38

1.5K 109 7
                                    

Kini dua orang manusia dewasa itu sudah duduk pada kursi yang terdapat di halaman rumah tersebut. Keduanya hanya diam tidak berkutik. Saling menyelami pikiran masing-masing tanpa membuka suara sedetikpun.

Yang lebih muda terlebih dahulu mengeluarkan suaranya. Sebelumnya, ia menarik nafasnya dan menghembuskannya secara perlahan untuk mengurangi rasa gugupnya.

"maaf," hanya itu, hanya satu kata yang keluar dari mulutnya.

Bright hanya diam, tidak menjawab ataupun membalas ucapannya.

"aku minta maaf, Phi Bright, Aku— aku— jujur, ingin bertemu denganmu saja- "

"apa yang kau inginkan, Pear?" suaranya begitu datar dan juga dingin.

Tanpa mengalihkan wajahnya ke samping, Bright kembali bersuara dan itu cukup membuat Pear menunduk tidak berani menatap Bright kembali.

"setelah 9 tahun lamanya kau lakukan ini kepadaku, hanya itu yang kau ucapkan setelah semua ini terjadi? Apa kau tidak tau, aku- " Bright menarik nafasnya sejenak, mengontrol emosinya yang sudah berada pada puncaknya.

"selama 9 tahun aku seperti orang gila mencari keberadaan suamiku, Pear. Aku mencarinya ke seluruh penjuru dunia ini, namun apa yang ku dapat. Hasilnya nol besar!. Dan kau juga selama ini sudah mencuci otak suamiku, menyuruhnya untuk menceraikanku, mengatakan bahwa aku sudah bahagia bersama Nevy, dan lebih parahnya kau mengatakan padanya bahwa aku sudah melupakannya. Di mana hatimu Pear?!" pecah sudah. Emosinya sudah tidak tertahan lagi. Bright meninggikan suaranya membuat Pear merasa terkejut akan bentakan yang ia terima.

Hening.. hanya suara nafas berat Bright yang mengisi kesunyian mereka.

Kini Bright mengontrol emosinya, nafasnya perlahan ia hembuskan, lalu ia kembali berujar namun kali dengan nada terdengar senduh. "Pear yang aku tau, gadis kecil kesayangan suamiku. Yang ceria serta begitu menyayangi kakaknya, tapi apa? kau mengecewakannya Pear"

Pear yang mendengar semuanya semakin membuatnya merasa bersalah. Ia sudah begitu jahat kepada kedua orang ini. Apalagi pada Win yang sudah sangat menyayanginya sedari mereka kecil.

Pear sadar, semua yang ia lakukan hanyalah obsesi semata. Semuanya tertutup karena dirinya begitu obsesi kepada Win. Ia takut Bright akan membawa Win pergi dari hidupnya. Karena Pear selama ini, mencintai Win bukan sebagai kakak, melainkan sebagai laki-laki pada umumnya.

"aku begitu kecewa denganmu. Aku sangat marah padamu. Setelah apa yang kau perbuat untuk ku dan juga suamiku"

Air mata yang menggenang di pelupuk matanya kini meluruh. Bright menangis. Menangis karena ia tidak menyangka bahwa seorang Pear Anastasya Adulkittiporn melakukan ini semua.

"aku minta maaf, Phi Bright. Maaf,"

Pear menangis, menangisi atas segala kesalahannya yang sudah ia perbuat.

"maafkan aku, karena— karena aku sudah mengecewakanmu. Phi berhak marah kepadaku, Phi berhak membenciku. Aku menerima semuanya," air matanya kian jatuh, Pear berhak menerima semua ini.

"Phi Bright," panggilnya dengan suara serak. Wajahnya ia tolehkan kesamping menatap Bright yang sudah kembali mengalihkan wajahnya kedepan.

"Aku kesini hanya untuk meminta maaf kepadamu dan juga pada Phi Win, aku juga tidak berharap untuk di maafkan oleh kalian. Aku hanya ingin meminta maaf sebelum kembali ke Jerman untuk menata ulang hidupku kembali.

Aku juga ingin berterima kasih kepada kalian, terima kasih sudah merawat putriku dengan sangat baik. Memanjakannya, memberikan kasih sayang yang begitu besar padanya. Aku berharap di masa depan nanti, jika anak kalian sudah lahir, aku hanya minta, tolong tetap sayangi putriku seperti kalian menyayangi anak kandung kalian"

I am sorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang