28

2.1K 175 9
                                    

Hembusan angin malam ini sedikit begitu kencang di tengah hiruk piruknya kota Bangkok. Seorang gadis yang masih berdiam diri dikeramaian café sedari sore tadi. Hanya duduk termenung sambil memandang keluar jendala melihat kendara yang berlalu lalang.

Win sudah kembali..

Tiga kata itu terus saja berputar dikepalanya. Perasaannya sangat gelisah semenjak ia mengetahui Win sudah berada di Bangkok. Akan sangat sulit mendekati pria yang selama ini sudah menarik perhatiannya.

Tontawan tidak percaya jika Win akan kembali lagi ke Bangkok. Ia pikir setelah menerbitkan artikel bahwa dirinya dan juga Bright akan bertunangan, Win tidak akan kembali lagi. Namun yang ada sekarang Win kembali.

"apa yang akan ku lakukan selanjutnya? Kenapa jadi seperti ini" ujarnya menghela nafas perlahan.

Ia pun bangkit dari tempatnya sedari sore keluar dari café tersebut. Hal pertama yang menyapanya setelah keluar dari café itu adalah sebuah tangan besar menariknya secara paksa.

Kaki pria dihadapannya ini begitu lebar membuat dirinya tidak dapat menyimbangi langkahnya. Pergelangan tangannya juga digenggam dengan erat dan itu terasa sangat sakit.

"auuu.. kau siapa sih?" sahutnya menahan sakit pada pergelangannya.

Tidak ada jawaban dari pemuda di hadapannya. Pria itu hanya terus menarik pergelangannya. Sampai di mana pria itu berada sebuah mobil mewah dan mendorong dirinya masuk ke dalam mobil itu.

"HEI KAU MAU BAWA KEMANA AKU" jeritnya yang sudah duduk di belakang kemudi bersama pria yang menariknya.

"kalian siapa sih?" teriaknya begitu kencang.

Pria yang duduk disampingnya melepaskan topi yang sedari tadi ia pakai. "aishh.. Tu kau membuat telingaku sakit" ujar pria itu sambil mengelus telinganya.

Tontawan membulatkan matanya tidak percaya. Setelah sekian lama ia tidak mendengar suara itu, kini suara itu kembali terdengar masuk kedalam indera pendengarannya.

Pandangnya terus menatap pria dihadapannya yang tengah tersenyum kearahnya. Tidak ada yang berbeda dari dirinya. Hanya tinggi badannya yang semakin bertambah.

"Re..Ren!?" ujarnya tidak percaya.

Yang dipanggil semakin menampilkan senyumannya. "long time no see, Tu" sapanya sambil melambaikan tangannya seperti anak kecil.

"apa yang kau lakukan di Bangkok?" tanya Tu penasaran.

"kenapa kau bertanya seperti itu? Aku merindukanmu Nona Tontawan, makanya aku ada di Bangkok"

Bukannya mendapatkan perilaku manis setelah mengucapkan kalimatnya, yang ada Ren mendapatkan tinjuan begitu keras pada lengannya. Ia mengaduh kesakitan karena tinjuan yang begitu keras yang ia dapatkan.

"AWWW!!" aduhnya kesakitan sambil mengelus lengannya. "kau kenapa sih? Aku bicara yang sebenarnya tau" ucapnya jujur.

Tontawan hanya memutar bola matanya dengan malas mendengar penuturan Ren yang baru saja ia ucapkan. "kau kembali lah ke Inggris. Tidak ada yang merindukanmu disini"

"siapa bilang? Ada bibiku, kakak sepupuku, dan juga kau Nona Tontawan. Aku tau kau juga merindukanku. Iyakann?" godanya.

"percaya diri sekali kau"

"iyalah. Kita harus percaya diri apapun itu" jelasnya.

Ren merupakan tetangganya saat di Inggris. Pria itu selalu saja mengikuti Tu kemana saja. Sampai Tu merasa risih selalu diikuti pria itu. Tapi bagi Ren itu adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Sebab Tu saat itu sangat anti bersosialisasi di sekitarnya.

I am sorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang