15

29 4 0
                                    

Alfi memandang kosong rumah yang menjadi saksi bisu kebersamaan ia dan Mama nya.

Setelah tadi pagi Mama nya di kebumikan, ia sendirian.

Tak ada lagi suara canda tawa, suka duka, dan amarah Asti yang meledak-ledak.

Hampa. Alfi begitu sangat merasa kehilangan. Tak ada sanak sodara yang datang. Ozan masih dirumah sakit, sedangkan Ayu menjaganya. Keluarga besarnya? Hah! Alfi bahkan ragu, mereka akan datang kemari.

Teman-teman yang datang kerumahnya pun sudah pulang sedari tadi sore.

Ia kini sendiri. Tidak. Tidak sendiri. Ada bi Ijah, ART dirumahnya yang baru kembali setelah pulang kampung karena anaknya sakit disana, serta ada mbak Wita yang setia menemaninya, sejak pagi.

Fharez? Ia sudah pulang. Lebih tepatnya di paksa pulang oleh sang adik tercintanya.

Sedari awal, hubungan Fharez dan Alfi memang sangat di tentang oleh adik dari Fharez-Anisa. Hal itu menjadi salah satu faktor mengapa Alfi memutuskan hubungan nya dengan Fharez dulu.

Memikirkan itu, membuat Alfi tersenyum miris.

"Alfi, makan dulu ya" intrupsi Wita.

"Nanti saja mbak, Alfi gak laper" tolaknya.

"Makan ya, gak papa gak habis juga, asal ada makanan yang masuk kedalam perut kamu. Dari pagi kamu belum makan" bujuk Wita.

"Alfi gak nafsu, mbak" ujar Alfi jujur.

"Ayo, mbak suapi ya, sesuap aja"

"Tapi mbak-" terpotong. Wita tak menyia-nyiakan kesempatan, ketika Alfi membuka mulutnya.

Nasi dengan lauknya itu, perlahan masuk kedalam mulut Alfi. Yang disuapi hanya menerima pasrah saja.

"Sudah mbak" tolak Alfi ketika Wita terus saja menyuapi nya.

"Baru juga lima sendok" keluh Wita. Kemudian menyodorkan air kepada Alfi.

"Yang penting ada makanan yang masuk kedalam perut" ujar Alfi meniru kata kata Wita, sambil menunjuk perutnya sendiri.

"Kamu ini" Wita terkekeh pelan.

"Makasih mbak"

"Untuk?"

"Untuk semuanya. Terimakasih selalu ada. Mbak udah bantuin banyak Alfi dan mama. Tetap jadi mbak Wita yang Alfi kenal ya, jangan berubah. Temani Alfi mbak. Alfi gak bisa kalau harus berdua sama bi Ijah

Bantu Alfi buat kelola toko roti milik Mama. Alfi percaya sama mbak Wita, Alfi mohon" jelasnya.

"Tapi-" Wita sedikit ragu, apa ia sanggup membantu Alfi mengelola toko roti itu, pasalnya selama ini yang memegang andil ditoko roti jelas Asti sang pemilik toko tersebut.

Ia hanya membantunya saja sebagai pemanggang roti disana.

"Tolong mbak, aku- aku gak bisa sendirian. Bantu aku mbak" pinta Alfi melas.

Mau tak mau Wita pun menghembuskan nafasnya pelan, kemudian mengangguk pelan.

"Neng Alfi" suara bi Ijah memecahkan percakapan mereka berdua.

"Kenapa bi?" Tanya Alfi pelan.

"Di depan ada tamu. Mau ketemu sama neng Alfi"

Alfi mengernyit bingung, siapa gerangan yang berkunjung malam malam seperti ini. Namun ia tetap mengangguk kemudian berjalan menuju ruang tamu, untuk melihat tamu yang di maksud bi Ijah.

"Pa-pa" ujar Alfi terbata tatkala disana seseorang yang duduk di sofa ruang tamunya adalah seseorang yang selalu ia nantikan kehadirannya agar membuat hidup dirinya dan Mama nya bahagia.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang