2

59 7 1
                                    

"Bagas!" suara itu, menggema diseluruh penjuru koridor lantai tiga. Bagaimana tidak, hari masih pagi, belum banyak siswa yang datang. Hanya sebagian yang sudah sampai itupun karena mereka kebagian piket. Termasuk Alfi.

Huh, drama apalagi ini ya tuhan, batin Alfi.

"Bagas!" ulangnya lagi. Kali ini, ia menghampiri seseorang yang ia panggil Bagas.

"Apaan?" tanyanya, ia berhenti sejenak sebelum masuk kelas bersama seorang perempuan disamping nya.

"Ini, aku buatin bekal buat kamu, jangan lupa dimakan ya" serunya, tersenyum manis, sambil menyodorkan kotak makan berwarna biru.

"Gue udah bilang, gak usah bawain gue bekal, Jes. Gue udah ada bekal yang dibuatin sama Nadira. Mending lo kasih ke orang yang lebih membutuhkan. Contohnya-" Bagas menjeda ucapannya, kemudian netra nya tiba-tiba memandang Alfi yang tengah menghapus papan tulis di kelas. "Alfi. Liat tubuhnya kecil, pasti jarang makan. Mending lo kasih kedia" lanjut Bagas.

Sedangkan Alfi, ia berdiri kikuk, sambil menggeram tak terima.
"Ngeselin banget sih, si Bagas, badan aku emang kecil, tapi gak kekurangan makan. Enak aja, jangan asal ya kalau ngomong, lagian ngapain bawa bawa aku dalam masalahnya" gerutu Alfi pelan, sambil melanjutkan menghapus papan tulis, tanpa menghiraukan Bagas.

"Enggak, ini tuh khusus buat kamu, aku yang bikin, liat tangan aku aja sampe ke gores"

"Salah lo sendiri, gue gak pernah nyuruh lo buat bikinin gue bekal ya Jes. Mending lo balik ke kelas lo. Ayo Nad"

Jeslyn Jovanka, perempuan yang memanggil Bagas serta memberikan kotak bekal kepadanya hanya tersenyum kecut, melihat Bagas menghiraukannya dan bekal yang ia buat. Meninggalkan pintu kelas Bagas, Jeslyn berlari ke arah taman sekolah.

Bagas dan Nadira teman sekelas Alfi. Masuk ke kelas, berjalan santai  menuju bangku mereka masing-masing.

"Gas, kenapa kamu bilang aku bawain bekal, ke Jeslyn, padahal aku gak bawain kamu bekal, aku gak enak sama dia"

"Gak papa Nad, aku gak mau kalau Jeslyn terus terusan berharap" Bagas berusaha menenangkan Nadira.

"Tapi kamu tau kan, kalau perlakuan kamu itu berdampak sama aku. Nanti Jeslyn bully aku. Aku gak mau kalau harus di bully lagi" raut wajah Nadira terlihat murung.

"Maafin aku Nad, aku-" suara Bagas terhenti, saat suara seseorang memotong nya. Siapa lagi kalau bukan Alfi, seseorang yang ada dikelas itu selain Bagas dan Nadira.

"Ekhemm" Meskipun canggung, Alfi harus berani bersuara, jika tidak ia yang akan kelelahan sendirian.

"Kalian kalau mau pacaran, mending nanti aja deh, tunggu jam istirahat, atau nanti setelah beres piket. Sekarang kalian bantuin aku dulu. Aku udah cape, hapus papan tulis, nyapu, angkat angkat kursi. Sekarang giliran kalian berdua" cerocos Alfi.

Nadira dan Bagas hanya cengengesan, mereka lupa alasan mereka berangkat sepagi ini, ya untuk piket di kelas.

Alfi hanya memutar bola mata malas, kemudian berjalan keluar kelas. Berniat menghirup udara segar, setelah dibuat kesal oleh drama yang dibuat Bagas, Nadira dan Jeslyn.

°°°

Sepanjang jalan, Alfi terus menggerutu, mulai dari ia berada di koridor lantai tiga, turun tangga ke koridor lantai dua, di kantin pun ia terus menggerutu. 

"Nyebelin banget mereka, pagi pagi udah bikin drama, gak sekalian aja dibikin film, kayaknya bagus, cerita cinta segitiga. Jeslyn sebagai antagonis, Bagas dan Nadira jadi protagonis nya" kemudian Alfi terkekeh.

Berjalan menuju taman setelah membeli air mineral, Alfi menendang nendang kerikil kecil yang ada di depannya, sambil bersiul.

Pandangan nya teralih melihat Jeslyn yang duduk di taman sendirian. Kaki nya secara refleks berjalan menghampirinya.

"hai" sapa Alfi. Berusaha ramah, karena sebenarnya Alfi itu jarang sekali menyapa orang duluan, ia terlalu malu, dan takut jika sapaannya tidak dibalas oleh orang lain. Tapi Alfi sudah berniat berubah kan, tidak akan menjadi sosok Alfi yang seperti itu, sekarang ia akan menjadi Alfi yang ramah dan baik hati.

"ngapain?" tanya Jeslyn.

"kamu sendiri ngapain disini?"

"Malah nanya balik" sewot Jeslyn.

Alfi meneliti penampilan Jeslyn, raut wajahnya sendu, sambil sesekali melirik bekal makan yang di pegang nya.

"itu bekal yang kamu buat untuk Bagas ya?" tanya Alfi, padahal sudah jelas ia tahu jawabannya adalah iya.

"hmm"

"Kata Bagas kan, itu bekal kasih aja ke yang lebih membutuhkan, kebetulan nih aku belum sarapan"

Jeslyn mendelik mendengarnya. Tapi tak urung ia memberikan bekal itu.

"Kalau mau bilang, gak usah bawa bawa Bagas, nih" menyodorkan bekal makan yang sedari tadi dipegang nya.

"makasih Jejes" sambil cengengesan Alfi mengambil kotak bekal itu.

Membuka tutupnya, kemudian menghirup aroma masakan yang di buat Jeslyn.

"wah enak banget nih"

Terkekeh Jeslyn mendengarnya, "gimana bisa bilang enak, nyobain aja belum" sahutnya.

"kan dari bau nya aja udah enak" jawab Alfi sekena nya. Kemudian ia mencoba makanannya. Beberapa detik ia berhenti mengunyah, memejamkan matanya, mencoba meresapi rasa masakan Jeslyn.

"Gimana enak?"

"enak, enak banget" seru Alfi.

Ini makanan dikasih apaan sih bisa manis gini, si Jeslyn niat bikin nasi goreng, atau bikin kue sih, batin Alfi.

"Ozan, sini Zan" panggil Alfi, ketika netra nya tak sengaja melihat Ozan yang hendak menaiki anak tangga.

"Apaan?"

"cobain deh, makanan Jeslyn enak banget, aku aja sampe merem melek nyobainnya, kamu dirumah pasti belum sarapan kan? " Alfi menyuapkan beberapa sendok nasi goreng pada Ozan.

Setelah beberapa saat, Ozan rasanya ingin sekali mencela, mengumpat dan memuntahkan makanan yang ada didalam mulutnya. Namun karena ia melihat pelototan dari Alfi, ia urungkan niatnya itu, dan terpaksa menelannya.

"Alfi, anter aku ke perpustakaan yuk" ajak Ozan.

"Ngapain?" tanya Alfi bingung. Sedetik kemudian iya mengangguk.
"Eh iya ayo Zan, aku anter, Jes aku sama Ozan duluan ya, mau ke perpustakaan dulu, makasih makanan nya" sambungnya.

"iya sama-sama"

Setelahnya Ozan dan Alfi lari terbirit birit, menuju kantin untuk membeli minum. Sungguh, rasanya nasi goreng buatan Jeslyn menempel terus dilidah. Mereka butuh minum atau makanan yang dapat menghilangkan rasanya.

-To be Continued-

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang