Matahari sudah menampakkan wujudnya di atas sana. Kedua anak adam yang berbagi selimut sejak semalam tidak terganggu oleh cahaya matahari yang menembus masuk kecela tirai kamarnya.
Bunyi alarm sejak tadi bunyi pun dihiraukannya. Sampai suara cempreng anak kecil yang sudah melengking memanggil keduanya masih saja nyaman memeluk satu sama lain.
"Ayah~ Papi~ Ayo bangunnnnn" teriak Kiya yang masih berusaha memanggil kedua orang tuanya.
"Ayah Bai ayo bangun, entar Ayah telat nyari duitnya." sekali lagi Kiya memanggil ayahnya.
Kath yang sejak tadi menemani Kiya di depan pintu kamar majikannya, menyamankan dirinya. Dengan elusan penuh kasih sayang Kath berujar memberikan pengertian. "sayang, mungkin Ayah dan Papi masih tidur. Kita ke ruang makan aja tunggu Ayah sama Papi yah sayang."
"gak mau. AYAH PAPI AYO BANGUN!!" suara cemprengnya melingking begitu keras. Kath sampai menutup kedua telinganya.
Cklek..
Pintu berwarna putih tulang itu terbuka lebar. Menampilkan Bright yang masih menguap serta mengusap-usap matanya yang masih mengantuk, sepertinya.
Kiya menatap sang Ayah dengan tatapan sinis dengan tangan mungilnya yang bersedekap di depan dadanya.
"Ayah telat!" serunya pada Bright yang masih memejamkan mata karena efek belum sadar sepenuhnya. Tubuh besarnya ia sandarkan ke tembok kamarnya dengan mata yang masih memejam.
"akhh.." desis Bright kesakitan.
"Ayah ih, kan janjinya Ayah pengen nganterin Kiya ke sekolah."
Bright masih mengusap perutnya yang habis dicubit oleh putrinya sendiri. Astaga cubitan Kiya sungguh menyakitkan.
"Kiya kok cubit Ayah sih, nak" sahut Bright dengan suara serak bangun tidurnya.
"karena Ayah sedari tadi belum sadar. Makanya Kiya cubit Ayah biar cepat sadarnya terus mandi. Ayah, I'll be late if you don't shower right now. Hurry up, Ayah. Kiya doesn't want to be late. Ms. Jane will be mad if I'm late for school."
"ok, Ayah take a shower right now."
***
Bright tengah melambaikan tangannya pada putri kecilnya yang tengah masuk ke dalam halaman sekolahnya. Kiya membalas lambaian tangan sang ayah dan tersenyum dengan manis.Setelah memastikan sang putri benar-benar masuk ke dalam sekolahnya, Bright melajukan mobilnya. Dalam perjalanan menuju ke kantornya, Dew sang sepupu menelponnya agar segera menemuinya di kantornya.
Dengan kecepatan penuh, Bright mengemudi mobilnya. Hanya sekitar 15 menit Bright sudah tiba di kantornya. Semua karyawan yang berpapasan dengannya membungkukkan badannya guna memberi salam.
Dew sudah duduk dengan tenang di ruangan kakak sepupunya itu. Di temani dengan secangkir kopi yang di buatkan oleh salah satu CS di sana.
Pintu kaca itu terbuka menampilkan kakak sepupunya yang sudah datang. "ada berita apa sampai kau pagi-pagi sekali datang ke kantor phi" tanya Bright yang sudah duduk di hadapan Dew.
Dew berdehem perlahan, mungkin ini topik mereka sedikit berat pagi ini. "aku dapat kabar bahwa hari ini Pear akan ke sekolahnya Kiya."
Seketika Bright menegang. "kau tau dari mana?" tanya Bright sangat serius. Sekarang Bright sangat khawatir dengan putrinya. Ia tidak akan membiarkan Pear menyentuh putrinya sedikit pun.
"Tontawan." Dew berujar.
"nona Tu?"
Dew mengangguk. "dia menghubungi ku kemarin malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
I am sorry
Fanfiction[TAMAT] sequel of "Please, look at me for just a moment" ✨Highest Rank✨ 🥇 #brightwin 🥇 #bright 🥇 #win 🥇 #still2gether 🥇 #sarawattine 🥉 #winmetawin