20

2.5K 203 11
                                    

Bright dan Win mereka berdua telah menyelesaikan makan malamnya. Bright tidak henti-hentinya menjaili Win. Dan sekarang wajah Win sudah ketekuk kebawah.

"phi bisakah kau berhenti menjailiku?" tanyanya sambil memanyukan bibirnya. Tidak dapat dipungkiri mood-nya kali ini benar-benar jelek. Yang ditanya hanya terkekeh dan masa bodoh.

Deringan ponsel Win berdering di nakas samping Bright. Mendengar deringan ponsel yang ada di sebelahnya. Lantas Bright mengambilnya lalu melihat siapakah yang menelpon Win.

Win yang tengah memperhatikan Bright memegang ponselnya bertanya. "siapa yang menelpon phi?"

"Kath" jawab Bright menyodorkan ponsel Win ke hadapannya.

Ponsel itu terus berdering di depannya. Bright yang melihat Win tidak bergeming sama sekali. Tangannya mengambil tangan Win untuk mengambil ponselnya dan menyuruhnya mengangkat telpon Kath.

"ayo angkat. Nona Kath sejak tadi menelponmu" ujar Bright mengintrupsi Win mengangkat ponselnya.

"phi Bright" panggil Win.

"aku tidak apa-apa. siapa tau penting. Tidak apa-apa sayang. Angkat saja" terangnya meyakinkan Win.

Jarinya menggeser layar ponselnya. Lalu Win meloudspeaker panggilannya. "halo" jawab Win sedikit terbata.

Win mendengar suara Kiya. Win mendengar suara Kiya yang begitu antusias. Wajahnya ia tolehkan kearah Bright untuk melihat reaksi Bright saat mendengar Kiya memanggilnya.

Bright menampilkan senyuman tulusnya. "tidak apa-apa" ujarnya pelan.

"Kiya" panggil Win perlahan.

Suara anak itu terdengar begitu girang di seberang sana. Win merasa sangat bersalah telah membohongi anak kecil itu.

"iya. Papi juga merindukan Kiya" lagi-lagi Win menolehkan kepalanya ke samping kanannya. Bright yang melihat Win menatapnya dengan tatapan sedih. Ia langsung merengkuhnya masuk kedalam pelukannya.

Bright memberikan kecupan berulang kali pada pucuk kepala Win. Dan membisikkan bahwa dirinya tidak apa-apa. Ia tau jika Win saat ini merasa tidak enak dengan ucapannya barusan bersama Kiya.

Hanya berselang sekitar 10 menit mereka berdua berbicara di sambungan telponnya. Kini Win terdiam memandang pemadangan di luar jendela kamar hotelnya bersama Bright. Posisinya masih tetap berada dalam dekapan Bright yang tengah bersandar di headboard tempat tidurnya.

Merasa Win yang hanya berdiam saja setelah mendapatkan telpon dari Kiya. Bright menyolek pucuk hidung Win. "ada apa?" tanya Bright yang menatap mata bambi miliknya.

"phi Bright" suara Win menghilang entah kemana.

"phi maafkan aku" ujarnya lalu menenggelamkan wajahnya ke dalam dada Bright.

Bright mengelus surai hitam Win dengan lembut. "kau tidak ada salah sama sekali sayang. Kenapa minta maaf, ehm?"

"jika kau merasa aku tidak nyaman saat kau menelpon dengan Kiya tadi. Kau salah besar sayang. Aku sama sekali tidak merasakan itu. Yang ada aku merasa sangat tersentuh melihat kau berbicara dengan Kiya"

Kini Bright merengkuh kedua pipi Win kedalam tangan besarnya. Matanya menangkap netra Win yang terlihat seperti menahan tangis. "jangan nangis yah. Aku tidak apa-apa. Kalau kau menganggap Kiya sebagai anakmu sendiri itu artinya Kiya juga anak ku bukan?"

"phi Bright"

"Win dengar. Jangan pernah kau menyimpan pemikiran bahwa aku tidak nyaman jika kau dekat dengan Kiya. Aku senang melihat kau dengan Kiya. Kau tidak dengar saat dia menelponmu tadi. Anak kecil itu begitu senang mendengar kembali suaramu"

"kau papinya kan?" tanya Bright yang masih menatap mata Win.

Win mengangguk.

"artinya aku juga adalah ayahnya"

Win langsung memeluk Bright dengan erat. "phi Bright terima kasih. Terima kasih phi sudah menerima Kiya sebagai anakmu juga" dirinya begitu senang mendengar penuturan Bright beberapa detik yang lalu.

Ia kira Bright tidak akan menerima Kiya ada di dalam hidupnya. Win sangat beruntung Bright sebagai suaminya. Suaminya ini begitu pengertian pada dirinya. Ditambah lagi perkataan Bright yang mengatakan bahwa dirinya juga adalah ayahnya Kiya. Win begitu senang dan terima kasih kepada suaminya ini.

Dan apa yang Bright lakukan sekarang adalah murni kemauan dari dirinya. Entah kenapa saat pertama kali melihat Kiya dan Win. Bright sudah merasakan jika mereka berdua memang saling menyayangi satu sama lain.

Walaupun Win bukan ayah biologis Kiya. Tapi Bright tau kalau Win begitu menyayangi Kiya dan sudah menganggapnya sebagai anaknya sendiri.

"aku akan mempertemukan phi dengan Kiya setelah kita pulang dari sini. Aku akan memperkenalkan phi sebagai ayahnya juga. Phi maukan bertemu dengannya?"

Win sudah menarik dirinya dari pelukan Bright. Menunggu jawaban Bright yang keluar dari mulutnya.

"iya. Aku mau" jawabnya sambil memberikan senyuman kepada Win.

Senyuman Win begitu lebar terpancar di wajahnya. Namun hanya beberapa detik wajahnya kembali murung. Bright yang melihat Win yang tiba-tiba menampilkan wajah seperti itu bertanya-tanya.

"kenapa sayang?" tanya Bright bingung.

"Pear, phi Bright" cicitnya menunduk.

"ajak Pear sekalian saat kau membawa Kiya" ujar Bright tenang.

Mendengar penuturan Bright barusan membuat kepala Win yang menunduk kini menatapnya tidak percaya. Apa yang Bright rencanakan.

"bagaimana bisa aku membawa Pear juga phi. Phi tau sendirikan, saat pertama kali saja ia melihatmu di kantor ia sudah membuat phi seperti itu" Win tidak setuju. Win tidak ingin mengulang kembali kejadian di kantornya.

Tangan Bright mengambil tangan Win untuk ia genggam. Mengelus tangan Win dengan lembut. "aku ingin mengambilmu kembali. Memintanya untuk melepaskanmu kembali kepadaku. Aku akan membawamu pulang ke Bangkok. Kau milikku. Pear tidak ada hak untuk kau. Hanya aku yang berhak atas dirimu. Bukan dia"

"sudah cukup 9 tahun Win. Aku tidak sanggup lagi jika harus seperti itu. Aku tidak peduli jika Pear ingin memukulku. Aku hanya ingin mengambil milikku. Aku hanya ingin mengambil milikku, Win"

Suara Bright tercekat. Setelah ia merenungkan segalanya beberapa hari yang lalu. Bright meyakinkan dirinya bahwa ia akan tetap membawa Win kembali ke Bangkok.

Apapun alasan Win, Bright akan tetap membawanya pulang ke Bangkok. Biarkan ia egois kali ini. Lagian jika hanya perusahaannya ia bisa memberikan tanggung jawab pada Fah untuk mengurusnya. Win juga bisa memantaunya dari jauh.

"aku minta maaf sebelumnya Win. Aku akan tetap membawamu ke Bangkok. Setelah hari itu, aku akan tetap membawamu pulang bersamaku ke Bangkok. Maafkan aku jika aku egois sekarang. Aku tidak akan meninggalkanmu lebih lama lagi di Jerman"

Bright menarik Win masuk kembali ke dalam pelukannya. Sekarang Bright ingin bahagia bersama orang yang ia cintai. Ia tidak ingin kejadian seperti beberapa tahun yang lalu terulang.

Nevvy yang dulu sudah membuatnya berpisah dengan Win. Sekarang ia tidak ingin Pear yang membuatnya terpisah dengan Win. Sudah cukup. Bright ingin membawa kebahagiaannya kembali ke Bangkok, Thailand.

***

I am sorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang