1. Sepasang Sahabat

704 60 4
                                    

Note : Meski cerita ini menggunakan latar negera Jepang, namun perlu diingat bahwa saya menerapkan pemikiran dan pandangan masyarakat Indonesia tentang tata krama serta peraturan moral yang sudah melekat dan tanpa sadar menjadi hukum tidak tertulis di Indonesia_ pada karakter-karakter dalam cerita ini.
.
.
NaruSaku
Uzumaki Naruto x Haruno Sakura
Rated M (no lemon)
.
.
Warning!
Typo(s), OOC, bahasan dewasa.

Don't like don't read!
.
.
.

"Sakura-chan sedang apa, sih?" Pemuda bermanik safir itu menengadahkan kepalanya untuk melihat Sakura yang sedari tadi tidak bersuara. Membuat ia penasaran dengan apa yang dilakukan sahabat sepopoknya itu di atas sana.

Naruto meletakkan bola basket di tanah, di samping kakinya yang berpijak. Lalu kembali memakukan pandangan pada rumah pohon tempat di mana Sakura berada. Dari bawah, ia hanya bisa melihat kedua kaki gadis itu berayun-ayun santai.

"Aku sedang baca komik," sahut Sakura.

"Masih lama?" Naruto sadar matahari sebantar lagi akan tenggelam. Mereka harus segera pulang.

"Ya. Jangan menggangguku, Naruto."

Bibir tipis pemuda itu terkatup. Ia tak ingin menghentikan kesanangan Sakura, tapi tak ingin juga jika nantinya mereka terlalu larut pulang ke rumah. Karena saat ini Naruto sedang tidak ingin mendapat omelan manis dari sang ibunda.

"Sakura-chan, lebih baik lanjutkan di rumah saja. Kita harus segera pulang karena sekarang sudah petang," ucap Naruto sedikit berteriak.

Untuk beberapa saat tidak ada jawaban dari atas sana. Naruto kira Sakura tengah mengamati keadaan dan tersadar jika langit di atas mereka berwarna jingga. Sementara lengannya kembali mengambil bola basket itu.

"Baiklah. Ayo pulang," ucap Sakura. Gadis itu pun segera bangkit dan sedikit membenahi bajunya. Ia lalu menuruni tangga yang tidak banyak undakan tersusun, sebab memang rumah pohon itu dibuat dengan ketinggian tak lebih dari 3 meter di atas permukaan tanah.

"Ayo," timpal Naruto.

Mereka pun berjalan bersisian meninggalkan lokasi itu. Tempat di mana sebagian besar masa pertumbuhan mereka dihabiskan di sana. Dengan Sakura yang sangat menyukai berdiam diri di rumah pohon, dan Naruto yang akan bermain basket sampai kelelahan di bawah.

Rumah pohon itu sebenarnya sengaja dibuat oleh ayah Naruto khusus untuk tempat bermain mereka. Ditambah lagi Naruto yang memang memiliki kegemaran bermain basket, sang ayah memutuskan untuk mendukung ketertarikan anaknya itu. Maka dibuatlah lapangan kecil dengan satu ring, sementara ide menambahkan rumah pohon, datang menyusul.

Tak jauh dari rumah pohon mereka, terdapat sebuah danau dengan air yang jernih. Dikelilingi rimbunan pepohonan dan pemandangan yang indah, membuat keberadaan tempat bermain mereka itu terasa sangat sempurna. Maka tidak heran jika mereka kerap memilih menghabiskan hari libur sekolah di sana.

Seperti sekarang, senja begitu indah dan matahari oranye itu nampak malu-malu menyembul dari celah dedaunan. Cahaya keemasan menyinari langkah kedua remaja itu bersama kehangatan yang menyapu setiap jengkal kulit mereka. Terasa sangat nyaman dan damai. Momen seperti ini tentu saja sudah berlalu begitu sering, namun baik keduanya tak pernah bosan menikmati.

Lirik safir Naruto sejenak berpaling ke arah gadis di sampingnya. Memandangi wajah seputih pualam itu yang terlihat jauh lebih menawan kala sinar senja menerpa permukaannya. Naruto tak memungkiri jika Sakura nampak luar biasa indah di matanya kali ini. Tidak, bukan hanya kali ini, tapi jauh berkali-kali. Dan ia kira akan terus seperti itu.

Microspore to Ovule (NaruSaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang