Berlin, Jerman
Pria bernama Win Metawin kini tengah merasa panik. Dengan terburu-buru ia meninggalkan rapatnya karena mendapatkan telfon dari bibi Kim.
Menyebutkan nama seseorang yang sudah dilarikan ke rumah sakit akibat tidak dapat menahan rasa sakitnya.
Win menyuruh sang sahabat Khaotung Thanawat untuk memimpin rapat untuk kali ini. Win meminta maaf kepada semua orang yang juga merasa panik karena dirinya.
"aku minta maaf. Untuk kali ini direktur utama Tuan Khaotung Thanawat yang akan menjelaskan proyek kita. Sekali lagi aku minta maaf"
Mobil yang ia kendarai melaju dengan kecepatan penuh. Tidak butuh waktu lama Win sudah Alexianer St. Hedwig Hospital. Memarkirkan mobilnya dan berlari masuk mencari keberadaan yang saat ini ia khawatirkan.
"permisi, ruang operasinya berada dimana?" tanya Win yang menemui suster di ruang informasi.
Suster tersebut menjelaskan Win letak ruang operasi yang Win tuju. Setelah mendapatkan informasi, Win kembali berlari menelusuri lorong rumah sakit.
Dengan nafas tersengal-sengal Win sudah sampai di depan ruang operasi. Sudah ada bibi Kim disana tengah duduk dengan gelisahnya.
"bibi" panggil Win dengan nafas yang tersengal-sengal.
Bibi Kim melihat Win yang berjalan kearahnya berdiri menghampirinya dengan wajahnya yang sudah penuh dengan air mata.
"tuan, Nona Pear" ujar bibi Kim.
"tenanglah bibi, Pear wanita yang kuat. Ia pasti bisa melewatinya" Win yang tengah menenangkan bibi Kim.
Bohong jika Win saat ini tidak khawatir. Dirinya juga sangat khawatir. Karena Pear tengah berjuang di dalam sana untuk hidup seseorang.
Setelah 2 jam lamanya pintu ruangan operasi itu terbuka. Dokter yang mengoperasi Pear keluar mendekati Win yang sudah berdiri.
"bagaimana keadaan istri saya dokter?"
"selamat tuan Win, istri anda melahirkan bayi yang sangat cantik dan istri anda baik-baik saja"
Win merasa sangat lega mendengarnya. "bisakah saya melihat putri kecil saya dokter?"
"putri anda sedang dibersihkan oleh suster. Setelah ia dibersihkan anda bisa menemui putri kecil anda. Dan juga istri anda akan dipindahkan ke kamarnya setelah sadar" jelas dokter itu.
"kalau begitu saya pamit tuan Win. Selamat sekali lagi anda sudah menjadi seorang ayah"
Dokter itu pergi meninggalkan Win yang terlihat sangat bahagia disana. Win tidak percaya hari ini dirinya sudah menjadi seorang ayah.
Ayah dari gadis kecilnya. Win tidak sabar melihat sang putri.
Suster mengintrupsi Win untuk mengikutinya. Sebelum melangkah Win memberi perintah kepada bibi Kim agar bibi pulang terlebih dahulu membawa perlengkapan bayi dan juga perlengkapan Pear.
"bibi pulang saja dulu. Setelah bibi sudah menyiapkan semua perlengkapannya bibi datang lagi ke sini bersama paman Ren" Bibi Kim menangangguk mengiyakan perintah majikannya.
"baiklah kalau begitu tuan. Bibi pulang dulu menyiapkan semua perlengkapan nona Pear dan juga bayinya" Win mengangguk.
"hati-hati bibi"
Kini Win mengikuti kemana perginya suster itu membawanya. Kamar bayi. Suara tangisan bayi terdengar di indera pendengarannya.
Dengan langkah gemetar Win melangkahkan kakinya masuk. Menghampiri box bayi yang di tunjukkan oleh suster tersebut.
Air mata Win mengalir menghiasi wajahnya. Perlahan Win mengangkat bayi cantik itu kedalam pelukannya. Mencium pipinya dan mengenduskan hidungnya pada pipinya yang tembem.
"Pear kau melahirkan putri yang sangat cantik ke dunia ini. Terima kasih Pear" gumamnya tanpa henti mencium pipi tembem bayi itu.
Pear sudah di pindahkan ke kamarnya. Mendapatkan kamar terbaik di rumah sakit ini.
Pintu kamarnya terbuka menampilkan siluet pria yang sudah setahun menemaninya. Air matanya jatuh membasahi pipinya. Pear tidak menyangka jika dirinya sudah menjadi seorang ibu.
Win yang melihat Pear menangis di atas tempat tidurnya segera menutup pintu kamarnya dan menghampiri Pear yang tengah menangis terseduh disana.
Memeluk Pear dengan sayang. Mengelus rambutnya dengan lembut. Win tidak pernah meninggalkannya.
"phi Win aku sudah menjadi seorang ibu" suaranya tercekat di pelukan Win.
"kau hebat Pear. Kau melahirkan putri yang sangat cantik. Terima kasih sudah memberikanku putri yang sangat cantik" Win menarik Pear dari pelukannya.
Menghapus air matanya yang masih mengalir deras disana. "jangan menangis. Nanti Kiya sedih melihat ibunya sedih seperti ini"
"Kiya?" tanya Pear keheranan.
"anak kita. Kiya Sesya Opas Iamkajorn" ujar Win.
"phi Win"
"hush.. dia anak ku. Jadi kau jangan melarangku memakaikan margaku di belakang namanya."
Pear kembali menghambur masuk kedalam pelukan Win. Pear tidak tau apa jadinya tanpa Win sekarang.
Selama ini Win selalu menjaganya. Membawanya pergi jauh dari negara kelahirannya. Pear merasa sangat bersyukur mendapatkan pria sebaik Win di dalam hidupnya.
Suatu hari nanti Pear akan membalas semua kebaikan phinya ini. Pear berjanji pada dirinya.
Phi Win aku akan memberikanmu kebahagiaan lebih dari ini. Aku berjanji phi. Aku berjanji.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am sorry
Fanfiction[TAMAT] sequel of "Please, look at me for just a moment" ✨Highest Rank✨ 🥇 #brightwin 🥇 #bright 🥇 #win 🥇 #still2gether 🥇 #sarawattine 🥉 #winmetawin