10

3K 248 22
                                    

Setelah kejadian yang terjadi di perusahaannya. Win maupun Pear tidak pernah lagi bertegur sapa. Bahkan saat mereka di meja makan pun Pear hanya diam tidak memperdulikan Win yang duduk di sampingnya.

Terhitung sudah seminggu mereka seperti ini. Pear juga selalu menghindarinya. Dan Win juga tidak tau bisa berbuat apa-apa dikarenakan ia juga begitu sibuk di kantor.

Soal Bright, Win juga sudah tidak mengetahui bagaimana kabar Bright. Apakah ia sudah balik ke Thailand atau belum.

Hari ini Win tengah menyelesaikan rapatnya bersama para petinggi di perusahaannya. Hanya rapat evaluasi pekerjaan mereka di berbagai anak perusahaannya.

Fah yang sejak dari tadi mendampingi Win tidak terlihat bersemangat seperti biasanya. Kantung matanya juga membesar di bawah matanya.

Lalu ia mengikuti Win masuk ke dalam ruangannya dan duduk di sofa ruangan itu. Mengetahui jika Fah tengah mengikutinya masuk ke dalam ruangannya, Win pun membalikkan badannnya.

Disana Fah sudah duduk begitu anggunnya menunggu Win untuk bercerita apa yang sedang ia pikirkan. Tingkat kepekaan Fah terhadap kakak sepupunya itu begitu tinggi.

Jadi Fah sangat begitu tau jika Win tengah memikirkan sesuatu sampai membuat wajahnya lelah seperti itu.

Win membawa kakinya melangkah menghampiri Fah yang sudah duduk disana. Melepaskan kancing jasnya untuk mengurangi rasa sesak yang ia rasakan sekarang.

"aku tau phi sedang memikirkan sesuatu" ujar Fah perlahan.

Lalu Fah melanjutkan ucapannya dan diselingi senyuman yang begitu menenangkan. "jika phi belum siap untuk menceritakannya tidak apa. Aku akan menunggu phi jika sudah siap"

"hubunganku dengan Pear merenggang sejak kejadian seminggu yang lalu" suara Win merendah.

"phi boleh aku mengeluarkan pendapatku?" tanya Fah hati-hati.

Win menangguk. "apa yang ingin kau katakan?"

"menurutku Pear tidak seharusnya melakukan hal seperti itu kepada phi Bright. Disini bukan sepenuhnya kesalahan phi Bright. Aku bukan ingin membela phi Bright, tapi aku hanya merasa kasihan kepadanya. Dia juga korban disini phi. Sama seperti phi Win"

"Pear hanya melihat pada satu sisi saja phi Win. Ia tidak melihat dari sisi phi Bright" Fah terdiam sejenak. Lalu melanjutkan ucapannya kembali.

"phi tidak lihat mata phi Bright saat melihatmu seminggu yang lalu? Matanya tidak dapat bisa berbohong. Phi Bright sangat bahagia menemukanmu. Hampir 9 tahun ia mencarimu dan seminggu yang lalu kalian tanpa disengaja bertemu disini"

"aku bukannya ingin mencampuri urusan phi Win dan phi Bright. Tapi apa phi tidak ingin mendengarkan penjelasannya selama ini? Menggenggam tangannya kembali? Memeluknya kembali?" tanya Fah.

Win menunduk. Air matanya kembali menetes. Win begitu ingin menggenggam tangan Bright. Memeluknya seperti dulu.

"tapi Fah, Pear bagaimana? Kau tau Pear akan marah besar. Kau sudah lihatkan apa yang ia lakukan pada phi Bright seminggu lalu. Pear bisa melakukan lebih dari itu" karena Win tidak ingin melihat Bright terluka karena Pear seperti kejadian seminggu yang lalu

Fah membuang wajahnya kesamping dan mendengus dengan kasar. "Pear tidak ada hak untuk mengatur kehidupan phi. Phi taukan. Pear tidak ada hak untuk phi" suara Fah menekan pada setiap perkataannya.

Sebenarnya Fah tidak begitu menyukai Pear. Awal pertemuannya saja Fah sudah tidak sangat menerima Pear ada di kehidupan Win. Karena Pear begitu mengatur hidup Win.

Mendengar Win menggugat cerai Bright, emosi Fah membara. Setau Fah, Win tidak pernah membahas jika ia ingin bercerai dengan Bright. Sampai akhirnya dimana Fah mengetahui jika Pear yang menyuruh Win untuk menggugat Bright. Membuat dirinya semakin membencinya.

I am sorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang