10

33 5 0
                                    

Fharez Fahreza Maldeva lelaki keturunan tionghoa. Yang memiliki mata sipit, kulit putih langsat, dan mata yang membentuk bulan sabit ketika ia tertawa atau pun tersenyum menjadi ciri khas nya tersendiri.

Si atlet renang kebanggaan SMA Bakti kencana ini, digadang gadang sebagai salah satu cowo populer di sekolah, karena keahlian nya di kolam renang.

Tak hanya itu, wajah rupawan nya pun menjadi salah satu faktor ia disukai banyak orang.

Kepribadian nya yang cuek, tak jarang membuat kaum hawa banyak yang menyukai nya.

Perpaduan suara sepatu yang di hentak hentakan ke lantai, adalah bentuk kekesalan Fharez, karena harus menunggu. Sudah lebih dari 20 menit, tapi Bayu masih belum sampai juga.

Habis sudah kesabaran nya. Ia bosan, baru saja akan bangkit dari tempat duduknya, orang yang ia tunggu tunggu, baru menampakkan batang hidungnya.

"Ngaret lo" sewot Fharez.

"Sorry, dijalan macet gila. Padahal bukan Jakarta, untung pake motor, bisa selap selip" bela Bayu pada dirinya sendiri.

"Yaudah ayo"

"Bentar elah, gue baru aja sampe, haus gue, abis gerah gerahan di jalan"

"Ck. Ngerepotin aja lo. Nih" Fharez menyodorkan satu botol minum, yang ia ambil sebelum Bayu sampai, niat nya sih untuk di minum sendiri, tapi karena malas menunggu bayu, ia berikan saja botol miliknya.

"Thanks" ujar Bayu.

Setelahnya, dua lelaki itu pergi meninggalkan kantin rumah sakit, bergegas ke resepsionis berniat menanyakan dimana Alfi.

"Pasien atas nama Alfi, di ruangan mana ya?" tanya Bayu, sedangkan Fharez berdiri disamping Bayu.

"Sebentar mas"

"Pasien atas nama Alfi, korban kecelakaan tadi sore dilantai 2, ruangan cempaka nomor 24" lanjutnya.

"Terima kasih" ujar dua pemuda itu, kemudian bergegas menuju ruangan yang disebutkan tadi.

°°°

"pelan,pelan. Dodol, kalau nanti yg di dalem ke ganggu gimana" protes Fharez ketika Bayu membuka pintu dengan sedikit kasar.

Bayu hanya menampilkan cengiran lebarnya, kemudian berjalan masuk.

Pandangan dua pemuda itu tertuju pada seseorang yang sedang menatap langit langit kamar sambil berbaring di bangsal nya.

"Alfi" panggil Bayu, ketika sudah berada disisinya.

Sang empunya nama menoleh, kemudian berusaha bangun dan ingin menyender, namun harus terhalang karena Fharez menekan bahunya agar tetap berbaring.

"Lo tiduran aja, gak usah gegayaan mau nyender nyender segala" Fharez ini, selain cuek mulutnya itu julid sekali. Tak banyak orang yang memanggilnya dengan julukan pangeran cabe karena kata-kata nya yang pedas.

Alfi hanya mampu menurut, ia sedikit lemas pasca kecelakaan itu.

"Gimana keadaan Lo?" Tanya Bayu.

"Baik Bay, dokter bilang gak ada luka serius, cuma luka ringan aja" sahut Alfi sambil menunjuk beberapa luka di bagian kepala dan kaki nya.

"Luka ringan, Lo bilang baik?" Sewot Fharez.

Alfi hanya memilin jarinya sendiri. Kaget sebenarnya dengan Fharez. Baru bertemu lagi tapi sudah kena semprotan mulut pedasnya.

"Kenapa bisa?" Tanya Bayu.

"Hah?" Alfi bingung.

"Maksudnya kenapa bisa sampe kecelakaan" terjemah Fharez.

Alfi hanya mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Mau ke toko kue, nyamperin Mama, aku panik banget, soalnya Mama di telpon gak aktif, gak sadar kalau aku ugal ugalan dijalan, lampu merah aja aku terobos, terus mau nabrak truk besar di depan, dari pada nabrak aku banting setir dan akhirnya nabrak juga, tapi nabrak trotoar" jelas Alfi panjang lebar, dengan tangan yang bergerak kesana kemari memperagakan kejadian yang terjadi, mata bulat dan bibir yang terus bergerak.

Fharez yang memperhatikan Alfi sedari tadi, menggigit bibir dalamnya. Gemas sekali melihat Alfi berbicara dengan wajah yang seperti itu.

Bayu, dia mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Terus Mama Lo gimana?"

"Mama?" Tanya Alfi.

"Iya Mama Lo" jelas Bayu lagi.

"Mama" lirih Alfi.

Tak..

Fharez yang sudah kepalang gemas menjentikan jarinya pada dahi Alfi, tapi bukan itu tujuan nya, awalnya ia ingin mencubit pipi Alfi yang merah, namun tangan sialan nya ini justru malah menjitak dahi Alfi.

"Shh.. sakit tau Fharez" Alfi mengusap dahinya yang tadi kena jentikan jari Fharez dengan bibir yang mengerucut.

"Lo selain cerewet, kecil, Lola juga ternyata ya" ujar Fharez. Sekarang mulut nya yang sialan. Bukan ini yang ingin Fharez ucapkan. Ia ingin mengucapkan 'selain cantik sama imut, Lo lucu juga ternyata' itu yang ingin Fharez ucapkan. Tapi kenapa yang keluar malah lain.

Alfi hanya semakin mengerucutkan bibirnya, sebal akan perkataan Fharez. Sedangkan Bayu, hanya terkekeh ringan, sambil mengutak-atik ponsel miliknya.

"Lo maklumin aja si Fharez, mulutnya emang julid"

"Siap pak ketua" sahut Alfi sambil memberi hormat pada Bayu. Setelahnya hanya hening. Alfi yang sibuk memandang air di nakas, sedangkan Fharez yang peka kemudian mengambilkan air untuk Alfi.

"Gue udah kabarin Mama Lo, pasti Lo belum kabarin kan" tanya Bayu memastikan.

"Heemm, makasih Bay" gumam Alfi.
"Fharez ambilin lagi airnya dong" lanjut Alfi.

Fharez melotot. Alfi ini di baikkin malah ngelunjak, pikirnya.

"Lo" geram Fharez.

Sedangkan Alfi hanya menunjukan dua jarinya membentuk huruf V, sambil tersenyum menunjukan giginya yang berjejer.

Fharez mengambilkan air lagi untuk Alfi, dengan senang hati, Alfi menerimanya.

Ketika Alfi menengguk air di gelas, Fharez terus saja memandanginya, hal itu tak luput dari pandangan Bayu. Kemudian menunjukan senyum miring nya.

"Cielahh. CLBK nih ceritanya" goda Bayu.

Alfi yang mendengarnya seketika langsung tersedak oleh air yang sedang di minumnya.

Uhuk.. uhuk..

Sontak saja Fharez yang kebetulan berada di dekat Alfi menepuk-nepuk Pelang punggungnya.

Sialan si Bayu ini, batin Fharez.

"Maksud Lo apa Bay?" Tanya Fharez sewot.

"Gak usah pura-pura bego Lo"

Alfi? Ia hanya terdiam kikuk. Mengeratkan genggaman tangannya pada gelas yang sedang ia pegang.

Sebenarnya Alfi dan Fharez ini pernah pacaran sewaktu kelas sepuluh. Tapi, dipertengahan bulan juni, Alfi tiba-tiba memutuskan hubungan begitu saja.

Fharez dibuat uring uringan, karena itu. Dan berakhir hingga sekarang, ia masih belum bisa melupakan Alfi. Karena baginya, tidak ada orang yang seperti Alfi. Kalaupun nanti jodohnya sudah di depan mata, harus seperti Alfi, sekecil Alfi, seimut Alfi, selucu Alfi, pokoknya harus kayak Alfi. Gila memang, tapi ya mau gimana lagi, Fharez ini sudah bucin sama Alfi, hanya saja cara mengekspresikan nya yang beda.

Ia selalu pura-pura cuek, dan julid terhadap apa yang di lakukan Alfi. Sedikit dendam sebenarnya, karena Alfi tiba-tiba memutuskan nya begitu saja. Fharez ini, aneh memang. Sudah bucin, gengsian pula.

-To Be Continued-

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang