukanlah ide dari Kakek Dejun, melainkan kakak laki-laki sang Ayah, Taegun. Dejun awalnya tidak membenci Pamannya, tapi setelah mengetahui satu kenyataan itu, laki-laki dingin itu membenci keluarga Pamannya. Entahlah, Dejun juga tidak mengerti mengapa dia membenci sepupunya juga, mungkin karena sang Kakek juga pilih kasih?


Ah, iya. Kakeknya. Kelahiran sepupunya benar-benar diagungkan, bahkan kakek Dejun benar-benar pilih kasih. Saat kecil, Dejun tidak begitu memperdulikan sikap kakeknya yang terkesan lebih mementingkan sepupunya, tapi lama kelamaan Dejun sadar. Sadar jika memang dirinya bukanlah cucu yang diharapkan. 


"Lebih baik Ayah istirahat di rumah. Aku pergi"Dejun melanjutkan ucapannya dan berbalik meninggalkan Jungsoo.






















"Jun, makan dulu."


Ini sudah ke-8 kalinya Dena meminta Dejun untuk sekedar mencari makanan. Tapi sayangnya, putra satu-satunya itu menghiraukannya. 


"Jun, Bunda baik-baik saja. Kau pergi saja membeli makanan"


Dejun melihat Dena yang terlihat sangat tulus, laki-laki dingin itu kemudian tersenyum hangat pada sang Bunda. 

imperfection ; ft. nct Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang