31

2K 186 18
                                    

Pintu utama rumah Bright terbuka menampilkan pria jakung dengan wajah yang terlihat serius.

"Dew." satu kata pertama yang lolos di mulut Bright.

Entah apa yang membuat wajah Dew yang biasanya terlihat ceria sekarang sungguh terlihat serius. Bright juga bisa mendengar nafas Dew yang tidak beraturan. Di tambah sorot matanya juga terlihat begitu tajam.

"Phi Bright, Phi Win harus mengetahui berita ini." kalimat yang Dew lontarkan membuat Bright mengernyitkan dahinya bingung.

"berita apa?" tanya Bright yang masih berdiri di depan pintunya.

"siapa yang datang phi?" suara Win mengintrupsi kedua pria itu. "ini Dew, phi Win." sahut Dew.

"sini masuk, kenapa berdiri di depan pintu."

Akhirnya Dew masuk ke kediaman kakak sepupunya itu. Bright menutup pintu rumahnya dan mengikuti Dew yang sudah duduk di sofa ruang keluarganya.

Win yang sedari tadi melihat gelagat Dew yang tidak seperti biasanya, dengan penasaran ia pun bertanya. "ada apa Dew? Tidak biasanya kau seperti ini" tanya Win yang penasaran.

Satu kalimat keluar dari mulut Dew berhasil membuat Bright terkejut bukan main. "Pear ada di Bangkok."

"APA??" tanya Bright tidak percaya.

Tubuh Win kaku mendengar bahwa Pear ada di Bangkok. Bagaimana bisa Pear ada disini?

"phi Win.. are you ok? I shouldn't have told you about her being here. But I immediately thought of your daughter, Kiya."

Setengah hati Win sudah tenang mendengar Pear baik-baik saja, namun setengah hatinya lagi tidak tenang. Mendengar bahwa Pear ada di Bangkok membuat dirinya takut.

Kejadian beberapa bulan yang lalu membuat dirinya was-was pada Pear. Ia tidak ingin jikalau Pear mengambil Kiya dari hidupnya. Win tidak ingin anaknya terjadi sesuatu sekalipun itu ada Pear ibu kandung Kiya.

Karena Win sudah tau bagaimana perlakuan Pear terhadap putrinya. Win tidak ingin mental dan juga tubuh Kiya sakit. Win tidak mau.

"phi Bright.." suara Win tercekat karena merasa khawatir.

Bright mengambil tangan Win masuk ke dalam genggamannya. Ibu jarinya mengelus dengan lembut mengantarkan rasa nyaman agar Win tidak merasa khawatir.

"darimana kau bisa tau bahwa Pear ada disini? Pear sudah di deportasi dari Bangkok. Bagaimana bisa wanita itu bisa masuk ke sini?"

"aku belum tau bagaimana wanita itu bisa masuk ke sini. Menurut orang suruhanku, ia sudah 2 hari berada di sini." lantas Dew mengeluarkan dua lembar foto di hadapan kedua phi-nya. "walaupun wanita itu menutup wajahnya, tapi aku bisa mengenalinya."

Tunggu.. Win mengenali daerah itu. Seketika bola matanya melebar. Kepanikannya semakin tidak terkendali. "phi Bright ini daerah sekolah Kiya. Phi Bright, ini daerah sekolah Kiya." suaranya panik. Air matanya pun keluar dari mata bambinya. Kekhawatirannya kini tertuju pada putrinya. Win tidak ingin putrinya terjadi sesuatu.

Bright menenangkan Win. Menariknya masuk ke dalam pelukannya. Tubuh kesayangannya bergetar begitu hebat. "tenanglah.. Tidak akan terjadi sesuatu dengan putri kita. Tenanglah, sayang" tangan Bright terus mengelus punggung terkasihnya.

Pear sebenarnya mau apa..

***
"baiklah Gun, terima kasih atas bantuanmu."

Bright mematikan sambungan teleponnya bersama Gun. Kepalanya serasa ingin pecah, masalah tidak ada henti-hentinya datang. Setelah masalah pertunangannya selesai, kini masalah baru datang kembali.

I am sorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang