4

35 4 1
                                    

"Bukumu, dari bu Mira" Alfi menyodorkan buku dengan sampul berwarna ungu itu ditangannya.

"Thanks"

"oke, duluan ya"

Setelahnya Alfi berbalik bergegas menuju kantin. Rasanya setelah berbincang sebentar dengan anak populer itu, ia kekurangan tenaga, lemas rasanya, dan ia harus makan. Agar tenaganya kembali lagi.

Aneh memang.

Namun jika di pikir pikir, kenapa seorang Kalasya bisa di sebut sebagai anak populer. Batin Alfi terheran heran.

Padahal jika di bayangkan, Ozan, sepupu nya itu lebih pantas mendapat gelar populer. Ganteng, baik hati, ramah, pintar pula.

Atau, Akas, si kapten basket. Dari kelas XI Mipa 4, yang juga banyak di gandrungi siswi di SMA Bakti Kencana ini. Akas itu ganteng, senyum nya yang manis, semanis gula. Baik pula orangnya.

Atau ada Lucas si ketua Osis, Galuh si anak Futsal, Fharez si atlet renang, atau Bagas, tidak Bagas tidak termasuk, menurutnya.

Dari sekian banyak lelaki kenapa harus seorang Kalasya, yang mendapat gelar populer. Astaga, pening rasanya kepala Alfi memikirkan itu. Lagian apa urusannya dengannya, batin nya heran sendiri. Sudah lah, lebih baik ia makan saja kalau begini.

Tak sadar saja Alfi, kalau nama yang disebutkannya tadi, termasuk cowo populer juga di sekolah.

°°°

Plak

Suara tamparan menyapa gendang telinga alfi, ketika ia melewati taman sekolah. Ia mengurungkan niatnya pergi kekantin dan berdiam diri disana.

"Sakit"

"lebih sakit mana sama gue. Gue yang berjuang, gue yang mati matian buat dapetin perhatian dari dia, tapi apa? Malah lo yang dapetin itu semua. Gue rasa tamparan yang gue kasih ke lo, gak seberapa atas rasa sakit hati gue".

"Maaf" ujarnya.

"Huh. Maaf lo bilang. Lo dapetin perhatian dia, cinta dia. Tapi kenapa lo sia-sia in itu. Kalau lo gak bisa terima bilang. Biar dia sadar, masih ada orang yang selalu ada untuk dia. Dia ngasih cinta ke lo, tapi lo malah asik sama cinta yang lain. Gue kecewa sama lo. Kalau lo bisa terima cinta dari dia dengan baik, mungkin gue bakalan berhenti perjuangin dia. Gue bakalan nyerah. Karena gue udah lelah, jadi manusia yang gak pernah di anggap. Gue cuma manusia tak kasat mata kalau ada di depan dia"
Berhenti sejenak untuk memberi jeda.

"Gue cape Nad. Sekarang gue bakalan bener-bener berhenti buat cari perhatian dari dia, gue bakalan berhenti meminta dia untuk memberikan cintanya untuk gue. Dan saran gue buat lo, jangan jadi manusia serakah. Lo renungin. Tanya sama hati lo yang paling dalam, lo cintanya sama Bagas atau Gibran. Jangan sampe lo sakitin hati mereka karena hati lo yang plin plan itu. Dikasih cinta sama Bagas lo terima. Dikasih cinta sama Gibran, lo terima juga" sambungnya.

"Maaf, maaf Jeslyn. Aku gak bermaksud kayak gitu" ucap Nadira dengan raut wajah yang sendu.

"Gue pergi" pamit Jeslyn, tak menghiraukan ucapan Nadira.

Cerita romansa remaja jaman sekarang. Kebanyakan nya kalau cinta enggak berbalas, ya di selingkuhi, atau dikasih harapan tapi di tinggal pergi.

Alfi geleng geleng, dengan pikirannya itu. Tak habis pikir.

Sejak kapan pula Alfi jadi orang yang suka menguping. Astaga, meringis lah batinnya, saat tersadar akan kelakuannya.

Dari pada terus disini, ia lebih baik pergi ke kantin. Tak ingin ikut campur dengan urusan orang lain. Namun, sial. Baru saja hendak pergi, ia malah menabrak seseorang.

"Maaf" ucap Alfi sambil meringis pelan. Sebenarnya apa yang ia tabrak, rasanya keras sekali, mungkin jidat nya memerah pikir Alfi, sambil menundukan kepala dan mengusap pelan jidatnya.

"Lagi?"

"Hah?" tanya Alfi tak mengerti apa yang di ucapkan lawan bicaranya.

"Lo nabrak gue, lagi"

Seketika Alfi mendongkak, netra nya bertubrukan dengan netra berwarna hitam legam milik Kala.

"Ya maaf, kan gak sengaja" jawab Alfi.

"Ikut gue" ujarnya menarik lengan Alfi.

"Lepas, aku mau ke kantin, lapar" Alfi panik, mau dibawa kemana ia oleh Kalasya.

Namun bukan nya melepaskan lengan nya, Kala malah semakin mempererat pegangannya, seolah jika tidak di pegang erat, maka Alfi akan kabur. Walaupun kenyataannya mungkin begitu.

Alfi pasrah, mau dibawa kemana pun dirinya. Mengikuti langkah lebar milik Kala.

"Kamu mau ngapain?" tanya Alfi takut, ketika ternyata Kala membawanya kedalam ruang ganti tempat para siswa mengganti pakaian  dengan kaos olahraga.

Tidak mendapat jawaban. Kala menariknya menuju loker milik lelaki itu.

Sedetik kemudian, Alfi memejamkan mata erat, ketika Kala melepas bajunya begitu saja di hadapan Alfi.

"Gila, iya kamu pasti udah gila" gumam Alfi panik. Bagaimana bisa Kala bisa sesantai itu membuka bajunya dihadapan seorang perempuan.

"Gak usah lebay"

Merasa kesal, Alfi membuka matanya, kemudian memukul lengan Kala keras.

"ngeselin banget sih" sadar akan perbuatannya, Alfi tersenyum lebar. Ternyata Kala memakai dalaman berupa kaos berwarna hitam. Lalu mengapa Alfi tadi memejamkan mata, heran nya sendiri.

"Cuci sampai bersih, gue gak mau tau besok harus udah Lo kembaliin lagi ke gue, paham?" ujarnya.

"Tapi-"

"Gak ada tapi tapian. Salah siapa Lo nabrak gue"

"Tapi Kala, hari ini aku pulang sore, mau kumpul ekskul dulu" protes Alfi.

"Gue gak mau tau"

"lagian perasaan, aku bersih kok, gimana ceritanya itu baju kamu bisa kotor gini? Hah? Jawab?" tanya Alfi sedikit berteriak.

Kala yang mendengarnya terkejut.

"Berani lo bentak gue?" dengan suara rendah namun tajam Kala berhasil membuat nyali Alfi menciut.

Alfi menggaruk tengkuk nya. Bercampur rasa takut ia balas perkataan Kala.

"aku gak bentak. Lagian ngapain juga mesti takut"

Kala mengangguk nganggukan kepalanya seolah paham. Lalu ia menyeringai tipis.

Ia mengelus pelan kepala Alfi.
"lo berani sama gue? Hah? Jawab?" bertepatan dengan bentakan itu, elusan di kepala Alfi, berubah menjadi sebuah jambakan.

Alfi meringis pelan. Tidak menyangka ternyata Kala seseram ini. Tau begitu, ia tidak akan protes dan menjawab perkataan Kala.

"maaf, Kala"

Mendengar nya, Kala langsung melepaskan jambakannya. Bagaimana bisa ia lepas kendali. Ah emosinya ini, kenapa tidak bisa di atur sekali.

Sedari pagi Kala sedang memiliki mood yang buruk. Ditambah ketika ia sedang berada di kantin, seorang Siswa menabrak punggung nya, dan menumpahkan jus jeruk ke bajunya. Dari pada emosi di kantin Kala lebih memilih pergi. Namun siapa sangka jika saat berjalan di koridor dirinya malah kembali bertabrakan dengan seseorang yang tak lain adalah Alfi.

Habis sudah kesabaran Kala. Dari pagi selalu saja ada yang menabraknya, entah itu di bagian depan, bagian punggung, dan sekarang dada bidang nya harus di tabrak pula. Menjengkelkan. Batin Kala.

"Pergi, besok pagi baju gue harus udah bersih" perintah Kala.

Padahal bukan salah Alfi bajunya menjadi kotor, namun karena kepalang kesal, ya sudah. Mau tak mau Alfi menjadi pelampiasan kekesalannya.

-To Be Continued-

Jangan lupa vote sama comment sebanyak banyak nya ya💙💙

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang