18. Mimpi

245 26 7
                                    

Naruto bisa menatap kedua telapak tangannya. Begitu juga suasana yang terasa asing. Meski ruangan tempat ini mengingatkannya pada rumah sakit, tapi yang ia anehkan adalah bagaimana ia bisa sampai di tempat ini. Seingatnya beberapa jam lalu, ia mengantarkan Sakura pulang. Sungguh aneh karena bisa tiba-tiba terperangkap di situasi yang aneh juga.

Akan tetapi keanehan itu mendorongnya untuk bergerak. Entah mau ke mana, ia pun tidak memikirkannya. Yang pasti, kedua kakinya saat ini tengah berjalan menyusuri lorong serba putih itu. Terus bergerak hingga sampailah ia di depan sebuah pintu.

Kenop pintu yang diputar, terlihat amat jelas walau keadaan di sekitarnya sedikit buram. Namun, tak ia hiraukan karena rasa penasarannya akan sesuatu di balik pintu itu menguasai fokusnya. Maka, ia pun kembali menyambung langkah.

Pintu perlahan terbuka. Dan suatu objek tertangkap penglihatannya. Dapat Naruto rasakan atensi semua orang di depan sana menuju pada dirinya. Hal tersebut sontak mengirimkan gelenyar rasa gugup. Tetapi ketika ia sadari wajah-wajah itu sangat dikenalinya, lantas saja kelegaan itu memenuhi hati, melemaskan pundaknya yang menegang.

Naruto pun tersenyum lebar. Ia bisa melihat empat orang dewasa. Mereka adalah dua pasang orang tua dari dirinya dan Sakura. Ibunya tersenyum hangat seperti biasa, sementara ayahnya cukup dengan senyuman kecil. Mereka berdiri di sekeliling ranjang rumah sakit, seolah tengah mengerubuni sesosok lainnya.

Tidak dapat ia ketahui siapa orang kelima karena tubuh besar ayah Sakura berdiri di depan ranjang tersebut, menghalangi pandangannya. Namun, seakan menyadari rasa penasarannya, lelaki dewasa itu perlahan menyingkir, berjalan mendekati sang isteri dengan raut datar. Maka ia sunggingkan senyum lebar sebagai rasa terima kasih.

Sontak saja, kedua bola matanya melebar melihat sosok yang dikelilingi mereka. Dan senyum lebar pun terbentuk untuk ke sekian kali sesaat setelah ia mampu memgendalikan dirinya lagi.

"Sakura-chan!" panggilnya riang.

Dari sana Sakura terlihat balas menyunggingkan senyum kecil, namun tampak lelah di matanya. Ia hendak bertanya sebelum suara rengekan sesuatu memupus niatannya. Sesuatu? Terdengar tidak cocok. Dan benar saja, rengekan itu berasal dari makhluk kecil di pangkuan Sakura. Tampak menggeliat dan terus mengeluarkan suara rengekan yang semakin nyaring.

"Bayi?" gumamnya tanpa sadar.

Coba ia layangkan tatapan penuh tanya berharap Sakura atau siapapun menjawab kebingungannya. Namun, bayi di pangkuan Sakura membuat perempuan itu bungkam tak menjawab sebab Sakura perlu menenangkannya dengan cara menepuk-nepuk bokong bayi itu.

"Dia adalah bayimu, Nak."

Suara lembut sang bunda saat mengatakan kalimat itu sukses menyentak sanubarinya. Ia sadar kedua matanya melebar, pun dengan anggukan lemah dari Sakura, seolah menyetujuinya.

"Ba-bayiku? Bayi dengan Sakura-chan?"

Sang bunda mengangguk sembari tersenyum hangat. Sebuah respon yang cukup meyakinkannya. Ditambah pula, kedua orang tua Sakura tetap bergeming, tidak menyanggah pernyataan ibunya.

'Tapi, bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana Sakura-chan bisa melahirkan sedangkan tadi perutnya masih rata? Apa perempuan bisa melahirkan tanpa menunggu perutnya menggelembung? Atau jangan-jangan, susu itu yang membuat bayinya berkembang pesat dalam semalam? Astaga apa yang sebenarnya tengah terjadi.'

Tapi aneh sekali, meski beribu pertanyaan berhamburan dari kepalanya, ia masih bisa tak mengacuhkan hal tersebut. Sebab seakan sosok bayi beserta rengekannya itu menarik ia untuk mendekat. Ia terus berjalan perlahan, mencoba meminimalisir suara langkah kaki agar bayi di pangkuan Sakura tidak terganggu. Dan ketika tubuhnya berhenti, sejengkal lagi jarak di antara ranjang rumah sakit dengan dirinya, ia bisa melihat sosok itu.

Microspore to Ovule (NaruSaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang