10. Berbagi Orang Tua

356 47 4
                                    

"Ada dua kemungkinan seseorang tidak mengetahui Naruto yang menyukai Sakura, antara orang itu bukan orang yang dekat dengan Naruto, atau kebodohan orang itu sudah bukan main lagi. Dan kau Lee, kau termasuk ke orang-orang bodoh itu."

Sebenarnya bukan penuturan pedas Shikamaru yang membuat Lee tiba-tiba bagai seorang pujangga kehilangan jati diri, melainkan karena sebuah fakta mengejutkan tersebut.

"Jangan sampai Sakura-chan juga suka Naruto. Aku tidak siap menjalani masa muda tanpa cinta pertama ini!!!" Lee berseru dengan dramatis. Membuat kelima kawannya itu menghela nafas bosan. Mereka sudah sering melihat tingkah Lee yang seperti itu ternyata.

.
.
.

Safir Naruto berbinar senang kala sosok Sakura sudah tertangkap jangkauan pandangannya. Sekaligus gugup tentu saja. Ia melangkah tergesa-gesa menuju Sakura, namun berhenti sekitar 3 meter lagi dari posisi perempuan itu.

Pikirannya melayang ke berbagai kemungkinan yang akan terjadi jika ia sudah berada di sana, duduk berdua dengan Sakura. Apa yang akan ia lakukan? Kenapa ia seperti orang yang baru mengenal Sakura kemarin? Naruto harus mengatakan jika kecanggunangan ini akan sangat menyulitkannya.

Naruto tatap kotak bento dalam genggamannya, berpikir keras merencanakan tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mengantisipasi kecanggungan jika terjadi nanti. Pertama, ia harus menyapa Sakura seperti biasa. Kedua, menanyakan kabar Sakura dengan hangat, ketiga ... Ia menggeram. Mereka sudah bukan satu dua hari kenal, tapi bertahun-tahun. Mereka juga telah melewati banyak momen seperti ini; makan siang bersama di taman belakang. Tapi kenapa ia bisa berpikir amatiran?

Tarik nafas, lalu buang. Naruto sedikit tenang setelahnya. Menatap punggung Sakura lekat, Naruto pun akhirnya melanjutkan langkah dengan mantap. Semakin jarak di antara mereka terkikis, semakin gila jantung Naruto berdentum-dentum. Hal itu tidak akan menghentikan Naruto lagi, tentu saja.

Langkahnya kian banyak. Entah sejak kapan Naruto berusaha berjalan tanpa suara, tak ingin Sakura menyadari keberadaannya terlebih dahulu. Semakin dekat dan dekat saja. Namun Naruto mengernyit bingung. Kala jaraknya dengan Sakura tinggal 5 langkah lagi, ia merasa aneh melihat apa yang dilakukan Sakura. Ia pun samar-samar mendengar gumamam perempuan itu.

"Benarkah ini akan berhasil?"

'Apa yang berhasil?'

"Aku harap Ami tidak berbohong."

'Ami? Teman sekelas kita?'

"Kenapa rasanya memalukan dan aneh?"

Tunggu, Naruto kira penglihatannya sedikit bermasalah. Walau posisi tubuhnya di belakang Sakura, tapi ia masih bisa menangkap gerakan tangan perempuan itu di depan tubuhnya, entah sedang apa. Namun Naruto merasa tak asing dengan gerakan tersebut. Hal yang harus dilakukan tentu saja memastikan.

Maka kemudian Naruto melangkah lagi, berjalan ke sisi bangku taman. Dan dari samping, ia bisa melihat dengan jelas apa yang Sakura lakukan. Netranya terbelalak.

Naruto pun memerah.

Apa yang dilihatnya benar-benar membuat pemuda pirang itu salah tingkah sekaligus kaget bukan main. Dimana Sakura dengan wajah merona namun juga mengernyit tak nyaman tengah menggerak-gerakan tangannya di atas dada.

"Sa-sakura-chan, se-sedang apa?"

Sakura yang terkejut kontan melepaskan tangkupannya dari sana. Perempuan itu menjadi gelagapan dengan wajah memerah panas yang semakin tampak kentara.

"Na-naruto," gugupnya. Sakura lalu menundukan pandangan, tidak berani bersitatap dengan safir Naruto. Bukan karena apa, Sakura hanya sedang merasa malu luar biasa saat ini.

Microspore to Ovule (NaruSaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang