6. Mikrospora ke Ovula

422 48 3
                                    

Gumaman Naruto adalah awal dari munculnya firasat buruk. Sakura gelagapan melihat Naruto yang entah kenapa tidak berbalik untuk mengecek keadaan. Gambarannya tentang reaksi Naruto seakan berhamburan. Dan kenapa pula Naruto dengan santainya mendekati lemari baju?

Tidak mungkin jika?

Naruto melorotkan handuknya begitu saja.

Bokong sekal!

"KYAAAAAAA!!!"

.
.
.

Keduanya masih saling membuang muka dengan wajah memerah yang kentara. Saat ini mereka sedang berjalan bersisian, dan hendak menuju rumah pohon berada, itu membuktikan jika Naruto tetap memenuhi permintaan gadis itu, mengabaikan tragedi memalukan yang sempat terjadi sebelum ini.

Tapi Sakura tampaknya tidak menyukai suasana canggung seperti sekarang. Apa yang harus ia lakukan? Meributkan lagi hal tadi? Sudah cukup ia kira.

Setelah Sakura berteriak kencang lalu reflek berbalik badan, Kushina datang tergesa-gesa dan membuka pintu sekuat tenaga. Sehingga Sakura terjerambab mengenaskan karenanya. Sungguh malang. Sedangkan Naruto gelagapan memungut kembali handuknya, menutup sesuatu di sana. Meski begitu, melihat Sakura yang telentang akibat dorongan pintu, membuatnya khawatir juga. Oh, tentu jangan lupakan betapa Sakura memiliki ruang yang begitu besar di hati pemuda itu.

Dan mereka susah payah menjelaskan pada Kushina, dengan dahi bercucurkan keringat dingin, serta jantung yang bertalu-talu tak tentu, mereka akhirnya bisa meyakinkan wanita dewasa itu jika kejadian tersebut hanya kecelakaan tidak disengaja.

Bila diingat lagi, wajahnya pasti menampakan ruam kemerahan. Bokong itu... Sial, Sakura merasa ia seperti gadis mesum saja! Mereka sudah sama-sama remaja. Masa di mana seluruh organ reproduksi bergerak menuju kematangan. Jika saja yang Sakura lihat adalah tubuh anak lelaki kecil, tentu saja ia takkan sedemikian rupa bereaksi. Tapi sayangnya ini Naruto. Sayangnya tubuh telanjang yang Sakura lihat adalah tubuh Naruto, dan sayangnya Naruto sudah berusia 16 tahun, bukan lagi anak umur 6 tahun yang tanpa malu mengajak Sakura kecil mandi bersama.

Sekarang ia harus apa? Mari berpikir. Sakura sadar ia salah. Niat isengnya yang membawa masalah. Jika demikian, bukankah perlu meminta maaf? Oke, Sakura akan mencoba.

"Naruto," ujarnya memecah keheningan.

"Y-ya?" Naruto menyambar gugup. Jelas sekali hatinya tergesa-gesa dan tak siap. Pemuda itu hanya terkejut Sakura berkata tiba-tiba.

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu, sungguh. Entah kenapa ide jahil datang begitu saja seakan mengendalikan tubuhku. Gomen ne ...."

Naruto tertunduk menatap kaki berbalut sepatu, yang masih melangkah pelan itu. Kemudian terangkat menatap wajah Sakura sekilas. Terburu-buru. "Tidak apa, Sakura-chan. Aku mengerti. Kau tidak mungkin bermaksud begitu, tidak, tapi takkan mungkin," ucapnya. Ia pun tersenyum lebar, lalu melanjutkan perkataannya. "Dan aku juga salah. Kenapa tidak mengecek dulu keadaan. Ceroboh bukan?"

Pandangan mereka bertemu. Selama beberapa detik saling menatap. Sorot mata keduanya berpendar geli, yang kemudian meloloskan tawa bersamaan. Menertawakan betapa konyolnya mereka, kejadian itu, dan sebab-sebab tak terdefinisi yang begitu saja muncul untuk menarik tawa keduanya.

Sakura meredakan tawa meski terlihat kepayahan. "Baiklah. Berarti urusan kejadian itu kita anggap beres. Mari lupakkan tragedi memelukan tadi." Duh, perutnya masih tergelitik.

"Aku tidak yakin bisa melupakannya." Dan Naruto terkekeh lagi.

Memang betul, sih. Kejadian tadi akan sukar dilupakan. Apalagi Sakura. Gadis itu berkemungkinan terus mengingatnya. Tubuh tekanjang, bokong itu ... mana mungkin bisa memorinya menghapus begitu saja penglihatan tersebut. Apalagi itu adalah kali pertama Sakura melihat lelaki tanpa busana.

Microspore to Ovule (NaruSaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang